Ch 40. Hello Again

37 3 0
                                    

Ferina dan ketiga orang sedang ber sama-sama dengannya, sampai termangap melihat penampilan baru Hans.

Halim yang tercelangap, kini sudah kembali mingkem.
"Jangan-jangan sebelum berangkat ke sekolah, pas subuhnya lu nyalon dulu ya, makanya dateng kesiangan?"

"Kerajinan bener, belum juga punya schedule manggung."
Reyhans merapikan rambutnya, malu-malu.
"Gimana, bagus gak?"

"bagus, bagus!
Sumpah gue pangling banget, pas ganti kepala, aura bintang lu jadi kian memancar."
Ferina menyanjung Hans.
"Lu pake contact lens ya?"

"Iya hehe, gue baru sadar.
Ternyata selama ini, radar kegantengan gue jadi lost contact alias gak terdeteksi
Gara-gara pake kacamata."
Hans menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Halim tidak memungkiri kegantengan Hans, dari data statistik yang dipantau dirinya semakin meningkat tajam.
"Sebenarnya sih kurang lebih sama,
Yang paling bikin pangling itu rambut coma hair ala oppa kroya."

"Widih, Aktor Hans kayak mau comeback!
Btw, nanti lu disuruh setengah hari gak sekolahnya?"
Tanya Jimmy yang mengaduk-aduk indomie spesialnya.

"Gak lah, gue mau nemenin Ferina aja."
Hans menatap Ferina tersenyum sambil menaikan alisnya.

"Dih pede banget, sekarang udah berani main flirting ya. Memang untuk menghadapi segala obstacle sulit
yang terpenting dibutuhkan itu hanyalah kepercayaan diri."
Ferina tak sadar telah menciptakan kalimat motivasi.

"Ternyata setelah kacamatanya di lepas,
Topeng sok innocent-nya juga jadi ikutan lepas.
Halim memutar bola matanya, malas.

"Kan lu sendiri yang ngajarin gue."
Kata Hans begitu sengit.
"Hal positif yang bisa gue petik saat gue jadi temen deket lu, yaitu mempelajari dan memahami cara siklus hidup buaya spesies reptil."

"Kok lu malah nyalahin human nature gue?
Gue emang pembawaannya suka clingy
karena love language gue itu physical touch dan word of affirmation.
Jadi gak usah plagiatin gue, lu punya love language sendiri, yang gak lain yaitu physical damage."
Balas Halim, ketus.

"Dih? gue gak mau di sama samain sama lu, biasanya yang merasa paling superior, luas pemikirannya cuma sepetak."
Hans tidak mau kalah.

"Tapi lu bilang, lu mempelajarinya dari gue, intinya lu tuh plagiat in private WEEKKK!"
Halim mengulurkan lidah, tidak mau kalah.

Saking sengitnya, sampai cahaya membelalar keluar dari pandangan mata mereka masing-masing.

"Guys, jangan tengkar.
Giliran udah gak ada biang kerusuhan nya, lu berdua malah bertengkar sesama teman."
Ferina melerai mereka.

Jimmy melihat kondisi yang di depannya sudah seperti sedang situasi konflik cinta segitiga yang rumit, yang ada di drama-drama.

Kemudian Jimmy menyengir.

"Kenapa lu nyengir?
Berasa nontonin pre recorder katakan putus yak haha"
Tanya Jason, kemudian mengarah mereka bertiga.

"Kalo ngedrama di tempat terbuka begini, berasa lagi nontonin layar tancep wkwk."
Jimmy terkekeh.

-----

Hans dan para trainee yang lain sedang melaksanakan pelatihan tari sambil bernyanyi yang dibimbing oleh coach.
Mereka mengcover lagu dan koreografi dari boyband senior mereka 'UN1TONE'.

Pelatih tersebut memeriksa dan menganalisa setiap detail movement yang mereka perlihatkan.

"Sebentar,
Hans ke sini sebentar."
Coach tersebut, melambai-lambaikan tangannya menyuruh Hans untuk ke mari.

"I-iya coach kim."
Hans menurut dan segera mendatanginya.
"Duh, kayaknya flow gerakanku masih belum kesampaian sama apa yang coach inginkan."

"Both, belajar dance sama vocal itu harus benar-benar menjiwai, supaya semua technique-nya dapat. kamu harus menjiwai setiap movement dance, hasilnya pasti kelihatan di attitudenya.
I mean, when you dance in hip hop beat, you should feel you cool or if that's sexy concept, then you must feel you're sexy.
Sampe sini ngerti?"
Pelatih koreografi, memberi evaluasi dance dan vokal kepada Hans.

Hans mengangguk-angguk menyimak dengan sangat penuh perhatian.

"Coach, kalau suara saya sudah menjiwai lagu tersebut belum? maksud saya message dari lagunya sudah tersampaikan dengan baik."
Tanya Hans.

Jelas Coach, guna memberikan masukan.
"Kalo menurut saya dari pada menari, vocal kamu pemenangnya. kamu belajar teknik seperti vibra, cresendo, etc
Lebih cepat mahirnya.
Tapi kalau menari, kamu masih sangat kurang dibanding dengan yang lain."

Dalam sedetik, wajah Hans langsung berubah murung.
Tapi dalam kondisi apapun, etika nomor satu, Hans mengontrol wajahnya dengan menunjukan senyuman kecil kepada Coach.
"Baik saya mengerti, saya akan menaikan intensitas dance-nya lagi lebih maksimal, terima kasih coach atas nasihatnya."

"Ok, Istirahat dulu semuanya,
Nikmatilah makan siang kalian dan jaga terus asupannya ya."
Coach, menekan ke bawah gagang pintu lalu keluar.

Hans duduk di sofa yang ada di ujung ruang dance.
"Udah latihan rutin, tapi badanku masih aja kaku. Emang susah ya kalo bawaan dari lahir anatomi tubuhnya bentukannya referensi buat ilmu kedokteran bukan komik."

Salah satu hidden trainee lainnya yang dua tingkat lebih muda dari Hans, datang menyapanya. Namanya Sugarna Chandra A.K.A Sungchan.
"Kak, hari ini kakak lagi gak enak badan ya? Biasanya kakak kalo dance tuh selemes-lemesnya tapi masih ada power,
Lah ini, kayak orang abis baru sembuh dari operasi usus buntu."

"Padahal gue terus ningkatin latihan loh, kenapa malahan stabilitas gue jadi menurun?"
Reyhans memegang kepalanya dengan kedua telapak tangannya, frustasi.
"Argh! gue bener-bener murka!"

Sungchan menepuk bahu Hans.
"Kak, gue rasa lu kecapean deh. istirahat dulu, kita ke point one, gue yang traktir,
Gimana?"

"Ide bagus,
rasanya gue mau terus menunjukan kondisi saat gue terpuruk di depan lu, buat mengetuk rasa kasihan biar lu selalu terus traktir gue."
Hans mengangkat badannya.

"Ck! seterusnya gue akan nganggap itu akting."
Sungchan menepuk Hans.

"Canda keles,
Dari pada tambah stress, mending gue becanda biar menghibur diri, walaupun
gak ampuh-ampuh amat."
Hans mengikuti langkah kaki Sungchan.

Pintu lift sudah terbuka, saat Hans dan Sungchan sudah mau mendekati pintu arah keluar, ada seorang anak laki-laki yang sebaya dengan Hans dari arah keluar lalu masuk ke dalam agensi.

Hans dalam seketika diam seakan baru saja terkena kutukan, sesaat melihat dia.

Anak laki-laki itu melewati Hans dengan santai dari sebelah sisinya berlawanan.
Sementara Hans, kulit wajahnya sudah berubah warna pucat.

"Hans, apa kabar?"
Jalan Jay terhenti, lalu tersenyum sedikit menunjukan gusinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jangan lupa vote!

Notes About Us (YOL00's SQUAD!) | TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang