Sepeda

197 41 1
                                    

"Mama... Mon main dulu!" Ucap Chimon cukup keras kemudian segera menaiki sepedanya setelah mendapat jawaban iya dari sang ibu.

"ayo!"

"Iya ayo, teman-teman sepertinya sudah menunggu"

Chimon mengangguk semangat kemudian mengayuh sepedanya bersama Ohm.

Di sisi lain, Nanon yang sudah bersemangat dengan niat menghampiri Chimon harus terhenti di teras depan rumahnya. Ekspresi cerianya lantas berubah menjadi cemberut setelah melihat Chimon yang baru saja pergi sembari tertawa bersama Ohm. Nanon menghentakkan kakinya sebal kemudian berlari ke dalam rumah sembari berteriak memanggil ibunya.
.
.
.
"Nanon kemana? Tumben sepi?" Tanya Tuan Kirdpan yang baru saja pulang dari kantornya.

"Sedang merajuk di kamarnya"

"Eh? Kenapa?"

Mama Ning menghela napas pelan, "minta sepeda, padahal kan bulan lalu dia habis jatuh dari sepeda sampai giginya ompong"

Tuan Kirdpan terkekeh geli, "kau tidak memperbolehkannya?"

"Ya bagaimana tidak memperbolehkan, dianya mau sepeda yang tidak ada tambahan roda, kalau jatuh lagi bagaimana?"
.
.
.
Tuan Kirdpan yang sedang menunggu sang istri selesai menata makanan di meja makan untuk makan malam sempat dibuat terkejut ketika suara meja beradu dengan sebuah celengan kaleng bergambar robot diletakkan cukup keras, tak lama kemudian wajah sang anak menyembul di depannya.

"Kenapa bawa celengan ke meja makan?"

Dengan ekspresi yang masih cemberut Nanon menyodorkan celengannya ke arah sang ayah.

"Papa, Non boleh beli apapun yang Non mau pakai uang sendiri kan?"

"Ehem?"

"Kalau pakai tabungan Nanon, cukup tidak untuk beli sepeda?"

Tuan Kirdpan tertawa pelan kemudian mendorong celengan Nanon ke arah si empunya.

"Kenapa harus pakai uang tabungan Non? Kan bisa minta sama Papa"

Nanon menggeleng keras, "mama gak bolehin. Jadi Non mau beli sendiri saja"

Mama Ning yang mendengarnya hanya geleng-geleng kepala kemudian mengambil tempat di samping suaminya.

"Makan dulu ya, Non"

"Gak mau... Non mau sepeda.." rajuknya.

"Kan tadi Mama sudah jelaskan alasannya"

Nanon bersedekap dada dengan wajah kesal, "Non bisa naik sepeda Mama, yang kemarin hanya tidak sengaja jatuh. Lagipula, lagipula bagaimana Non bisa beneran lancar naik sepedanya kalau tidak berlatih"

Mama Ning kembali menghela napas lelah, anak tunggalnya ini memang keras kepala sekali kalau sudah menginginkan sesuatu.

"Bukannya tidak boleh sayang, Mama izinkan tapi tidak sekarang"

"Tapi..."

"Tahun depan saja, ya?"

"Tidak mau..."

"Yasudah, besok kita beli sepeda. Pakai uang Papa, yang ini disimpan saja ya?"

Senyum Nanon seketika mengembang sempurna, "Papa gak bohong kan?"

"Iya, besok pulang sekolah ke toko sepeda sama Mama ya?"

"Yeay... asik... Non sayang Papa yang banyak pokoknya!" Pekik Nanon begitu antusias mengundang tawa renyah dari sang Papa.

"Sayang, kok dibolehin sih?"

"Biar saja, Non kan laki-laki kalau nanti lecet-lecet sedikit tidak papa. Iya kan, Non?"

"Eung eung!" Nanon mengangguk semangat.

Non&Mon (NAMON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang