MY WIFE | 10

1.4K 145 6
                                    

Sesuai dengan penjelasan Nyonya Hwang, hari ini Hyunjin dan Jeongin sudah berada di bandara Incheon. Sedang menunggu pesawat yang akan memberi mereka tumpangan untuk siap.

"Mama nggak bisa tunggu kalian sampe berangkat, mama harus ke kantor lebih awal. Kalian hati-hati dijalan, ya? Jangan lupa pulang bawa cucu." Jeongin mendelik, apa-apaan mertuanya itu? Jeongin, kan, jadi malu.

"Sebenarnya mama suruh kalian bulan madu ke Santorini itu biar cucu pertama mama nanti made in Santorini, gitu!" bisik Nyonya Hwang.

"Mama! Jangan gitu, ah! Jeongin jadi merah, tuh!" Nyonya Hwang tertawa.

"Iya-iya. Jeongin kalo belum siap nggak apa, kok, mama cuma bercanda tadi. Tapi kalo beneran mama seneng banget!"

"Iya, ma, nanti Jeongin bicarain dulu sama kak Hyunjin," kata Jeongin dengan sedikit malu.

"Mama pergi dulu, ya? Hati-hati dijalan!" Hyunjin dan Jeongin melambai pada Nyonya Hwang yang mulai meninggalkan area ruang tunggu penumpang.

"Jeongin, mau kabulin permintaan mama?" Jeongin menoleh, diam menatap mata Hyunjin. Kemudian bahunya terangkat.

"Mending kita bicarain pas udah sampe disana aja, kak, biar lebih santai. Aku nggak bisa bicara serius kalo lagi di tempat kayak gini."

"Oke, take your time, Jeongin."

*

Hyunjin dan Jeongin baru saja sampai di hotel yang dipesan oleh Nyonya Hwang. Orang suruhan mama Hyunjin itu mengantar mereka sampai ke depan pintu hotel.

"Mandi dulu, Jeongin, abis itu istirahat," perintah Hyunjin saat melihat istrinya langsung berbaring di ranjang.

Perjalanan dari Korea ke Yunani memakan waktu yang cukup lama dengan menaiki Qatar Airways, maskapai kelas atas dan super canggih itu. Sekitar 16 jam untuk penerbangan dari Incheon ke Athena, ditambah 1 jam terbang bersama maskapai Ryanair untuk penerbangan dari Athena ke Santorini. Dan sekarang sudah hampir pukul 11 malam di Yunani, mereka baru tiba di hotel.

Jeongin beranjak dari berbaringnya dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Malam ini mereka gunakan waktu benar-benar untuk beristirahat, lagipula Hyunjin juga tak mau buru-buru, biarkan Jeongin menyiapkan dirinya sebelum diterkam kembali oleh pria Hwang berbibir tebal itu.

Pengantin baru itu sudah berbaring dan cuddling di ranjang dengan sprei berwarna putih bersih melapisinya. Posisi cuddle kesukaan mereka adalah spooning, karena Hyunjin suka sekali menciumi bahu Jeongin sebelum terlelap.

"Kak, aku masih kepikiran permintaan mama."

"Jangan terlalu dibawa berat, Jeongin. Mama cuma bercanda, lagipula mama pasti kasih kamu waktu buat siap-siap. Hamil dan jadi ibu itu butuh banyak persiapan, nggak bisa sembarangan asal buat jadi. Percuma juga kalo jadi tapi calon ibunya belum siap, nanti malah stress terus bisa-bisa keguguran."

"Tapi aku juga nggak mau bikin mama nunggu lama-lama, secara aku ini menantu satu-satunya," ujar Jeongin dengan nada khawatir yang sangat jelas.

Hyunjin mengubah posisi tidur mereka, ia tarik badan Jeongin agar berbalik menghadapnya. Tangan kekar miliknya ia pakai untuk mengusap pipi lembut Jeongin. Hyunjin melihat jelas kekhawatiran dalam mata sang istri.

"Sayang, santai aja. Aku nggak apa, kok, kalo nggak langsung punya anak setelah menikah, mama juga pasti nggak apa. Jangan terlalu dipikirin, aku nggak mau kamu jadi stress cuma karena itu. Aku masih muda, kamu juga masih muda, nggak masalah mau punya anak kapanpun. Yang terpenting sekarang kesiapan kamu, aku nggak mau kita terlalu terburu-buru. Aku juga butuh persiapan buat jadi ayah, aku mau jadi ayah yang hebat."

Kata 'aku' yang dipakai Hyunjin untuk memanggil dirinya sendiri menandakan ia sedang serius berbicara. Jeongin menyadari itu, dan sekarang ia sedang merenungkan ucapan Hyunjin. Benar juga, ia juga mau jadi ibu yang hebat.

Jeongin mengangguk. "Aku pikirin lagi, ya, kak. Aku juga siapin diri mulai sekarang." Hyunjin tersenyum hangat.

"Take your time."

Jeongin tersenyum, matanya menatap dalam mata Hyunjin. Sesaat kemudian kedua pasang mata itu terpejam, jarak diantara mereka makin terbunuh. Kedua belah bibir menempel dengan sempurna, menyesap dengan lembut tanpa adanya rasa menuntut.

Hyunjin mendorong sedikit badan Jeongin, memintanya untuk tidur telentang. Ditindihnya badan kecil Jeongin. Ibu jari Hyunjin mengusap lembut pipi Jeongin dengan perlahan, sedangkan jari-jemari Jeongin menarik-narik pelan rambut hitam Hyunjin.

Tautan bibir dan lidah mereka terlepas begitu masing-masing kekurangan pasokan oksigen. Hyunjin mengusap bibir Jeongin yang tampak berkilau akibat saliva sisa tautan mereka.

"Kamu cantik," puji Hyunjin. Binar matanya benar-benar menunjukkan rasa kagum akan rupa Jeongin yang sempurna.

"Dan kakak adalah orang paling tampan yang pernah Jeongin temui." Senyuman terukir di bibir masing-masing.

Lengan Jeongin sedari tadi melingkar di leher Hyunjin, kini ia tarik pria itu mendekat untuk melakukan sebuah ciuman mesra lagi. Ciuman terakhir di malam ini, sebelum saling menjelajah alam bawah sadar.

*

Jeongin bangun terlebih dahulu, mata rubahnya yang sayu melihat ke samping, dimana pria bermarga Hwang tengah berbaring sembari memeluknya dari samping.

Jeongin menepuk ringan pipi Hyunjin, mencoba mengusik tidur nyenyak suaminya. Masih belum bangun, Jeongin mencoba memencet hidung Hyunjin agar pria itu terusik dan bangun.

"Eungh ... " Misi berhasil, Hyunjin terusik dan sekarang sudah membuka matanya.

"Good morning," sapa Hyunjin.

"Good morning, papa." Hyunjin terdiam, otaknya yang baru bangun masih memproses panggilan yang diutarakan Jeongin baru saja.

"Papa?"

"Iya, papa. Semalem aku mimpi kamu dipanggil papa sama anak laki-laki kecil lucu. Wajahnya buram, sih, tapi aku bisa lihat bentuk wajahnya kayak kamu, tapi matanya kayak aku, lucu banget." Hyunjin yang paham langsung tertawa kecil.

"Kamu lucu, deh, kalo panggil aku papa. Jadi ngebayangin kamu ajarin anak kita nanti panggil aku papa." Tawa gemas terdengar dari mulut masing-masing.

"Kak, pake 'aku' aja, ya? Kalo 'saya' itu aneh, lagian kita udah nikah."

"Masa, sih?" Jeongin mengangguk lucu.

"Oke-oke, aku pake 'aku' aja, nggak pake 'saya'."

"Ayo bangun, mandi!" Jeongin menarik tangan Hyunjin untuk segera bangkit dari berbaringnya.

"Mandi bareng, ya?"

Jeongin mengetuk-ngetuk pipi dan matanya menatap keatas, pose seperti sedang berpikir. "Ayo, deh."

Mata Hyunjin langsung segar, buru-buru ia bangun dan menggendong Jeongin menuju kamar mandi. "Hore, mandi bareng!" serunya senang. Maklum, Hyunjin sudah lama tidak melihat tubuh Jeongin setelah kejadian malam itu. Jadi, wajar Hyunjin jadi girang.

***
TBC.

-Jizah

MY WIFE || HyunJeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang