9 tahun yang lalu.
Bruak! Pukulan tangan pada meja kelas oleh seorang cewek berbadan cukup gempal yang Raras kenali bernama Sheryl sebagai sahabatnya, tentu membuat Raras sigap menarik dan menyembunyikan buku catatan yang hanya dirinya dan Tuhan saja yang perlu tahu.
Farah, sebagai gadis yang ikut mengekor pada Sheryl ikut mulai mencurigai gelagat aneh dari Raras dan mulai melepaskan gigitan pada sedotan jus jambu dan menilik di balik laci.
Batin Raras merasa baru tadi dua sahabatnya itu ijin pergi ke kantin untuk mengisi perut namun tiba-tiba sudah ada di hadapannya saja, bagaimana Raras tidak kelabakan?
"Cewek, sendirian aja nih, mau abang temenin gak?" goda Sheryl dengan menaik-turunkan alisnya genit berusaha untuk duduk di ujung meja.
"Ih apa sih, gak baik lo genitin orang sembarangan yeuu!" Raras menarik satu sisi rambut panjangnya ke samping telinga.
"Lah, gue kan udah baik hati nawarin, gimana sih deseu—"
"Lo bawa apaan sih, Ras?"
"Ng-nggak kok, gue gak bawa apa-apa," elak Raras pada sahutan Farah yang terus celingukan ke bawah kolong laci.
"Iya deh, lu bawa apaan sih kayanya rahasia dan penting banget? Lu bawa contekan ya? Oh jangan-jangan lo punya kunci jawaban buat ujian minggu besok?" heboh Sheryl membulatkan mata.
"Bukan, ini tuh—"
"Iya nih, lo kalo punya bagi-bagi dong. Pelit amat sih lo!"
"Bukan Far, Sher, ini bukan—"
"Majalah bokep ya? Ngaku lu!" tuduh Sheryl semena-mena disertai jarinya menunjuk tak sopan.
Sungguh dengan berbagai alasan apapun, Raras harus mempertahankan harkat dan martabat dirinya yang tersimpan rapat dalam buku bersampul coklat yang lebih terlihat seperti diary anak baru puber.
Namun tuduhan demi tuduhan yang terus mereka berdua lontarkan, membuat Raras kesulitan untuk memikirkan segala alasan rasional untuk berdalih. Mana seisi kelas sepuluh SMA Bhakti 1 ini mulai melemparkan tatapan tajam pada mereka.
"Gue gak punya majalah bokep, Sher. Astaga mending lu istighfar deh—"
"Ras, apa sih yang lo sembunyiin dari kita? Lo lagi dapet masalah?"
"Iya nih, lo dikejar debt collector? Lo jualan barang haram? Jual beli jenglot? Buku apa sih?"
"Gak, ini cuma buku buat coret-coret gue doang. Rahasia, plis. Cuman gue yang boleh tahu!"
Tentu saja Raras tidak akan langsung membeberkan bahwa buku tersebut adalah buku terkutuk yang berisikan cerita dirinya menggilai anak kelas sebelah yang sangat amat disukai sampai-sampai membuat Raras sering bermimpi tentangnya.
Sialan, dengan menjelaskannya saja membuat Raras ingin muntah menyadari betapa alay dirinya kini.
"Oh gitu, sekarang lo udah main rahasia-rahasiaan ke kita? Lo gak nganggep gue sama Farah sahabat lo lagi? Gitu?"
"Tahu nih!" Farah mengompori.
"Gak gitu! Soalnya ini buku gue gak boleh ada yang tahu selain gue sendiri—"
"Ras, berapa tahun sih kita temenan, hah? Gue punya bisul di pantat aja gue cerita ke lo," ingat Sheryl pada cerita yang selalu membuat Raras bergidik merinding.
"Bener tuh, adik gue punya ambeien juga gue cerita kan ke lo?"
"Iya, tapi masalahnya bukan gue, lo, atau bisul di pantat lo itu tapi—eehhh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati, Abdi Negara: Dokter Militer
RomantizmBersama dengan Akbar sebagai cinta pertama dalam hubungan sembilan tahun lamanya tentu membuat Rarasati merasakan bahagia dalam diri. Namun saat menuju perayaan sepuluh tahun hubungan mereka, Akbar nyatanya tak pernah menemukan letak titik kebahagia...