04

195 30 5
                                    

Chimon Wachirawit menghela napasnya untuk yang kesekian kali sejak satu jam terakhir. Matanya melihat jengah ke arah Nanon yang masih sibuk berguling-guling sambil sesekali memainkan ponselnya di atas kasur Chimon.

"Hh.... mau sampai kapan kau seperti itu, huh? Apa tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan?"

"Tidak ada, aku akan tetap di sini sampai kau setuju untuk datang ke pertandingan besok"

"Haishh... terserah" ucap Chimon kemudian kembali memutar kursinya untuk lanjut belajar.

"Phi..." Chimon hanya bisa geleng-geleng kepala ketika mendengar rengekan khas Nanon.

"Phi, ayolah... besok itu hari minggu. Istirahat dulu belajarnya Phi, lagipula orang tuamu tidak akan marah"

"Aku sudah booking satu bilik di study cafe yang baru buka, Non. Ingat, aku ini murid kelas 3, ujian universitas semakin dekat. Lagipula, aku sudah membayarnya untuk 4 jam sayang tau kalau hanya dipakai 2 jam"

"Ck, sehari tidak belajar tidak akan membuatmu langsung bodoh phi. Lagian, haishh... katanya aku ini__ aku ini adik kesayanganmu kenapa pelit sekali?! Kau hanya kehilangan beberapa baht untukku"

Chimon menghela napas keras dan meletakkan bolpinnya untuk kemudian berputar menghadap Nanon dengan ekspresi dan penampilan lusuh itu.

"Beberapa baht tetap saja itu uang dan uang itu hasil kerja keras orang tuaku. Nanti, nanti kalau aku sudah punya penghasilan sendiri kau mau minta apapun juga pasti aku belikan, enak saja bilang aku pelit" jawab Chimon dengan mata melotot, tidak rela dia dibilang pelit.

"Kalau aku minta rumah?"

"Awshh... phi!" Nanon mengaduh ketika sebuah higlighter mendarat mulus di kepalanya.

"Tidak tau diri" cibir Chimon.

Nanon masih sibuk mengusap kepalanya sembari memanyunkan bibir. Sedangkan Chimon kembali menyibukkan diri dengan buku-bukunya.

"Phi...." lagi-lagi Chimon hanya bisa merotasikan bola matanya jengah mendengar rengekan Nanon.

"Phi... ayolah... memangnya tempatmu itu tidak bisa diubah jamnya apa?"

"Berhenti merengek Non, kau bukan bayi lagi"

Chimon sempat terperanjat ketika Nanon tiba-tiba memeluk lehernya dari belakang.

"Phi, please... ini pertandingan pertamaku. Nanti ku traktir sushi deh ya...ya... aku juga bisa menemanimu belajar"

Chimon menghela napas kemudian melepas tangan Nanon dan berbalik menatapnya lelah.

"Aku akan datang di pertandinganmu yang lain, oke? Jadi kau harus menang untukku besok"

"Ta__"

"Oh, Cano!"

Nanon mendesah kesal karena ucapannya terpotong dan Chimon lebih memilih mendatangi Cano yang tiba-tiba muncul di pintu kamar Chimon.

"Apa Non belum memberimu makan? Eung? Eung?" Ucap Chimon sembari mengusak kepala dan leher Cano, anjing itu tampak menikmatinya.

Beberapa detik setelahnya Chimon menoleh ke belakang ketika mendengar Nanon menepuk jidatnya cukup keras.

"Phi, aku lupa memberi jatah makan Cano"

"Hh... sudah ku duga, dasar pelupa"

"Ayo Cano, kita pulang dan makan"

Nanon sudah berada di luar kamar Chimon tetapi Cano justru masih asik bermanja dengan pria manis itu.

"Astagaa... pemilikmu itu siapa sih sebenarnya"

Nanon kembali dan menepuk-nepuk kepala Cano memberi kode agar dia mengikutinya. Namun, bukannya menuruti perintah Nanon, anjing itu justru menyamankan diri meletakkan kedua tangannya di pangkuan Chimon membuat Chimon tertawa puas.

"Astagaa... dasar bocah gendut, ayo pulang"

Akhirnya dengan susah payah Nanon menggendong Cano.

"Aishh... aku akan menurunkanmu kalau kau tidak bisa diam" gerutunya karena Cano terus mengendus wajahnya.

Chimon yang melihat wajah masam Nanon sembari kesusahan membawa Cano hanya bisa tertawa geli.

Nanon itu, benar-benar tidak banyak berubah. Masih sama seperti bocah 7 tahun yang selalu bermain dan mengikutinya.
.
.
.
Chimon membungkukkan badannya sembari menumpukan kedua tangannya di lutut dengan napas terengah. Keringat bahkan mulai membanjiri wajah manisnya.

Chimon menelan salivanya dengan susah payah sebelum akhirnya kembali berlari menaiki anak tangga di stadion tempat dimana pertandingan basket dilakukan.

Ia menghela napas lega ketika sampai di area tribun dan melihat Nanon tengah berlari mendrible bola. Bersamaan dengan duduknya Chimon di salah satu bangku kosong, pluit berbunyi tanda time-out.

Chimon sengaja berdiri dengan senyum manis diwajahnya dengan maksud menunjukkan dirinya kepada Nanon yang tengah beristirahat sejenak di seberang. Entah Nanon akan menyadari kehadirannya atau tidak, Chimon tidak mau mengambil resiko memberikan kode yang terlalu terlihat untuk Nanon karena itu akan membahayakan peran keduanya yang seolah tak saling mengenal di sekolah.

Tanpa diduga ketika berniat kembali ke pertandingan mata keduanya tidak sengaja bertemu. Senyum manis Nanon merekah seketika membuat beberapa penonton yang menangkapnya sontak mencari tahu kemana arah pandangan Nanon. Untungnya Chimon dengan cepat kembali duduk sebelum mereka menyadari senyuman Nanon. Beberapa penonton perempuan yang duduk dengan jarak beberapa kursi di sekitar Chimon tampak tersenyum malu-malu atau saling berbisik dengan teman sebelahnya mengira-ngira bahwa mungkin saja Nanon tersenyum padanya. Chimon terkekeh geli melihatnya.
.
.
.
Nanon meringis samar sembari menggaruk ujung pelipisnya, pandangannya tertuju pada beberapa piring kosong di depannya juga Chimon yang masih makan dengan lahap.

Sadar dirinya diperhatikan Chimon menghentikan kegiatan makannya kemudian memandang Nanon heran.

"Eum, cobalah" ucap Chimon menyodorkan sepotong nigiri dengan potongan tuna di atasnya.

Nanon menggeleng pelan, "aku sudah kenyang"

"Hm? tumben, biasanya kau lebih banyak makan daripada aku" celetuk Chimon tak mau ambil pusing kemudian memasukkan salah satu jenis sushi kesukaannya itu ke mulutnya.

"Kau tidak perlu khawatir bangkrut, aku akan membayar bagianku sendiri" ucap Chimon mengerti kegelisahan Nanon sejak beberapa waktu yang lalu.

"Hah? Kau ini apa-apaan sih phi?! Aku kan sudah janji akan mentraktirmu kalau kau datang ke pertandinganku jadi aku akan membayar semuanya"

Chimon terkekeh geli, "kalau begitu kita bagi dua saja"

"Tapi__"

"Tidak ada tapi, aku sebagai phi sudah memutuskan"

Sebenarnya Nanon ingin menolak karena tak enak hati, tapi apa mau dikata pesanan mereka memang banyak terutama Chimon dan tentu saja harganya tidak murah untuk ukuran kantong pelajar seperti mereka jadi... mumpung Chimon menawarkan begitu yasudah Nanon terima saja daripada uang jajannya untuk seminggu ke depan ludes.

"Non!"

Suara Chimon berhasil menyadarkan Nanon dari lamunannya, dan kemudian yang ia dapati adalah sepotong sushi yang sama dengan yang sebelumnya berada tepat di dekat bibirnya.

"Terakhir" ucap Chimon dengan senyum manis.

Nanon menggeleng pelan, "phi saja"

Chimon langsung memasang wajah merengut yang menurut Nanon sangat menggemaskan. Oh Nanon tidak bodoh untuk menangkap godaan dari phi kesayangannya itu.

"Hh... baiklah"

Chimon kembali tersenyun cerah setelah Nanon memakannya. Tangannya terulur mengusap kepala Nanon.

"Anak pintar"

Nanon hanya memutar bola matanya malas, sudah terlalu biasa diperlakukan seperti bayi oleh Chimon. Dan yah... Nanon tak menolak karena ia menyukai apapun yang Chimon lakukan padanya.

~~

TBC

Non&Mon (NAMON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang