MY WIFE | 8

1.9K 180 4
                                        

Jeongin terdiam, pikirannya berkecamuk ribut.

“Kalo kamu nggak mau, kamu bisa menolak, kok. Saya nggak apa, selagi itu demi kebaikan, saya nggak apa. Kamu bisa menolak, dan saya bakal berterima kasih untuk semua yang udah kamu lakukan ke saya. Saya juga nggak mau kamu memaksakan perasaan kamu cuma karena ngerasa nggak enak.” Hyunjin merasa risau begitu Jeongin masih tak bersuara sampai saat ini. Apakah itu artinya ia ditolak? Dan Jeongin belum bisa menerima bahwa ia telah merusaknya?

“Saya—”

Chup!

“—hmph!”

Bibir Jeongin mendarat tepat di bibir Hyunjin, sebuah ciuman tanpa pergerakan. Hyunjin tentu terkejut, apa itu artinya ia diterima? Sungguh?

Jeongin memulai pergerakan, bibir lembutnya mulai melumat kecil bibir tebal Hyunjin. Tangan kekar Hyunjin dengan perlahan namun pasti bergerak merengkuh pinggang ramping Jeongin. Memeluknya dan mengikis jarak diantara mereka.

Hyunjin membalas ciuman lembut itu, ia salurkan rasa sayang yang teramat dalam pada calon ratunya. Pertemuan yang singkat tak menjadi halangan bagi Hyunjin untuk jatuh sangat dalam pada sosok Jeongin. Sejak awal ia sudah sangat tertarik dengan sosok pemuda pirang yang ia lihat ketika sedang berada dalam kurungan lampu lalu lintas.

Ciuman lembut yang tak menuntut itu memabukkan keduanya, membawa mereka ke dalam relung cinta yang menghanyutkan. Jeongin sendiri juga mencintai pria 32 tahun itu. Perasaan itu muncul ketika sepatah kata perpisahan ia lontarkan pada Hyunjin, saat dimana ia merasa ada yang aneh ketika sosok Hyunjin tak bersamanya. Sebuah kekosongan mendalam yang ia rasakan jauh di lubuk hatinya. Meskipun mulutnya berkata tak sudi, tapi hatinya begitu membutuhkan kehadiran pria tersebut.

Ciuman itu masih bertahan, sampai setetes air mata jatuh membasahi pipi Jeongin. Napas Jeongin menjadi sedikit memburu.

Hyunjin putuskan pagutan mereka, kedua tangannya menangkup pipi basah Jeongin. Raut wajah si tampan berubah menjadi khawatir. “Kamu nangis? Kenapa? Saya nyakitin kamu?” Ditanyainya dengan beruntun si manis itu.

Jeongin tak menjawab, yang lebih muda memilih untuk menyembunyikan wajahnya di dada bidang yang lebih tua. Memeluk erat pinggang Hyunjin dan mencengkeram kuat kemeja prianya. Hyunjin memilih untuk diam terlebih dahulu, membiarkan si manis untuk menumpahkan semua air matanya. Sebagai penenang, Hyunjin balas memeluk Jeongin dengan sesekali menepuk lembut punggung Jeongin.

Sedangkan si manis sendiri, pikirannya semakin berkecamuk. Beberapa saat terakhir ada hal yang mengganggu pikirannya.

*

Jeongin terus menatap dengan haru sebuah benda kecil nan cantik yang melingkar di jari manis tangan kirinya. Tak disangka takdir begitu percaya padanya, semesta mempertemukan Hyunjin dan Jeongin, membawa mereka dalam sebuah ikatan yang serius dalam kurun waktu yang singkat sejak awal mereka bertemu.

“Nggak mau makan?” Ucapan Hyunjin menyadarkannya. Jeongin mengangkat kepalanya dan tersenyum.

“Ayo, aku lapar, om,” ujarnya diselingi nada bergurau.

Hyunjin merengut. “Jangan panggil saya pake sebutan itu lagi, kamu calon istri saya, panggil yang mesra dikit, dong!”

Jeongin tertawa kecil. “Iya, sayang ... ”

Hyunjin tersenyum malu, kedua tangannya bergerak untuk mengambil pisau serta garpu sebagai alat bantunya untuk memakan steak.

MY WIFE || HyunJeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang