"Lo gak ada niatan Chan bicarain masalah lo sama kak Mark? Udah berapa hari lo diem-dieman sama kak Mark." Tanya Injun sambil berjalan pelan melintasi lapangan luas buat masuk ke dalam lorong sekolah.
Echan udah beberapa hari ini gak berangkat atau pulang bareng kak Mark, karena permasalahan mereka yang masih belum mendapat kejelasan. Awalnya kak Mark masih anter jemput Echan tapi entah kenapa tiba-tiba sehari setelah Echan ketauan di hukum, kak Mark pun menjaga jarak antara dirinya dan Echan. Veelas berpikir jika itu mungkin hanya kak Mark yang membutuhkan waktu untuk menjernihkan pikirannya tapi melihat respon kak Mark sekarang ketika bertemu Echan malah terus-menerus menghindar, Veelas menjadi yakin kalo ini bukan menjernihkan pikiran seperti yang mereka duga. Kak Mark sengaja menjauh dari Echan, maupun Veelas.
Di setiap hubungan memang butuh sesuatu yang dinamakan jeda, sekedar untuk menghabiskan waktu sendiri tanpa adanya pacar atau menghabiskan waktu bersama teman-teman dengan alasan healing. Tapi itu bukan berarti bisa memutuskan hubungan hanya karena salah satunya merasa bosan dengan alasan hubungan yang dianggap sudah hambar karena sudah terlalu lama dijalani. Itu sebabnya komunikasi sangat berarti, tapi jika salah satunya menghindari apalagi yang harus dilakukan?
"Udah, tapi dia menghindar terus." Echan ngelirik Jeno yang diam saja lagi fokus menatap Nana. Padahal Nana-nya serius dengerin Echan cerita. "Itu TEMEN lo gak ada niat bantuin, diem ae dari tadi."
Nana nyikut dada Jeno, "Hah gue?" Ujar Jeno kaget, "gue gak sedeket itu sama bang Mark." Jeno berkata canggung, entah karena ketauan sedang menatap Nana ataukah karena dia memang menatap Nana. "Eh itu bang Mark-nya." Tunjuk Jeno mengalihkan pandangannya pada sosok tinggi yang sedang berjalan bersama gadis lain diantara pilar-pilar lorong.
"Anjing banget." Echan mendesis marah mencengkram erat tangan Injun.
"Itu mantannya kan, kak Chan?" Tanya Nana polos, karena dia seperti dejavu kejadian seperti ini tapi lupa kapan dan dimananya.
"Mereka pernah pacaran?"
"Waktu SMP." Ketus Echan sembari berlari kecil buat nyusul kak Mark, "gue duluan."
"Kak Jun temenin kak Echan."
"Dia udah gede, kecuali dia Lele." Injun tetap berjalan santai. Bukan dia gak peduli, tapi ada waktunya dia ikut campur ada waktunya dia tetap diam. Untuk masalah menyangkut hal pribadi kayak gini, rasanya bukan ranah Injun buat ambil bagian. Lagian Echan dan Mark itu udah sama-sama gede, pikiran mereka kayaknya sudah cukup dewasa buat ngatasin masalah mereka sendiri.
"Kalo berantem gimana?" Nana masih khawatir Echan bakal kena kasus karena emosi sesaatnya.
"Gak bakal, percaya sama gue."
Tin... Tin...
Tin.. Tin..
Tiiiiin..
Injun, Nana dan Jeno ternganga saat suara nyaring dari klakson mobil itu bersautan mengintrupsi obrolan mereka. Mobil besar yang dibilang tank sama Lele itu hampir benar adanya, karena saat ini yang lewat dihadapan mereka itu konvoi mobil-mobil fortuner dengan salah satunya mobil besar bersimbol mercedes. Dan itulah mobil besar yang Lele bilang tank.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Monsters
FanfictionSuka cerita ini? You can follow me for more stories♡ Tentang mereka yang saling melindungi satu sama lain. Percayalah, mereka tidak seburuk kelihatannya. Tentang papa Suh, seorang single parent yang harus menjaga 4 buah hatinya. Injun, Echan, Nana...