"Chan lo sama kak Mark gimana?" Injun bertanya seraya berjalan santai sehabis dari kantin. Dibelakang mereka ada Nana, Xia sama Jenga yang ikut mendengarkan.
"Gak tau Njun, tapi dia pasti ngeliat gue dihukum." Jawab Echan yang terlihat santai saja, padahal hatinya sudah tidak karuan. Rasanya mau nyamperin Mark ke kelasnya atau dimana pun Mark berada untuk segera menyelesaikan permasalahan mereka. Tapi sayang, Echan nyatanya sudah ke kelas Mark untuk sekedar menyapanya tapi ternyata lelaki itu tidak berada disana.
"Ya satu sekolah juga ngeliat lo kali."
"Nah! Dia juga lagi diemin gue, chat gue belom di baca juga."
"Mungkin nanti pulsek." Injun netralin napasnya sebelum lanjut bertanya, "kalo kali ini hubungan lo gak bisa di pertahanin gimana?" Injun to the point nanya, membuat Nana yang ikut mendengarkan dibelakangnya tidak enak hati. Pasalnya Mark sudah membahas soal perpisahan dengan mereka namun Nana dan Injun tidak mau ikut campur lebih jauh dalam permasalahan hubungan mereka itu.
"Gue bakal usahain buat tetep pertahanin."
"Tapi apapun keputusannya, lo harus siap ya Chan."
"Gue bakal pertahanin Njun, sekeras apapun Mark milih buat udahan, gue tetep sama pendirian gue sampe gue yang lelah sendiri dan mutusin buat berhenti."
"Iya gue paham tabiat lo." Final Injun. Malas berdebat lebih lama karena porsi Injun disini hanya sebagai penengah diantara mereka yang sama sekali gak berhak ikut menentukan nasib hubungan itu kedepannya walaupun notabennya Injun adalah sodara kandung Echan.
"Xia temen lo tuh ngejegat di depan." Echan mengganti topik pembicaraan saat melihat kumpulan sirkel pertemanan Xia sedang duduk-duduk pada kursi kayu didepan tangga untuk naik ke lantai atas.
"Temen lama."
"Mantan temen." Ralat Xia setelah menyeruput cappucino di tangannya. "Ngabisin harta gue doang, solidaritas nol persen." Ujar Xia lagi, yang terdengar sangat membenci teman-temannya sesama anggota cheers itu dan berhasil menjadikan Xia ketua. Tapi sepertinya embel-embel ketua cheers itu sama sekali tidak berguna karena kepemimpinan tetap dipegang Jessi, si pentolan cheers.
"Jangan gitu, karena mereka lo kepilih, inget tuh."
"Apaan, karena pada mau gue teraktir aja itu." Ucap Xia yang terdengar penuh dendam pada si pentolan cheers yang banyak gaya. Ya bagaimana gak dbilang banyak gaya, orang pentolan yang dulunya mantan ketua cheers itu selalu ngajak Xia ketika dia membutuhkan ATM berjalan untuk mentraktir temen-temen yang lain lalu mengaku pada mereka jika itu uangnya. Lama-kelamaan hal itu membuat Xia muak dan memutuskan buat keluar dari pertemanan mereka. Xia gak peduli deh mau kedepannya gimana bersama cheers, yang penting dia udah sama Veelas kali ini.
"Kak Jenga ini temen lu dendam banget kayaknya." Nana ikut menyauti dengan kekehan halus diakhirnya.
"Gue dukung dah, gue juga empet sama mereka soalnya."
Xia berjalan lebih lambat saat mereka hampir mendekati tangga untuk naik bermaksud untuk jalan pada barisan terakhir. Bukan apa-apa, Xia sibuk sama es batu di cappucinonya yang mau dia gigitin.
"Gak sopan banget, baru junior aja." Celetuk salah satu diantara segerombolan anak cheers dan anak hits SMA Neo yang sayangnya cuma di dengar sama Xia karena dia jalan paling belakang--ribet sama es batu di cappucinnonya.
"Chan..." Xia nyentuh pundak Echan buat berenti.
"Kenapa Xa??"
"Gak jadi deh." Xia mau ngasih tau apa yang dia denger tadi tapi takut di cap tukang ngadu jadi Xia menarik ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Monsters
FanfictionSuka cerita ini? You can follow me for more stories♡ Tentang mereka yang saling melindungi satu sama lain. Percayalah, mereka tidak seburuk kelihatannya. Tentang papa Suh, seorang single parent yang harus menjaga 4 buah hatinya. Injun, Echan, Nana...