"Ras, buset pacar lu gesit bener!" seru Sheryl tanpa melepas pandang pada segerombolan anak laki-laki di dalam lapangan pertandingan yang tergabung dalam tim basket.
"Bener tuh, bawa bola sat-set-sat-set. Lo kasih makan apa emang, Ras?" timpal Farah.
Mendengar ucapan seruan dari dua sahabatnya dengan Raras sesekali mendekatkan diri karena obrolan mereka terbiaskan oleh banyaknya sorakan yel-yel dan keseruan supporter kedua belah pihak SMA yang berlaga di partai final yang dihelat di GOR kota kali ini, Raras sontak ikut memperhatikan pada bagaimana Akhbar nampak begitu keren dengan jersey lekbong kebanggaan SMA Bhakti berlari kesana-kemari tanpa mengenal lelah.
Keringat yang mengucur dari dahi dan teriakan demi teriakannya sebagai kapten tim memperlihatkan sosok laki-laki itu begitu keren dan berwibawa.
"Haha, apa sih? Bukan gue yang kasih makan, noh tanya emaknya!" ucap Raras diikuti bagaimana sorak kekecewaan orang-orang ketika salah satu lemparan three point pemain mampu ditepis lawan.
"Kalo gue punya pacar kaya Akhbar sih gue bakalan kasih makan lima sehat satu sempurna," sahut Farah ngide.
"Yeuu empat sehat kali," pukul Raras dan Sheryl kompak dengan buku pelajaran yang mereka gulung.
"Emang lima apaan tuh, Far?"
"Ya kaya biasa, Ras, cuma gue tambahin satu itu kasih sayang gue yang tulus aja."
Sheryl yang mendengar jawaban absurd Farah kesekian kali mulai menoyor pelan, "Udah gila lo. Nyadar dia pacar sahabat lo, jangan aneh-aneh deh!"
"Iya-iya, namanya juga bercanda, ya gak, Ras?"
Raras menggeleng kecil dan tersenyum melihati kelakuan dari dua sahabatnya tersebut.
"Ras, Ras, Akhbar bawa bola tuh! Eh eh, gocek-gocek, lempar... Woyyy masuk!" seru mereka bertiga bersamaan hingga lemparan shooting penentu kemenangan dari Akhbar tersebut membuat seisi GOR mulai bergetar serasa akan runtuh dengan euforia yang ada.
Di dalam sorak sorai bahagia, di antara nyanyian dukungan demi nama kebanggaan sekolah, Raras ikut bertepuk tangan pada usaha dan perjuangan tim basket SMA Bhakti 1. Tentu saja dua bola mata Raras dan senyuman yang sedari tadi terpasang pada wajah cantiknya terus ia lekatkan pada sosok Akhbar dengan jersey hitam abu-nya disana.
Pun di antara riuh dan banjirnya para siswa yang datang mendukung, Raras melihati bagaimana Akhbar tanpa bersusah payah mampu menemukan dan mengenali dirinya sedang berdiri di stand penonton.
Dengan satu senyum lebar dan tatapan manisnya, Raras mendapati Akhbar sedang melempar tunjuk pada dirinya sesekali mengangkat kepal tangan dengan begitu lucu.
Jadi, seperti ini ya? Terdapat rasa senang, bangga dan haru menjadi satu bagai kupu-kupu saling beterbangan dalam diri.
"Bar, selamat ya! Gila keren banget lo, bisa nih besok masuk timnas. Anjay..."
"Keren banget lo, Bar. MVP banget," sahut teman satu kelasnya yang datang mendukung melayangkan peluk akrab pada laki-laki itu.
"Ya elah kalian muji ada mau nya nih, duit juaranya baru cair minggu depan hahah."
Raras yang sudah memiliki kesempatan untuk menghampiri Akhbar di kursi samping lapangan selepas pertandingan berakhir dengan beberapa orang tersisa kian meninggalkan area gedung, melihati bagaimana Akhbar sedari tadi berusaha mengemasi barang-barangnya.
Seperti Akhbar yang biasa Raras kenal, menyikapi pujian yang dilontarkan oleh teman-temannya itu dengan begitu malu-malu.
Dengan langkah pelan nan pastinya, Raras kian mendekati bagaimana Akhbar masih dalam balutan jersey yang basah kuyup serta beberapa tetes keringat turun pada sisi dahi. Tapi sungguh rasa penasaran Raras masih tak terjawab tentang bagaimana bisa laki-laki itu masih nampak keren dan ganteng meski rambutnya terlihat begitu acak-acakan dan tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati, Abdi Negara: Dokter Militer
RomansaBersama dengan Akbar sebagai cinta pertama dalam hubungan sembilan tahun lamanya tentu membuat Rarasati merasakan bahagia dalam diri. Namun saat menuju perayaan sepuluh tahun hubungan mereka, Akbar nyatanya tak pernah menemukan letak titik kebahagia...