Menyerah

17 2 47
                                    

Bismillahirahmanirrahim

🍁🍁🍁

"Semoga kamu bahagia ya, Assyifa."

~ Arsenio Savier Atharauf

🍁🍁🍁

Romantic Note 15 : Menyerah

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Arsen uring-uringan tidak jelas di kamarnya. Entah sejak kapan Arsen begitu ingin memiliki seseorang seperti dia untuk dijadikan istrinya. Akibat sahabatnya, Rizki tempo hari menelepon Arsen dan mengatakan bahwa perempuan itu akan menikah, Arsen mendadak ngomel tidak jelas, kehilangan nafsu makan dan sering melamun.

Nasha, adik kedua Arsen tidak tau harus menyikapi abangnya seperti apa. Masalahnya dia juga bingung apa yang membuat abang sulungnya itu berperilaku aneh.

"Asha, kamu udah bujuk abang kamu buat makan?" tanya Jihan, bundanya Arsen.

Nasha yang ditanya menggelengkan kepalanya." Belum Bun, Bang Nio kayanya mogok gak mau makan. Sikapnya aneh banget dari kemarin."

Jihan memijit kepalanya pening. Padahal waktu pulang dari Turki Arsen tidak begitu aneh. Malahan waktu pulang menemui sahabatnya tingkah Arsen terlihat bahagia sekarang mendadak seperti orang patah hati.

"Biar Bunda coba sekali lagi." ucap Jihan yang langsung diangguki Nasha.

Jihan mengetuk pintu bercat hitam didepannya. Tapi dari dalam nyaris tidak ada balasan sama sekali.

"Bang, ini Bunda. Abang keluar sebentar gih dari kemarin kan belum makan. Sekarang makan dulu bang, biar perutnya gak sakit." ucap Jihan berharap anaknya segera keluar dan makan.

Pintu bercat hitam itu terbuka perlahan. Muncul lelaki berkaus hitam dengan celana pendek berwarna senada. Tampilan rambutnya acak-acakan, Arsen menatap bundanya sayu.

"Tuhkan, udah Bunda bilang jangan lupain makan bang. Makan itu prioritas. Jangan dibiasain deh, abang ada masalah? Kelihatannya kaya banyak beban. Ada apa sih bang? Cerita coba sama Bunda siapa tau Bunda bisa bantu." cecar Jihan dengan pertanyaan yang mana malah membuat Arsen pusing.

"Abang gak apa-apa Bun. Soal makan, abang cuma lupa aja kok." ucap Arsen mencoba santai, takut tidak alami ucapannya.

Jihan menelisik wajah putranya tajam. "Bener gak ada masalah kamu?"

Arsen hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah abang turun ke bawah gih, bunda udah siapin makan. Kamu bikin khawatir semua orang rumah tau." ucap Jihan lalu berlalu dari hadapan putra sulungnya itu.

Arsen memilih mengikuti sang bunda untuk turun ke bawah daripada nanti semakin kena omel lebih baik jadi penurut. Sampai di bawah Arsen langsung disambut ketiga adiknya.

"Ih abang mukanya kaya oyang gila di pinggil jalan yang kemalin kita lihat kan Kak Asha." Khaira menoel lengan Nasha.

"Iya abang kaya orang gila." balas Nasha mengiyakan ucapan Khaira.

"Abang kenapa baru turun sekarang? Nanti kalo sakit yang repot juga kita semua." Adam, adik ketiga Arsen bertanya normal pada kakaknya itu.

Arsen tersenyum kecut melihat ketiga adiknya. "Iya ini abang mau makan Dam." Lebih memilih menjawab pertanyaan Adam daripada menanggapi candaan adik perempuannya.

Romantic Note [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang