Penyemangat Nisa

51 7 35
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

🍁🍁🍁

"Jangan sedih lagi ya Nisa"

~Felix Rizki Putra Adhitama

🍁🍁🍁

Romantic Note 04 : Penyemangat Nisa

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Fika tidak membicarakan masalah perempuan yang kemarin malam mendatanginya dengan kedua teman barunya itu. Dia rasa itu menjadi privasinya sejak malam tadi. Entahlah dia tidak terlalu respect dengan dua teman sekamarnya itu.

"Fika kamu coba pakai ini," Syifa menyodorkan sebuah kerudung instan untuk Fika pakai.

"Nggak ah. Males," tolak Fika.

"Loh kenapa males? Menutup aurat itu wajib loh. Dosa kalau sampai aurat kamu terlihat oleh orang yang bukan mahram nya," ucap Syifa masih keukeuh menyodorkan kerudung tersebut.

"Plis deh. Dari kemarin lo nyebut aurat mulu! Capek gue dengernya!" gerutu Fika kesal. Apa di sini tidak ada pembahasan yang lain, kenapa dari kemarin aurat yang selalu dibicarakan.

"Istigfar Fika. Aurat itu penting untuk kita tutupi," ucap Syifa lalu mengusap-usap punggung Fika.

"Ah udahlah. Gue mau cabut. Kalian berisik tau gak!?" Fika lalu membanting pintu kamar sangat keras.

"Udah aku bilangin Fa. Dia itu kepala batu. Mana bisa dia berubah!?" seloroh Nisa saat melihat perdebatan antara Syifa dan Fika.

"Hus gak boleh gitu, siapa tau pintu hatinya ke buka," tegur Syifa.

"Iya deh Bu Ustadzah. Yok lah kita belajar,"

"Sok mangga,"

🍁

Rizki merasa familiar dengan perempuan berambut sebahu itu. Perempuan yang sama tempo kemarin berdebat dengannya di kelas. Pertanyaan yang ada di kepalanya kenapa tidak belajar? Padahal kan ini jam-jam santri belajar.

"Assalamualaikum, kenapa disini?"

Fika menoleh dan terkejut kaget kala melihat lelaki yang menurutnya tampan tapi bermulut pedas. Tapi tak urung Fika terpesona selama beberapa detik lalu tersadar.

"Ngapain lo,"

"Assalamualaikum," salamnya lagi.

Fika berdecak malas,"Waalaikumsalam"

"Kenapa gak belajar?" tanya Rizki masih sama.

"Gak usah sok peduli deh!" ketus Fika.

Rizki menghela napasnya,"Saya bukannya sok peduli sama kamu, tapi saya peduli. Sana belajar,"

"Lo kenapa jadi sksd sama gue sih?" judes Fika.

"Kamu santri disini, saya Ustadz guru kamu. Jadi sudah tugas saya mengingatkan santrinya untuk belajar," perkataan Rizki terlampau lembut, hingga Fika merasakan gelenyar aneh di dadanya.

Romantic Note [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang