Penolakan

31 7 99
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

🍁🍁🍁

"Seni kendi kız kardeşim gibi görüyorum"

~Arsenio Savier Atharauf

🍁🍁🍁

Romantic Note 08 : Penolakan

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lega?

Tentu belum. Semuanya belum mendapat kejelasan lagi dari Syifa. Perempuan yang menjadi idola pesantren itu tengah sibuk. Sampai-sampai Rizki tidak bisa menemui Syifa. Rasa penasaran Rizki sudah mencapai stadium akhir. Tidur pun rasanya tidak nyenyak.

Bahkan Naura sampai bingung melihat tingkah abangnya yang mondar-mandir di ruang tengah. Ditanya tapi tidak ada apa-apa katanya. Tapi mana mungkin Naura percaya.

"Bang Kiki, ngapain sih?" Naura pusing dari tadi hanya melihat Rizki bolak-balik seperti setrika.

Akhirnya Rizki lelah juga, dia duduk di sofa panjang menghadap Naura yang ada di sofa single. Dengan napas terengah-engah seperti habis lari marathon.

"Abang mau ngomong sama Syifa, tapi dia sibuk terus di suruh Umi gak ada habisnya," keluh Rizki.

Naura menyelidik Rizki dengan tatapan aneh."Bang Kiki suka sama teh Syifa?" tanya Naura penasaran. Bisa jadi kan Rizki menyukai Syifa.

"Ya enggak lah," ucap Rizki di sertai dengusan di akhir kata.

"Terus ngapain nanya gitu kalau bukan karena suka?" Naura masih belum mempercayai Abangnya ini. Setelah Rizki mengakhiri ta'aruf dengan Aish, perempuan yang dijodohkan oleh Uminya itu Naura sedikit kecewa. Karena menurutnya Aish itu perempuan yang cocok bersanding dengan Rizki.

"Nau, abang itu cuma penasaran aja. Abang ada urusan sama Syifa. Tolong kamu bantu supaya abang bisa ngobrol sama Syifa," ucap Rizki dengan penuh pengharapan.

Sebenarnya Naura ingin menertawakan Rizki. Bagaimana tidak, wajahnya sangat imut untuk ukuran orang dewasa.

"Penting banget ya bang?"

"Penting pake banget. Ini menyangkut jodoh abang." Tidak ada cara lain selain sedikit memberitahukan alasannya.

"Wah, kalau gitu Nau bantuin abang deh. Nau bakal ngomong sama Umi," ucap Naura semangat.

"Serius Nau, Makasih adek abang yang paling cantik," Rizki mendekap adiknya erat. Sambil mengucap beribu kata terimakasih.

Tubuh Rizki terlalu besar untuk mendekap Naura yang tubuhnya sangat mungil."Bang Kiki sesek tau," keluh Naura.

"Aduh maaf Nau, abang terlalu senang." Rizki mengecup dahi Naura lembut.

"Iya. Yaudah Nau ke Umi dulu," Naura beranjak dari sofa.

🍁

Di sebuah gudang kumuh di pinggiran kota tampak sebuah percakapan yang terasa misterius.

Romantic Note [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang