Apakah cinta memang sesulit ini?
Ternyata cinta itu bukan berupa kebahagiaan saja isinya. Kalau di perhatikan dengan seksama orang-orang akan tampak sangat bersemangat namun juga takut pada saat mereka menyukai seseorang. Entah bagaimana dasarnya, mulai muncul berbagai macam perasaan tak aman, mendadak sedih juga curiga. Hal-hal seperti itu kadang muncul di luar kendali saat melihat seseorang yang kita sukai berdekatan dengan orang lain. Perasaan yang awalnya ditutupi secara rapat pada akhirnya akan terbongkar sendiri seiring berjalannya waktu.
Nana bersandar pada pagar rumahnya untuk menunggu Jeno datang menjemputnya. Mereka akan pergi ke bazaar sore ini sesuai janji Nana ke Jeno. Tapi mereka gak pergi berdua doang ada Echan dan Lele yang sudah lebih dulu berangkat bersama Sobin. Nana memilih menunggu Jeno karena anak itu harus mengikuti latihan futsal terlebih dahulu.
Jika sudah sore begini biasanya akan ada banyak ibu-ibu muda yang keluar dari peradaban untuk sekedar mencari udara segar sambil menyuapi sang anak balita untuk makan. Terkadang Nana juga terbayang kalau suatu saat nanti dia akan seperti itu juga. Ada rasa jengkel di hatinya karena sungguh dia tidak terlalu suka anak kecil tapi keinginan untuk memiliki sebuah keluarga kecil nan bahagia amat lah besar. Itu menjadi cita-cita sederhana dalam hidupnya.
Keberadaan Nana di depan pagar itu menjadi hal yang luar biasa, karena selain keramahan, kecantikan paripurna dan bentuk tubuh idealnya, hampir semua orang mengenal Nana sebagai anak dari bapak Seo Johnny yang lumayan tersohor. Kalau bapak-bapak komplek itu punya anak lelaki mungkin Nana sudah menjadi salah satu yang di incar untuk menjadi menantu idaman. Tidak terkecuali bapaknya Jeno.
Samar-samar terdengar suara motor Jeno yang lumayan berisik. Maklum motor anak jaman sekarang, kalau kenalpotnya gak terdengar nyaring gak afdol katanya. Hal itu menjadi salah satu dari hal lainnya yang Nana benci. Tapi Nana gak bisa melarang, karena itu Jeno.
Dan akhirnya sosok Jeno muncul dihadapannya. Nana memperhatikan Jeno dari ujung kakinya hingga kedua mata itu bertemu, terpukau sebentar sebelum kemudian Nana membuang matanya kearah lain. Mereka memang akan pergi, tapi melihat Jeno yang tampak sangat rapi membuat Nana salah tingkah. Bukan karena tatapan Jeno, tapi karena Jeno tampak berkali-kali lipat lebih tampan dengan gaya formal namun terkesan santai itu.
"Sorry telat, gue nganter nyokap dulu arisan." Nana udah gak kaget sih kalau alesannya karena Jeno nganterin mamahnya arisan. Karena temen-temen mamahnya Jeno itu sosialita semua. Maklum sekelas dokter yang dari keturunannya udah tajir melintir.
"Eh, kok lo gak bilang, katanya futsal."
"Iya, pulangnya."
"Pantes rambut lo rapi. Segala pake pomade lagi." Plus parfum, batin Nana, karena sekelebat desir angin menyibak kemeja Jeno, membuat harum tubuhnya menyentuh indra penciuman Nana. Wangi musk bercampur citrus segar yang selalu menjadi ciri khas Jeno ketika pria itu sedang tidak terlihat olehnya namun harumnya semerbak tertiup angin yang kadang membuatnya tahu bahwa Jeno berada di sekitarnya. Nana berusaha mangacuhkan wangi itu.
"lo tau kan nyokap gue paling gak suka liat gue gak rapi, apalagi pas nganterin ketemu temen-temennya. Kalau ada tuxedo, gue udah disuruh pake tuxedo kali."
"Untungnya cuma kemeja." Sanggah Nana sekaligus meledek Jeno yang di balas dengan kekehan dari Jeno. "Tadi gue baru mau bilang, tumben banget pake kemeja gini orang cuma mau ke bazaar."
"Gue mau ganti baju keburu sore."
"Kan kalo lo bilang, gue bisa bareng Sobin juga."
"Yehh jangan ganggu orang pedekate."
"Ada Echan betewe."
"Kita maksudnya." Lirih Jeno yang hampir tidak terdengar.
"Apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Little Monsters
FanfictionSuka cerita ini? You can follow me for more stories♡ Tentang mereka yang saling melindungi satu sama lain. Percayalah, mereka tidak seburuk kelihatannya. Tentang papa Suh, seorang single parent yang harus menjaga 4 buah hatinya. Injun, Echan, Nana...