2.Pagi yang tentram

444 45 0
                                    

Persis seperti judul, pagi ini di dapur sederhana milik papa Suh sangat tentram, burung-burung tidak berkicau, suara mobil tetangga tidak ada bahkan saking tentramnya suara jangkrik sampai tidak lagi terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Persis seperti judul, pagi ini di dapur sederhana milik papa Suh sangat tentram, burung-burung tidak berkicau, suara mobil tetangga tidak ada bahkan saking tentramnya suara jangkrik sampai tidak lagi terdengar.

Brakkkk

"Bacot kamuh yhaa!"

"Jan sampe gue lempar susu cokelat Lele nih biar mulut lo manisan dikit."

"Silakan! Lo pikir gue takut hah?"

"Songong lo, tuaan gue."

"Ah cupu mainnya senioritas! Beda semenit doang! Gila hormat lo?"

Jenassa ngeremes pisau yang lagi dia pegang. "Ikatan keluarga akan berakhir disini." Gumamannya didengar oleh Cleia yang lagi jalan keluar dapur.

Cleia dengan iseng mengambil sendok dan mengetuk meja untuk sedikit mendapat perhatian, "Oke pagi ini bersama MC Lele imoetz, lagi lagi dan lagi pertandingan tidak terduga terjadi pada dapur yang terasa amat panas dipagi yang sejuk ini.

Baiklah, disisi kiri kita ada yang paling payah, yang paling lemah namun paling cerdik beri sambitan hangattt buat kak Echaaaaan dan disisi kanan sebagai tim tak terkalahkan, yang paling bersinar didunia one and only siapa lagi kalo bukaaaan, kak Injuunieeee.

Et et et Juga jangan lupakan, wasit kita yang paling cantiiik paripurna dunia akhirat, sabar dan senang menabung, ini lah diaaa kak Nanaaa, yang tidak pernah lelah menjadi penengah diantara mereka. Tepuk tangan buat mereka semua."

"Leleeeee!" Nana menggeram tidak senang.

"Iya kak Nana maaf huuu." Cleia beringsut takut, kembali duduk pada meja makan. Soalnya kak Nana udah bawa-bawa dua piso. Takut kalo Lele diapa-apain.

Nana yang udah ngeliat adik bungsunya duduk, kembali ngurusin Chansa sama Junissa. "Ini ambil, pake ini aja berantemnya biar lebih seru. Terserah mau Kak Echan yang besar atau kak Injun yang besar." Teriak Nana menyerahkan dua pisau berbeda ukuran. Satu pisau daging satu lagi pisau sayuran. Yang satu lancip sangat pas untuk menusuk sedangkan yang satunya kuat sangat pas untuk menebas tulang.

Echan sama Injun yang udah ngeliat Nana dalam mode setan akhirnya beringsut takut dan memilih kembali duduk pada meja makan. "Hayo siapa yang menang, Lele mau taruhan gak?"

"Kak Nana..." Cleia ikutan takut, kak Nana lebih serem kalau marah. Soalnya dia gak keliatan marah tapi tuh marah, udah marahnya pake senyum. Kan serem.

"Kenapa kok malah berhenti? Kan tadi lagi seru, Nana cuma ngasih solusi biar cepet."

"Cepet apa kak Nana?" Si bontot yang memang dasarnya selalu bertanya gak dimana gak segenting apa suasananya. Pokonya Nanya adalah yang utama. Dia sangat menjunjung tinggi pepatah yang mengatakan 'malu bertanya sesat dijalan' jadi ya Cleia memutuskan selalu bertanya.

"Menghadap sang ilahi."

"Hah? Jangan dong kak Nana nanti kita tinggal berdua doang anak papa."

"Biarin aja, kak Nana cape dengerin mereka tengkar terus tau."

Daddy's Little MonstersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang