"Masih cuma ngeliatin aja?"Lele nengok dan mendapati Jior sudah menjulang tinggi dibelakangnya. Matanya menatap lurus kearah pandang Lele sebelumnya, dimana ada kak Injun-- tertua dari Veelas yang sedang duduk pada sebuah kafe di seberang sekolah. Injun hanya berdiam mengaduk kopinya tanpa ada niat untuk meminumnya. Terlihat sekali jika anak sulung itu sedang kalut memikirkan sesuatu yang entah apa, Lele gak tau, tapi tebakannya pasti masalah percintaan.
"Gak berani, takut banget ngeliat kak Injun kecewa." Lele kembali menatap Injun yang masih duduk diam di balik jendela bening. "Jijie kok belum pulang? Emang gak di cariin?"
Jior mengabaikan pertanyaan Lele, dia lebih tertarik sama permasalahan yang sedang Lele hadapi. "Mau gue bantuin bilang?"
"Hmm tapi kayaknya kak Injun udah tau deh, tadi ngobrol di kantin sama kak Echan."
"Kalo udah tau kenapa cuma diem?"
Tentang Injun yang terkenal karena keberaniannya diantara Veelas ternyata bisa jadi sangat cupu jika itu menyangkut kisah cintanya. Ralat, bukan enggak berani hanya saja ada keyakinan di dalam hatinya jika Guan tidak mungkin melakukan itu. Injun percaya karena selama ini dia tidak pernah dikecewakan.
Tapi tidak pernah mengecewakan bukan berarti dia tidak akan melakukannya, kan?
"CLEIAA!" Dari arah belakang suara Sobin mengintrupsi mereka, teriakan menggelegar itu mengisi kesunyian suasana sore jam pulang sekolah. Harusnya pulang sekolah menjadi suasana paling ramai setelah istirahat tapi hari ini kelas mereka pulang paling akhir karena praktik lab membedah kodok jadilah keluar kelas mendapati suasana kosong jam pulang sekolah.
"Besok ke bazaar yuk?"
"Ayuuuuk ayuuk! Ajak kakak-kakak Lele boleh ya?" Ekspresi Lele dengan cepatnya berubah, melupakan jika tadi dia sedang dalam suasana sendu melihat kakak sulungnya.
Jior berusaha memahami itu, karena memang sudah kodrat anak kecil jika mendapati sesuatu yang membuatnya merasa senang maka emosinya akan berubah dalam sesaat.
"Boleh deh, tapi jangan bilang Haje." Sobin berbisik sambil melirik Haje yang berada tidak jauh dari mereka. "Ribet."
"Ihh parah, Hajenya dibelakang tuh. Gak setia kawan, maleeesss."
"Bukan gitu cantiknya aku."
"Ngomong apa tadi?"
"Cantiknya aku." Ujar Sobin santai yang mana mendapatkan tatapan dingin dari Jior yang terabaikan.
"Iiihhhh Hajeee aku di godain Sobin masaaaa." Lele teriak menunjuk-nunjuk Sobin dengan kaki yang berjingkrak rendah.
Haje yang sejak tadi cuma merhatiin mereka pun langsung menghampiri, membuat Lele menahan senyumnya dengan sedikit panik. Takut jika Haje menganggap serius ucapannya.
Sobin tertawa renyah sambil menghampiri Haje, "Bercanda bercandaa." Kata Sobin tangannya memeluk lelaki itu bermaksud menahannya.
"Heh belom waktunya ye manggilnya kek gitu. Ampe gue di tampol kak Marco di tongkrongan, lo gue pites."
"Ihh galak bangeeet." Wajah Lele merengut lucu, menahan pipinya yang nyaris menggembung marah. "Sobin jangan ikut nongkrong, mereka kasar ihhh."
Yap untuk kesekian kalinya keberadaan Jior pun teralihkan dalam sekejab. Berharap diajak, tidak juga. Jior enggak suka keramain dan lagi pula dia bakalan sulit mendapatkan akses izin buat keluar apalagi jika ibunya mendapat laporan dari om-om berjas yang selalu berada di dekat Jior dimanapun keberadaannya. Hidup Jior itu udah di setting sama keluarganya, cuma antara sekolah-pulang, sekolah-pulang lebihnya ikut papihnya rapat atau makan malam perjodohan yang berkedok pertemuan bisnis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Monsters
FanfictionSuka cerita ini? You can follow me for more stories♡ Tentang mereka yang saling melindungi satu sama lain. Percayalah, mereka tidak seburuk kelihatannya. Tentang papa Suh, seorang single parent yang harus menjaga 4 buah hatinya. Injun, Echan, Nana...