Phi!"
Chimon menurunkan bahunya kemudian tersenyum tipis, sudah hafal betul apa yang akan dilakukan Nanon ketika anak itu memanggil lalu berlari menghampirinya pagi-pagi sekali sebelum berangkat sekolah.
"Hehe..."
Benar saja, Nanon langsung menyodorkan dasinya di hadapan Chimon dan Chimon dengan senang hati menerima sekaligus memasangkan dasi itu untuk Nanon.
"Orang tuamu sudah berangkat memangnya?" Tanya Chimon sembari sibuk membuat simpul.
Nanon menggeleng pelan, "Mama ada, cuma lagi sibuk ngecek ulang barang yang mau di bawa ke LA nanti"
"Jadi mulai nanti malam kau sendirian di rumah?"
Nanon mengangguk, "yah... mau bagaimana lagi, aku tidak bisa meninggalkan sekolah dan paman membutuhkan mama untuk merawatnya pasca kecelakaan"
Chimon mengangguk saja. Tak berapa lama kemudian ia selesai dengan pekerjaannya dan menepuk kedua sisi bahu Nanon pelan.
"Sudah, aku berangkat dulu ya"
"Hari ini aku numpang mobil Papa, Phi tidak mau bersama saja?"
Tidak, terima kasih. Aku sudah telat"
Nanon memutar bola matanya kemudian mendesah pelan.
"Ckckck, ini bahkan baru jam setengah tujuh, masih ada waktu satu jam lagi, lebih malah"
"Aku harus datang lebih pagi oke?"
Chimon menepuk pundak Nanon, "sudah ya, aku berangkat dulu, bye!" Ucapnya kemudian berlari begitu saja.
.
.
.
BrukkNanon meringis sakit ketika tiba-tiba tubuhnya menubruk dinding keras. Seseorang, tidak, dua orang tiba-tiba entah darimana datang memegangi kedua tangan Nanon dan menyeretnya ke bagian belakang sekolah secara paksa.
Nanon sudah memberontak, beberapa kali nyaris lepas tetapi pada akhirnya mereka berhasil membawanya.
Nanon baru menyadari ada seorang lagi siswa yang sepertinya sudah menunggu di tempatnya sekarang, dari penampilannya sepertinya dia adalah anak badung. Warna bibirnya tampak seperti perokok, kemeja yang dibiarkan tak terkancing, juga wajahnya yang seperti seorang pemeran antagonis. Oke, maafkan Nanon karena menilai orang dari penampilannya saja, tetapi kalau ada diposisinya sekarang tidak salah kan ia berpikir begitu? Oh, dude! Ia terpojok sekarang.
"Heh, aku tidak mengerti apa yang dia lihat darimu sampai memutuskan pergi" ucapnya membuat Nanon mengernyitkan dahinya tidak mengerti.
Nanon hanya diam ketika anak itu mencengkram rahangnya serta membolak-balik wajahnya.
Anak itu menyeringai kemudian melepaskan tangannya dengan kasar hingga membuat Nanon mendesis samar.
"Ya... kau memang tampan, hanya tampan, tidak lebih"
Nanon mendengus remeh paham apa maksud siswa senior di depannya ini.
"Heh, jadi pacarmu meninggalkanmu karena aku?" Ucap Nanon santai dibarengi wajah sengaknya.
Nanon dapat melihat siswa itu diam-diam mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras membuat Nanon yakin kalau tebakannya benar.
Nanon menepuk sebelah pundak siswa tersebut dengan santai, "aku minta maaf atas itu. Tapi tenang saja aku tidak akan tertarik dengan mantanmu"
Nanom melangkahkan kakinya dengan santai sengaja menyenggol pundak siswa itu saat melewatinya. Namun, tanpa disangka anak itu menarik seragam Nanon hingga Nanon terhuyung ke belakang dan...
Bukk
Sebuah pukulan keras berhasil mendarat mulus di wajah Nanon. Siswa itu mencengkram erat kerah seragam Nanon dengan matanya yang melotot seolah tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Non&Mon (NAMON)
Fanfiction"aku akan menikah dengan Phi Mon Mon!" Remake cerita @dee2312