6. Echan dan lingkungannya

293 28 0
                                    

"Mau kemana?"

Chanssa menoleh segera, lalu setelahnya memegang dadanya tenang, "bikin gue kaget aja lo." Ternyata si Nana yang baru keluar dari kamarnya. "Lo belom tidur?"

"Jam 10? Tidur? Lele kali ah."

"Terus ini mau ngapain?"

"Liatin keadaan Injun."

"Oh, dia udah tidur, tadi gue ngintip."

"Takut ketauan ya?"

Echan cuma balas ketawa sambil garuk lehernya yang gak gatel. Papa Suh sebenernya ada dirumah tapi kayaknya si papa juga udah tidur setelah makan malam tadi karena jika belum tidur pasti papa Suh memilih buat tiduran di ruang teve sambil liat sinetron kesukaannya. Mungkin kelelahan karena tugas negara.

Mata Nana bergulir pelan meneliti Echan dari atas sampai bawah. "Jalan lagi?" Desis Nana gak seneng. Dia tuh paling gak suka sama kebiasaan Chanssa yang satu ini.

Echan kembali ketawa canggung, "heheee iya, Na."

"Kemaren tahun baru katanya closingan sekarang ngapain lagi?"

"Pada ngajakin, Na."

"Kan bisa di tolak." Echan diem, "pokonya gue gak mau bohong sama papa."

"Nana pleaseee, sekali aja lagi."

"Gak mau!"

"Udah pesen table Na, gak bisa di batalin."

"Bodo amat."

"Na pleaseee, Xia udah jemput gue."

Nana mengernyit bingung, "Xiara Juniar? Sejak kapan lo sama Xia..." Nana menggantung kalimatnya, meminta penjelasan sama Echan.

"Iya ketua cheers. Gue lagi membangun relasi Na."

"Relasi apaan? Velaas udah cukup gue rasa."

"Pertemanan Na, hidup gue kan gak selalu Velaas." Jelas Echan dengan wajah yang dibuat murung. Velaas itu keluarga, berbeda dengan sebuah pertemanan. Echan itu harus berteman agar berkembang jadi paling tidak Echan tau bagaimana dia harus survive di lingkungan yang akan dia jajaki di kemudian hari. Karena lingkup lingkungannya itu tidak selalu terisi oleh orang-orang baik dan tidak selalu memiliki visi misi yang sama jadi menurut Echan tidak ada salahnya untuk mendobrak keluar dari lingkungan yang monoton. Dan keluarga menjadi tempatnya pulang ketika lingkungannya sudah menariknya terlalu jauh hingga kelelahan.

"Jadi maksud lo Velaas..."

"Ih bukan gituuu, gue kan juga butuh temen Naaaa selain lo, Injun sama Lele."

"Iya tapi kan gak musti melibatkan lo kedalem pertemanan gak jelas kayak gitu, apalagi si Xia yang udah terkenal most wanted school, cari lingkaran pertemanan yang biasa-biasa aja lah." Nasehat Nana yang sudah pasti hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri.

Menurut Echan, Nana itu belum kenal Xia yang sebenarnya. Xia itu tidak seburuk yang orang-orang pandang selama ini, Xia itu hanya gadis polos namun dia memiliki lingkungan pertemanan yang tidak tepat. Alhasil segala hal negatif yang di cekoki pertemanannya dia telan mentah-mentah hanya untuk membuktikan bahwa mereka setara dan pantas untuk berteman. Coba sejak awal Xia memilih Echan sebagai temannya mungkin saja namanya tidak dipandang jelek oleh orang-orang.

Echan ngeliat hpnya yang berkedip, "Naaaaa, pleaseee."

"Pulang jam berapa? Besok lo masih sekolah loh Chan."

"Jam 2-an Na. Janji gak telat."

"Hilihh jinji gik tilit nyenyenye." Mata Nana melotot serem tangannya nunjuk-nunjuk pundak Echan, pertanda kalo kali ini dia serius. "Awas lo ya kalo nyusahin gue. Bodo amat gue aduin ke Mark sama papa!" Anceman Nana sudah tidak main-main kalo bawa-bawa nama Mark yang menjadi pacarnya Echan sejak baheula.

Daddy's Little MonstersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang