Siapa Dia Sebenarnya

25 7 32
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

🍁🍁🍁

"Dia berbeda dari yang lain. Dari segi manapun. Karena dia berbeda"

~Romantic Note

🍁🍁🍁

Romantic Note 09 : Siapa Dia Sebenarnya

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sampai hari ini Syifa masih kepikiran dengan omongan Rizki. Syifa tau Rizki memiliki sahabat. Tapi dirinya tidak pernah bertemu dengan sahabatnya itu. Syifa hanya tau Zhafran, sahabat Rizki yang juga berkuliah di Kairo.

Tapi masa iya Zhafran. Dirinya tidak pernah merasa Zhafran menyukai dirinya. Dan lagipula Syifa sudah mengenal Zhafran berarti bukan dia yang dimaksud Rizki, karena kemarin dia bilang kenalan. Berarti Syifa kan tidak kenal. Jika mengingat laki-laki itu Syifa rasanya ingin tertawa. Zhafran itu tipe laki-laki yang menjengkelkan baik dari cara bicaranya juga dari tingkah lakunya.

Memori hari pertamanya mondok di pesantren ini keluar dari tempat yang seharusnya. Pertama dia kenalan dengan Nisa, juga sambutan ramah dari keluarga kyai Syarif dan sambutan dari santri. Rasanya sungguh mengharukan.

Mata Syifa menerawang ke langit yang cukup biru, sangat cerah. Biru adalah warna favoritnya. Entah Syifa hanya suka saja dengan warna biru, terasa mendamaikan dan seperti simbol kehidupan itu filosofi menurutnya.

Pandangan Syifa mengerjap pelan kala ada sebuah tangan yang menutupi wajahnya, seperti membantu dirinya agar tidak terpapar sinar matahari yang cukup terik. Menoleh ke samping, lalu menjauhkan sedikit tubuhnya dari nya.

"Wildan kamu ngapain?" tanya Syifa tak suka. Bukannya apa Syifa hanya tak suka laki-laki itu terlalu dekat dengannya.

Sebelum menjawab pertanyaan Syifa, Wildan lebih dulu duduk di samping Syifa."Duduk,"

Hanya jawaban singkat itu mampu membuat tubuh Syifa menegang. Aura yang di pancarkan dari Wildan terasa berbeda dari biasanya. Syifa beringsut agak menjauh dari Wildan.

"Kamu ngapain Fa?" kekeh Wildan aneh. Syifa bergidik ngeri, kekehan Wildan bagai lantunan nada menyeramkan di indra pendengarannya.

"Duduk. Kamu tau darimana aku ada disini?" tanya Syifa pelan, jujur saja dia benar-benar merasa sedikit takut.

"Insting."

Setelahnya hanya ada keheningan yang menguasai mereka. Tidak ada pembicaraan, ataupun basa-basi. Benar-benar hening. Ini bukan keadaan yang Syifa kehendaki, dia malah merasakan gejolak ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya.

Muntah, seperti itu rasanya. Hidungnya mencium bau anyir yang sangat kental. Seperti bau darah. Tunggu! Darah! Apa Syifa datang bulan? Tapi saat Syifa ada di kamar mandi tadi dia tidak kok.

Rasanya Syifa benar-benar ingin muntah sekarang saat Wildan menggeser duduknya. Tunggu? Saat Wildan menggeser duduknya? Bola mata Syifa membulat. Bau anyir itu malah semakin terasa sekarang.

Syifa menoleh takut pada Wildan. Benar. Bau anyir darah itu berasal dari tubuh Wildan. Syifa melihat darah yang masih cukup basah menempel di baju lelaki itu. Tepat di bagian pinggang, bagian yang tidak cukup terlihat oleh orang lain.

Romantic Note [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang