11. Lele, Jijie, dan kodok

193 24 6
                                    

Jarum jam pada pilar besar dekat gerbang sekolah sudah menunjukan pukul 06:40, dimana itu artinya dalam waktu kurang dari 20 menit, bel sekolah akan berteriak nyaring pertanda para murid harus masuk kedalam kelas. Tapi tidak dengan Cleia yang masih setia berdiri di belakang Injun-- sang kakak, yang entah kenapa hanya berdiri di depan gerbang-- enggan untuk masuk kelas. Cleia yang merasa sebagai adik yang baik memutuskan untuk menemani Injun didepan gerbang dalam diam.

"Kita nunggu apa si kak?" Sapa Cleia pada akhirnya, karena enggak tahan buat terus nunggu tapi enggak jelas apa yang ditunggu.

"Loh Lele, ngapain disini?" Kaget Injun melihat keberadaan Lele dibelakangnya.

"Nunggu, kakak(?)" Jawab Lele ragu.

"Sejak?"

"Tadi, turun dari mobil, kakak gak langsung masuk kelas. Lele jadi ikutan disini deh."

"Ihh ngapain siiiiih, kurang kerjaan banget, sana masuk dikit lagi bel." Injun menggertak dengan sedikit dorongan pelan pada tubuh mini Lele.

"Kakak?"

"Ada urusan bentar."

"Sama siapa?" Mata Lele menyipit, sedikit menebak dalam otak-nya tentang siapa yang ditunggu Injun.

"Orang!"

"Iya siapaaaaa kak Injuuun?"

"KEPO!"

"Buruan ihhhh, siapaaa?"

Kak Injun lebih milih gak peduli sama pertanyaan dari Lele dan pergi dari tempat itu meninggalkan Lele sendiri yang sudah dipastikan oleh Injun di kepalanya si Lele berisi hal-hal random khas anak kecil. Daripada imajinasi Lele terus bekerja, lebih baik Injun undur diri dari tempat itu duluan, atau Lele akan lebih menembaknya dengan segala pertanyaan dan asumsi randomnya.

"Ishh" Lele menatap kepergian Injun dengan kesal sambil menghentakan kaki-kakinya pada tanah. "Udah ditungguin, malah ditinggalin." Lirih Lele menatap kesal kepergian Injun.

"Kenapa?"

"Kak Injun." Jawab Lele tanpa melihat orang yang bertanya padanya.

"Oh."

Lele menghembuskan napasnya pelan, sembari menoleh untuk melihat siapa gerangan sosok yang bertanya padanya. "Jijiiiiie, kok bisa disiniii?" Sapa Lele dengan ekspresi yang berubah 360 derajat lintang Utara-- menjadi sangat sumringah dan berapi-api. Kalo Jior bisa liat aura, mungkin aura Lele lagi meletup-letup bagaikan popcorn.

"Kan ini gerbang sekolah."

"Oiya bener juga." Lele nampak berpikir tapi gak jadi dan milih buat gak peduli. "Kak Injun Jie, kamu liat gak?"

"Liat, barusan pergi."

"Ihhhh bukaaan. Maksudnya tuhh, Jijie liat kan ekspresinya? Lele rasa soal kak Guan." Lele bisik-bisik sambil tangannya menutupi mulutnya agar tidak ada seorang pu yang tau.

"Jangan mikir yang enggak-enggak." Jior berusaha mengalihkan sembari tangannya merogoh dalam tasnya, "Nih." Jior ngasih kotak bekal warna biru muda, yang Lele tebak ini harganya mahal soalnya modelannya beda dari kotak bekal dia dirumah. Lele tau banyak soal kotak bekal, soalnya dia kalo ke ace atau liat katalog tupperware pasti yang di incer satu set kotak bekal lengkap sama tempat minumnya biar semua warnanya senada.

Alis Lele mengkerut bingung, "ini apa?" Tanya Lele, tumben banget Jior ngasih bekal buat dia. Lele jadi tersanjung kalo bener Jior sampe repot-repot begini cuma karena nolongin dia kemaren buat ngumpet. Dengan senyum mengembang Lele buru-buru buka kotak itu tanpa dengerin jawaban Jior. "Kyaaaa... itu apaaa!!" Lele menjerit ketakutan sampai-sampai kotak itu di lemparnya asal.

Daddy's Little MonstersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang