Phi, jangan sedih... :'(

174 29 0
                                    

Sejak satu jam yang lalu Mama Tuk dibuat kualahan membujuk Chimon yang terus menangis saat ia atau suaminya memasukkan beberapa barang dan pakaian Ja ke dalam koper. Anak itu terus merajuk meminta mereka untuk mengeluarkannya kembali, bahkan bujukan Ja juga tidak mempan. Chimon malah mengomeli Ja karena sang kakak memilih untuk pergi besok.

"Hiks... tidak mau, tidak boleh huhu... Mon mau sama Phi Ja hiks..." rengeknya dalam gendongan sang ibu.

"Phi Ja kan harus sekolah sayang, lagipula Phi akan pulang ke rumah setiap sabtu sore dan akan menginap"

"Hiks... tidak mau... pokoknya tidak mau huhu... Phi Ja tidak sayang Mon lagi!"

Ja yang berada di sana menatap sang adik dengan pandangan sedih dan merasa bersalah. Ia tidak tau kalau sang adik akan sangat sedih seperti ini saat ia harus pergi ke asrama untuk melanjutkan sekolahnya.

"Ja pergi ke kamar dulu ya bantu Papa"

"Tidak!"

Chimon segera turun dari gendongan sang ibu dan mendekap tubuh Ja erat.

"Hiks... tidak boleh, Mon mau sama Phi Ja..."

Tok...tok...

"Phi main yuk!"

Mama Tuk menoleh ke arah pintu sejenak, "ada Non tuh, udahan dong nangisnya, mau diliat Non kalau Mon nangis hum?"

Chimon sempat mendengarkan ucapan sang Mama tapi bersikap acuh kemudian, ia memilih untuk kembali mengeratkan dekapannya pada Ja.

Mama Tuk hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepalanya kemudian memilih membukakan pintu untuk Nanon sebelum anak itu melompat-lompat untuk menekan bel.
.
.
.
Nanon menunjukkan ekspresi bingung ketika melihat Chimon tengah memeluk Ja erat dengan sesenggukan dan Ja yang tampak mengelus kepala sang adik dengan lembut sembari memberinya pengertian.

"Phi kenapa?" Tanya Nanon dengan polosnya.

Nanon mendongak ketika Mama Tuk yang baru saja datang mengusak kepalanya pelan.

"Phi Ja mulai besok akan tinggal di asrama jadi Phi Mon sedikit sedih dan tidak mau melepas Phi Ja. Non hibur Phi Mon supaya tidak sedih ya?"

Nanon langsung mengarahkan pandangannya pada Ruangwiwat bersaudara itu. Tak lama setelahnya bibirnya mulai melengkung ke bawah, matanya mulai berkaca-kaca, kemudian...

"Hiks... Phi..." Nanon berlari ikut memeluk Ja sembari menangis keras.

"Hiks... Phi jangan pergi, di sini saja sama Non dan Phi Mon hiks..."

Ja menepuk jidatnya sembari menghela napas lelah, belum kelar masalah adiknya, adik yang lainnya malah ikut menangis membuat Chimon yang tadinya sudah lebih tenang kembali menangis keras.

Ja menatap sang ibu dengan memelas meminta pertolongan untuk menenangkan adik-adiknya. Sedangkan Mama Tuk meringis samar setelah sebelumnya ikut menghela napas dalam. Ia pikir kedatangan Nanon akan membantu Chimon supaya lebih tenang, kenyataannya anak itu malah ikut menangis tidak mau ditinggalkan Ja.
.
.
.
Hari ini adalah hari dimana Ja akan memulai kehidupan asramanya sebagai seorang siswa kelas menengah pertama. Itu semua kemauan Ja, ia memilih untuk melanjutkan sekolah ke sekolah khusus karena ingin serius mengembangkan minatnya dalam bidang taekwondo dan sekolah khusus atlet itu mewajibkan siswanya untuk tinggal di asrama.

Ja dan kedua orang tuanya kini tengah bersiap masuk ke mobil, ada keluarga Kirdpan juga dan Chimon yang akan dititipkan kepada mereka seharian ini. Kenapa begitu? Karena Tuan dan Nyonya Ruangwiwat mengantisipasi kalau Chimon akan kembali menangis keras dan menahan Phinya saat akan berpisah nanti, jadi lebih baik Chimon tidak ikut dulu.

Non&Mon (NAMON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang