07. MISI MENDAPATKAN NOMER

166 139 56
                                    

Halo semua! Berikan vote dan komentar sebanyak banyaknya. Happy reading! 🦋

Share di sosial media kalian!

*****

Setelah membalas pesan dari seseorang, Afan segera berdiri dari tempat duduknya, membuat erza segera mengalihkan pandangannya dari ponsel ke Afan.

"Mau balik?" tanya Erza, dan hanya di balas anggukan kepala oleh Afan.

Dengan penuh tanda tanya, ila ikut bertanya, "Loh kenapa?"

Afan menolehkan kepalanya, "Saya ada latihan olimpiade matematika."

Tanpa banyak basa-basi Afan dan Erza pergi, sedangkan Gian yang belum selesai berdebat dengan Caca pun ikut menyusul, sebelum itu dia mewanti-wanti Caca, "AWAS LO CIL! DASAR ANAK KAMBING!"

"BANGSAT! GUE GAK TAKUT SAMA LO BANCI!" teriak Caca tak mau kalah.

"Astaghfirullah istighfar ca, Nanti cepet tua loh kalau kamu suka marah-marah," peringat ila dengan menepuk-nepuk pundak Caca pelan agar tenang.

"Sumpah, demi seblak pedes, gue sebel pakek banget sama tu cowok banci!" greget caca dengan mengibaskan rambut panjang yang tergerai bebas.

"Katanya, kalau benci bisa jadi suka loh," ujar ila mengejek.

"Idih, amit-amit deh! Mendingan gue sama Bimo si culun dari pada sama cowok sableng kayak si banci," tolak caca mentah-mentah dengan wajah seolah-olah muntah.

"Ati-ati senjata makan tuan nanti, kalau kejadian aku bakal ketawa paling depan."

"Nyenyenye, ngeselin Lo," sinis caca dan bergegas pergi tanpa kata-kata.

"Eh, ca! Kamu mau kemana?" tanya ila dengan sedikit berteriak.

"Lo ke kelas aja, nanti gue nyusul!" seusai mendengar jawaban Caca, ila dengan santai pergi meninggalkan kantin untuk menuju ke kelasnya.

****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu, namun tidak membuat dua sahabat yang tengah berjalan dengan di penuhi omongan tidak penting ila yang tengah membucini Afan dan hanya didiamkan oleh caca selang beberapa menit diam, kini menoleh ke arah ila, "Ngongkong yuk la? Katanya ada kafe baru."

"Nanti anterin pulang ya, tapi gk pake pembayaran," di akhiri anggukan lemas, caca mengiyakannya membuat ila terkikik melihatnya.

****

Wushh~
"Ca! Jangan ngebut-ngebut!" oceh ila menggunakan nada tinggi sambil memukul-mukul pundak Caca bruntal.

"Ha? Gue gak denger la!" Tanpa berkemanusiaan caca semakin melajukan motornya, saat ini mereka berdua tengah menuju kafe yang direkomendasikan Caca dengan kecepatan kilat seorang pembalap sang Caca yang mengundang maut datang tiba-tiba.

"Dasar temen budek!" dengan kesal ila tetap mencengkram erat baju caca sampai lusuh.

Citt
Bug!!

Plak!!!

Adoh!!!
Baru saja Caca memberhentikan motornya, dari belakang badannya dia mendapatkan hadiah berupa pukulan dan tamparan keras di kepalanya membuatnya kaget sekaligus kesakitan.

Hai ganteng Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang