Tetangga Baru

807 73 1
                                    

Hari itu langit begitu cerah, dua pasang sepeda kecil sudah terparkir rapi di halaman depan rumah, siap dikendarai oleh masing-masing pemilik untuk mengitari komplek bersama teman-teman yang lain.

Dua anak laki-laki yang merupakan Ruangwiwat bersaudara itu telah siap memasang helmnya masing-masing sebelum mengendarai sepeda kesayangannya menuju taman, hingga akhirnya__

"Ja, Chimon, kemari!" Celetukan dari sang ibu dari arah pintu utama membuat dua bersaudara itu kompak menolehkan kepalanya.

Keduanya saling pandang selama beberapa saat, hingga yang lebih tua lebih dulu melepas helmnya dan menyuruh sang adik untuk mengikutinya menghampiri sang ibu.

Nyonya Ruangwiwat tersenyum manis sembari merangkul dua anak laki-lakinya di kanan kiri.

"Ini tetangga baru kita, ayo beri salam"

Keduanya membungkuk sopan sembari menyebutkan nama masing-masing, yang disambut dengan perkenalan dan sapaan hangat Nyonya Kirdpan yang merupakam seorang tetangga baru yang baru pindah di rumah depan kemarin sore.

"Umur Ja 11 tahun dan Chimon 8 tahun, tidak jauh berbeda dengan Nanon. Aku pikir mereka bisa menjadi teman" celetuk Mama tuk (Mama Chimon dan Ja).

"Non, ayo beri salam dan perkenalkan dirimu kepada kedua Phimu"

Tanpa sadar baik Ja maupun Chimon sedikit memiringkan kepalanya sembari mengerutkan dahi, penasaran dengan sosok anak laki-laki yang sejak tadi bersembunyi di belakang tubuh ibunya.

"N...Nanon Kolapat Kidpan" ucapnya gugup kemudian kembali beringsut pada kaki sang ibu.

Mama Ning (Mama Nanon) terkekeh sembari mengusap kepala sang anak.

"Dia memang sedikit pemalu saat berkenalan dengan orang baru.

Ja tersenyum cerah dan mengangguk, "tidak papa bibi, kami mengerti"

"Nah, sayang bisakah kalian ajak Nanon bermain? Dia belum punya teman satu pun di sini"

"Eung, aku dan Chimon mau main ke taman bersama teman-teman, Nanon mau ikut?" Celetuk Ja.

Nanon langsung mendongakkan kepalanya meminta persetujuan sang ibu. Sedang di lain sisi Chimon tengah menyikut lengan kakaknya sembari berbisik.

"Phi, kenapa mengajaknya? Sepedanya kan hanya dua"

"Milikmu ada boncengannya, kau beri saja dia tumpangan. Kalau dia bisa mengayuh sepeda juga kan enak kalian bisa gantian"

"Eum, Non mau" jawab Nanon akhirnya.

Ja tersenyum ramah kemudian menggandeng tangan Nanon dan meminta izin kepada dua wanita paruh baya di hadapannya.

"Kau bisa bonceng sepeda Chimon, tidak papa kan?" Ucap Ja setelah ketiganya berada di hadapan dua sepeda kecil yang sudah siap parkir di depan garasi.

Nanon hanya mengangguk kecil sembari melirik Chimon yang tampak sibuk memakai helm birunya.

"Ayo!" Ucap Chimon yang sudah bersiap di sepedanya.

Nanon lagi-lagi hanya mengangguk pelan dan duduk di boncengan sepeda Chimon.
.
.
.

Sebenarnya, Chimon tidak terlalu tertarik untuk bermain dengan anak-anak yang lebih muda. Ia terbiasa bermain bersama teman-teman kakaknya sejak kecil, menurutnya bermain dengan anak kecil itu sedikit merepotkan, ia harus lebih hati-hati agar tidak membuatnya menangis dan harus menjadi seorang phi yang siaga. Setidaknya itu yang Chimon tangkap dari pengamatannya saat sering menyusahkan sang kakak dulu. Tapi itu dulu, ketika Chimon masih berusia 5 tahun. Setelah sempat tak diperbolehkan orang tuanya untuk ikut bersama Ja karena kejadian Chimon menangis sebab terjatuh Chimon bersikeras untuk mengimbangi mereka dan berjanji tidak akan menyusahkan kakaknya, setidaknya ia tidak kesepian di taman meskipun nanti sang kakak sibuk bermain dengan teman-teman seumurannya.

Non&Mon (NAMON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang