Johnny masih dengan seragam lorengnya melangkahkan kaki dengan ringan memasuki halaman rumahnya yang tidak telalu besar namun juga tidak terlalu kecil. Ya halamannya masih muat sih untuk 2 mobil, karena memang dirumah itu hanya ada dua mobil. Satu miliknya suzuki ertiga dan satu untuk kebutuhan anak-anaknya suzuki karimun. Tentu saja dengan supir. Johnny masih gak ngebiarin anak-anaknya bawa mobil sendiri walapun itu cuma spik, karena kenyataannya si Echan selalu bawa tu mobil buat nongki sama temen nakalnya.
Dengan santai pula ia menekan kenop pintu rumahnya, sedikit mempersiapkan diri bertemu anak-anaknya yang sudah ditinggalkannya selama 2 minggu.
Semoga mereka masih ingat bapaknya namanya Johnny. Begitulah kira-kira harapan besarnya. Ayolah, itu hanya dua minggu.
"Sepedaaa! Daddyy phulaaaang my Velooooz."
"SPADAAAA, PAAA." Teriak Cleia sambil lari dari ruang tv. Bukan pengen ketemu papanya dia tuh tapi... "Oleh-oleh Lele manaaa." Nah, suara khasnya itu menggelegar memenuhi seisi ruang tv, bikin papa Suh tutup hati, eh tutup kuping.
Perkenalkan, Lele, anak bontotnya yang sudah siap siaga menunggu papa tampannya pulang. Sejak kecil gadis itu memang selalu excited ketika menunggu papanya. Entah itu pulang dari kantor, meeting, atau dari tahlilan tetangga. Pokoknya ditungguin aja siapa tau bawa makanan.
Yap, hanya dia sedangkan anak-anak yang lainnya hanya 'cukup tahu' papanya masih ingat rumah.
Perlu diketahui, itu sih Lele hanya pada awalnya memang begitu. Lele kecil sangat menantikan momen temu-kangen dengan papanya tapi semenjak memasuki remaja, dan dirusak oleh kakak-kakaknya, dia mulai berubah haluan mengikuti mereka. Jadi si bontot itu ikut-ikutan hanya menunggu buah tangan yang dibawa papa Suh jika pulang dari luar kota. Tidak ada lagi tuh cipika cipiki apalagi kissing, sudah besar alasannya mah.
Cleia berenti mendadak, kakinya udah jingkrak-jingkrak sambil nadangin tangannya didepan Johnny buat oleh-oleh tapi Johnny malah mengusap kepala si bontot sambil menatapnya penuh haru. Sulit rasanya menerima Cleia menjadi gadis remaja, tidak terasa anak yang dulu lahir prematur itu sekarang sudah sangat besar dan menjadi gadis cantik luar biasa. Tubuh mungil dan kulit putihnya selalu mengingatkan dia dengan mendiang sang istri.
Johnny kembali mengingat ketika si kecil itu berumur 5 tahun.
"Lele papanyaa nih pulaaang." Nana teriak manggil Lele yang sedang main barbie di kamarnya, ngabisin waktu buat nunggu papanya sampai rumah biar gak bosan. Itu saran dari kak Echan yang tidak tahan melihat Lele mondar-mandir ngintip jendela. Padahal papanya pulang jam 5 sore sedangkan saat itu masih jam 8 pagi.
"Papaaaaa, i mithhuuu." Nyaring Chenle menuruni tangga, yang mana bikin papa Suh kejang-kejang karena bocah itu masih sangat kecil. Takut jika kaki kecilnya terpeleset dan berakhir gelinding, soalnya badan Lele itu gembil bgt waktu kecil.
"I miss you too." Papa suh merentangkan tangannya siap-siap buat meluk anaknya.
"Hehehe papaa.."
"Iya baby?" Papa Suh mengusap pipi gembil si bontot yang tampak kemerahan. Entah karena terlalu senang atau sedang menahan tangis.
"I.. mithhh yuu." Ucap Lele dengan lidah terbelit-belit.
"I miss you more."
"Papaaa." Ulang Lele lagi, menatap bolak-balik pada kakak-kakaknya dan papanya.
"Ya?" Balas Johnny ngelirik anak-anak kembar tiganya yang sedang menatap Lele gemas juga.
"I mithh yuuu."
"Hahaha you know, i miss you badly." Papa Suh memeluk tubuh mungil Lele dengan sangat erat.
Lele ngeliatin papanya saat pelukan itu dilepas. "Papaaa?" Ulangnya lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Monsters
FanfictionSuka cerita ini? You can follow me for more stories♡ Tentang mereka yang saling melindungi satu sama lain. Percayalah, mereka tidak seburuk kelihatannya. Tentang papa Suh, seorang single parent yang harus menjaga 4 buah hatinya. Injun, Echan, Nana...