"Eh, apa, nih? Om siapa, ya? Mau culik saya?" - Yang Jeongin
"Sssttt, udah ikut saya bentar!" - Hwang Hyunjin
***
Tentang niat awal Hwang Hyunjin yang harus berpura-pura mempunyai istri hanya untuk memenuhi keinginan sang ibu. Sampai ketika semua be...
Hari ini tepat 2 bulan pernikahan mereka, dan hari ini Jeongin memiliki kejutan besar yang pasti membuat sang suami sangat terkejut sekaligus bahagia.
Jeongin berjalan semangat menuju ruang kerja Hyunjin. Ya, pria itu sedang libur, tapi ditengah hari liburnya tiba-tiba ada beberapa dokumen yang harus ia selesaikan. Beberapa dokumen yang berhasil membuatnya ditahan selama 3 jam di dalam ruang kerja sejak tadi pagi.
Jeongin melihat kembali benda kecil panjang yang ada di tangannya sebelum masuk ke ruang kerja sang suami. “Kak Hyunjin pasti seneng!” gumamnya yakin.
Tangan kiri Jeongin pun memegang gagang pintu dan bersiap memutarnya, sebelum—
Drrttt ... Drrttt ...
—sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Dengan berat hati Jeongin membuka pesan tersebut, siapa tahu pesan itu penting, kan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Badan Jeongin membeku, ia lupa akan sesuatu. Sebuah janji yang terpaksa harus ia ucapkan, dan penagih janji kini datang mengingatkan.
Wajah Jeongin berubah menjadi pucat pasi, apa yang harus ia lakukan sekarang? Sangat tidak mungkin tiba-tiba meninggalkan Hyunjin tanpa sebab, dan sangat tidak mungkin lagi jika ia tetap diam dan membiarkan suaminya harus tertembak untuk kedua kalinya.
BRAK! BRAK! BRAK!
Pintu utama rumah mereka dipukul keras, Jeongin menoleh panik ke arah pintu besar yang letaknya tak jauh dari ruang kerja Hyunjin.
“YANG JEONGIN!!! KELUAR!!!”
Ceklek!
“Sayang? Ada apa? Aku denger dari dalem tadi ada suara ribut-ribut.”
BRAK! BRAK!
Hyunjin sontak menoleh pada pintu utama rumahnya dan menatap bingung.
Sret!
Tangan Hyunjin ditarik. “Kita harus pergi dari sini!”
“Tapi—” Jari telunjuk Hyunjin menunjuk pintu. Jeongin menggeleng, meminta Hyunjin untuk ikut dengannya saja.
BRAK!
“Mau kemana lo berdua? Mau kabur?” Suara itu— Hyunjin berbalik dan melihat, mencoba memastikan orang yang datang sesuai dengan siapa yang ada dipikirannya.
“Lee Minho? Mau apa lo kesini?!”
“Mau nagih janji istri lo!”
“Janji apa maksud lo? Jangan coba-coba bawa istri gue pergi dari sini! Lo nggak ada hak!”
“Itu menurut lo. Karena sebelumnya, semua perjanjian udah tertulis jelas disini, dan ditandatangani sama istri lo!” Minho menunjukkan selembar kertas dengan jejak tanda tangan Jeongin disana.
Hyunjin menoleh pada Jeongin yang membeku di belakangnya. “Janji apa, Jeongin?”
“Istri lo nggak akan ngaku, karena itu udah termasuk peraturan mutlak dalam perjanjian yang nggak boleh dilanggar. Sekali dia ngaku, nyawa lo taruhannya!”