13. Chanssa wif Marco

165 19 2
                                    

Helaan napas keluar dari bibir ranum Echan, ketika ngeliat keberadaan Mark di basecamp tempat dia biasa nongkrong sama temen-temennya. Lega banget bisa nemuin Mark setelah sekian hari main petak umpet dan kejar-kejaran, akhirnya Echan memberanikan dirinya buat mulai terlebih dulu nemuin Mark. Daripada masalahnya gini-gini aja gak ada kemajuan dan mereka bakal lebih asing lagi dari sekarang.

Sebenarnya ini pertama kalinya Echan menginjakan kaki di tempat ini. Bahkan selama pacaran, Marco gak pernah ngebolehin Echan buat main atau sekedar mampir ke basecampnya. Echan gak tau alesan pastinya apa tapi disaat hubungan yang lagi ngambang begini ngebuat Echan mulai curiga kalau Mark bawa cewek yang lain kesini.

"Kak Marcoo!" Sapa Echan dengan suara yang di tahannya, yang mana membuat Mark kaget melihat keberadaan gadis yang selama ini menemaninya setelah patah hati terberat atas cinta pertamanya.

Marco, pentolan SMA Neo V yang terkenal galak, tegas dan gak nanggung-nanggung kalo ngasih hukuman ke juniornya. Selain karena jabatannya sebagai OSIS, Mark juga berada di kelas bilingual atau sebutannya kelas khusus, kelas internasional yang mana isinya anak-anak kelewat pinter, favorite semua guru. Bukan hanya murid yang tunduk di tangan dia, tapi juga beberapa guru yang merasa segan karena aura alphanya yang begitu kuat. Jadi gak ada tuh yang berani sama Mark, sampai seorang gadis berhasil dengan mudahnya menaklukan pentolan SMA Neo itu. Ya, Chanssa, gadis troublemaker yang menjadi alesan kelemahan Mark saat ini.

Tapi percaya deh, Marco yang Echan kenal itu cuma laki-laki sederhana yang kerjaannya pake hoodie sama kolor terus nenteng gitar. Kayak sekarang ini. Gak ada sama sekali vibes anak bilingualnya.

"Chanssa, kamu ngapain kesini?"

Kata orang-orang, Chanssa dan Marco itu dua hal yang saling berkebalikan. Marco si 'most wanted of SMA Neo' bisa luluh sama Chanssa yang 'warning! wanted live or dead-nya SMA Neo'. Tapi yang membuat Echan terkagum-kagum sama sosok Mark adalah, dia yang gak pernah peduli apapun yang di katakan orang-orang di sekitarnya. Mark yang selalu dengan bangganya menggandeng Echan diantara semua tatapan dan bisik-bisik menjengkelkan, dan seolah gak pernah peduli, tangan itu tetap meraihnya dalam kedaan apapun. Intinya, Marco sayang Chanssa dan Chanssa pun begitu, selama gak ada yang nyentuh Chanssa maka Marco gak akan nyentuh mereka, titik.

"Nyari kamu, mau ngomong."

Mark menarik tangan Echan lembut untuk mengikutinya ke tempat dia parkir motor. "Kan aku udah bilang jangan nyamperin ke tongkrongan."

"Kenapa? Takut ketauan cewek itu?" Echan masih dengan isi kepala yang penuh rasa curiga.

Mark mengatur napasnya, dia gak bisa marah sama Echan. "Siapa Chanssa? Gak ada cewek lain." Mark menekan suaranya frustasi, "aku cuma gak mau kamu di godain anak-anak. Disini temen aku bukan dari SMA Neo doang tapi banyak SMA lain." Ujar Mark yang mana membuat mata Echan berkaca-kaca menahan tangis. Setelah sekian hari, rasa takut akan kehilangan sosok Marco, namun hari ini diyakinkan hanya dengan satu klimat singkat yang terdengar menenangkan. Ternyata, Mark masih peduli padanya.

"Yaudah ayo ketempat lain."

Marco menaiki motornya, mengeluarkannya secara perlahan sebelum akhirnya berbicara. "Naik!" Titahnya, tangan Mark membuka pedal kaki pada motornya kemudian menepuk belakang joknya.

"Ngomongnya di motor aja boleh?" Tanya Echan dengan suara pelan pada sisi kiri telinga Mark. Tangan Echan gemetar ingin sekali rasanya memeluk laki-laki yang sudah beberapa hari ini menghindarinya.

Mark tidak menjawab, tapi tangan kirinya merubah posisi spion agar menampilkan wajah Echan. Itu artinya 'iya'.

"Inget gak, kita pernah gini juga dulu waktu kita lagi sayang-sayangnya."

Daddy's Little MonstersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang