Pim pim
Suara klakson menyapa pagi hari Velaas seperti biasanya. Bukan papa atau pak soleh, supir yang di pekerjakan papa Suh, melainkan suara klakson dari motor kak Marco yang tiada pernah bosan menyambangi rumah itu untuk menjemput gadis kesayangannya.
"Eh kak Mark, tumben bawa scoopy gak bawa nmax-nya?" Tanya Lele menyambut kak Mark dengan membuka pagar berukuran sedang didepan rumahnya.
"Emang kenapa?"
"Jadi keliatan gemes." Seru Lele disertai tawa cerianya dipagi yang sudah cerah ini. Mark selalu suka dengan cara Lele membuat suasana menjadi lebih ceria. Gak tau kenapa sih, tapi setiap berada di sekitar Lele rasanya selalu cerah, seperti Lele memang dianugrahi aura itu. Makanya walaupun kadang Echan gak ada dirumah, Mark suka aja dateng cuma buat bawain Lele es bubble atau jajanan lainnya.
"Panggilin kak Chanssanya." Pinta Mark tanpa turun dari motor.
"Oke, sebentar yaaaa." Lele masuk kedalem rumah, namun sekejap kemudian menghentikan langkahnya, dirinya baru tersadar kalo tadi pagi kak Echan gak ikut sarapan bareng mereka. "Tunggu deh, kak Echan kayaknya gak--"
"--Echan nginep kak Mark dirumah Xia." Nana teriak sambil lari dari dalem memutus perkataan Lele.
"Eh kapan berangkatnya kok Lele gak tau."
"Mana tau, kan kamu tidur, gemeeyy." Nana mencubit pipi Lele yang keliatan gemes banget kalo lagi memasang wajah bloonnya.
Mata Mark memicing, manatap Nana dengan pandangan penuh selidik, nama Xia itu memang selalu negatif jika didengar oleh Mark. "Serius Na? Bukan.." Mark sengaja menggantung kalimatnya karena menyadari keberadaan Lele yang sedang memandang dirinya dan Nana secara bergantian.
"Beneran." Bohong Nana. Iya Nana terpaksa berbohong karena Echan sejak tadi pagi gak bisa dihubungin. Bahkan papa Suh pun ikut dibohongi. Untung saja papa Suh sedang terburu-buru seperti biasanya jadi ia tidak curiga. Perkataan Echan soal pulang jam dua diingkari olehnya begitu saja. Tentu saja Nana emosi, berkali-kali dia melakukan panggilan telepon ke Echan namun nihil. Hp itu mati. Alhasil Nana harus memutar otak untuk mencari-cari alesan yang bagus agar seisi rumah plus kak Mark tidak mencium kebohongannya. Untung saja tepat jam 5 pagi kak Jenga mengabari Nana kalo mereka semua menginap dirumah Xia.
Jadi sudah dapat di simpulkan, kalo Echan teler. Kan sudah dibilang, perkataan Echan gak bisa dipercaya.
"Dia gak ngabarin gue."
"Umm itu... kayaknya hp dia mati terus lupa bawa charger deh."
"Dari semalem chat gue gak di bales, Na." Wajah Mark mendesak Nana untuk jujur.
"Kenapa sih, kok kak Mark marah." Ini Lele yang ikut ngomong. Jangan lupakan Lele yang emang selalu penuh rasa penasaran.
Mark menatap Lele sekilas, wajahnya memberikan senyum tipis untuk anak itu lalu beralih kembali ke Nana. "Na, nanti gue mau ngomong." Ujar Mark setelahnya dia memacu motor itu, "Lele mau ikut kakak gak??"
Lele cemberut gemes, "gak boleh sama papaaaaa, kak Mark ngeledek ya?"
"Gak ih, yaudah kakak berangkat ya."
"Iya ati-ati kaaaak." Teriak Lele sambil dadah-dadah sebagai salam perpisahan sebelum nanti kembali bertemu di sekolah.
Nana menatap kepergian kak Mark dengan binar mata yang meredup. Keresahan menghampiri hatinya. Mampus gue, Nana mendesah dalam hati. Alasan apalagi yang bakal dia pake buat meyakinkan kak Mark. Tentu saja kak Mark bukan Lele atau bocah 9 tahun yang mudah sekali di tipu daya. Mark itu cerdas, kelewat cerdas dengan bukti dia masuk ke kelas khusus. Harusnya Nana menyadari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Monsters
FanfictionSuka cerita ini? You can follow me for more stories♡ Tentang mereka yang saling melindungi satu sama lain. Percayalah, mereka tidak seburuk kelihatannya. Tentang papa Suh, seorang single parent yang harus menjaga 4 buah hatinya. Injun, Echan, Nana...