06

212 19 3
                                    

"Phi, kenapa tadi kau tidak pulang dulu?" Tanya Nanon sembari mengutak-atik kompor portable di atas pantry.

"Kalau aku langsung pulang namanya cari mati,"

"Heish... aku malas mendengarkan ceramah Mama"

Nanon tertawa pelan mengerti maksud Chimon. Tentu saja, mana ada siswa kelas 3 SMA pulang sebelum jam 5 Sore, kalau iya sudah dipastikan dia membolos.

"Kau mandi saja dulu, badanmu kotor sekali" celetuk Chimon.

"Iya iya ini juga mau mandi. Oh iya, abalonnya masukkan semua saja phi hehe..."

"Hm iya sana cepat mandi aku lapar dan tidak mau menunggumu" jawab Chimon sembari masih fokus membersihkan abalon.

"Heh, oke!"

Ya, setelah Nanon benar-benar menceritakan semuanya secara detail mengenai perkelahian tadi sore, keduanya akhirnya memutuskan untuk memasak ramen dan memasukkan apapun di dalam kulkas yang menurut mereka akan nikmat dimakan bersama rebusan mi instan tersebut.

"Wahh... ini enak!"

"Tentu saja, aku yang memasak"

Nanon memasang ekspresi mengejek, "ramen ini enak karena bumbu instannya tau"

"Enak saja, asal kau tau rasa ramen itu selalu berbeda pada setiap orang yang memasaknya. Kau harusnya bersyukur bisa merasakan ramen ternikmat buatanku" jelas Chimon dengan percaya dirinya.

Nanon hanya terkekeh kemudian meletakkan Daun Bawang, potongan paprika, dan tomat di atas mangkuk Chimon.

"Heh, kalau begitu kau juga harus memakan semua toping yang ada di ramen ini phi"

Chimon meringis kecil, "sshh... aku tidak masalah dengan daun bawang" ucapnya sembari mengangkat sendok yang menjepit ramen dan daun bawang.

"Tapi kalau mereka..." Chimon menatap sangsi dua potong tomat dan paprika di mangkuk, "heishh... tidak terima kasih" ucapnya melahap ramen tadi.

"Heh kau kan yang memasukkannya"

"Apa? Tomat itu aku gunakan untuk menambah rasa saja, paprika itu, eihh... kau yang menambahkan itu, Korapat"

"Tetap saja kau harus memakannya"

"Kenapa harus?"

Nanon sudah bersiap kembali mendebat Chimon tetapi urung ketika sebuah panggilan masuk menginterupsi mereka.

"Mama"

Chimon menelan makanan di mulutnya dengan susah payah setelah Nanon menunjukkan layar ponselnya, ia jadi ikut-ikutan gugup, padahal dirinya sendiri yang menawarkan bantuan pada Nanon.

"Angkat saja dulu"

Nanon mengangguk ragu sembari menelan salivanya gugup.

"Ha_"

"NANON KORAPAT KENAPA MEMBUAT MASALAH HUH?!"

Nanon sontak menjauhkan ponselnya dari telinga ketika sang mama tiba-tiba mengomel, Nanon menatap Chimon kemudian mengaktifkan loudspeakernya.

"Baru Mama tinggal sehari kamu udah berulah aja, bagaimana kalau Mama tinggal sebulan Nanon?!"

"Maaf" lirih Nanon.

"Kenapa sampai seperti itu, Nanon..?! Kau mau menjadi preman huh?! Mau sok-sokan jadi jagoan?! Biar apa? Biar kelihatan keren? Biar disegani teman-teman kamu, begitu?!"

"Ma, Nanon tadi cuma bela diri. Masa iya Nanon diam saja waktu dikeroyok"

Ya... tidak mungkin kan Nanon mengatakan bahwa alasan utamanya lepas kendali hanya karena dasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Non&Mon (NAMON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang