Kami memulai kegiatan untuk menghias pohon natalku. Mark mengeluarkan gulungan lampu LED dari kotak, dan mengecek apakah lampu tersebut masih menyala atau tidak. Sedangkan aku merangkai baubles berukuran kecil dan juga ornamen kaus kaki natal. Ini benar-benar kaus kaki untuk hiasan ya, bukan yang biasa digunakan sehari-hari.
Mark kemudian mengalasi sekitar pohon natal dengan karpet, katanya kalau-kalau saja sinterklas meletakkan kado di pohon natalku. Aku tertawa dengan candaan konyolnya. Lelaki itu masih mempercayai sinterklas rupanya.
"Ini mau lampu warna-warni atau yang kuning aja, Jung?" tanya Mark.
Aku menoleh pada Mark, "Hmm, yang warna-warni dulu, Mark. Nanti di bawahnya yang warna kuning, terus yang warna-warni lagi, selang seling," ucapku.
Mark mulai memasang lampu-lampu tersebut ke pohon natal, kemudian membantuku memasang rangkaian baubles. Setelahnya, kami kembali menggeluti pekerjaan kami dalam memasang ornamen masing-masing.
Setelah hampir dua jam bekerja, akhirnya tiba saatnya memasang pucuk bintang di puncak pohon natalku. Mark mengulurkan tangannya untuk meraih puncak dari pohon natalku.
"And voila, your christmas tree is done!" Mark berseru girang dan merentangkan tangan seolah ia baru saja melakukan sebuah pertunjukan.
"Wow," gumamku kagum. Pasalnya, pohon natal di hadapanku indah. Cantik sekali.
"Nah, sekarang ayo minum cokelat panasnya, aku keluarin dulu dari dalam heater ya," ucap Mark.
Aku menunggu seraya membereskan ornamen-ornamen yang masih berserakan di sekitarku. Setelah rapi seperti semula, aku membenarkan ikatan messy bun-ku yang kendur sepanjang menghias pohon tadi.
"Special hot chocolate for special person," ucap Mark mengalihkan perhatianku.
Dua gelas hot chocolate mengepul datang di hadapan kami. Aku dan Mark duduk menghadap ke pohon natal, menikmati hasil karya kami sejak 2 jam ke belakang.
"Aku gak nyangka kamu bisa bikin pohon natal jadi bagus kayak gini," ujarku dengan nada meledek.
"Heh, statusku di Wikipedia itu "artist" ya, enak aja kamu," jawabnya tak terima.
Kami menikmati kehangatan cokelat panas, seraya berbagi cerita. Mark menceritakan bahwa dia juga tidak pulang ke Kanada tahun ini, karena dia masih memiliki banyak sekali jadwal yang belum tertuntaskan.
Mendengar hal tersebut, hatiku sedikit melunak. Aku membayangkan betapa rindunya Mark dengan keluarganya, namun dia juga tak bisa menemui mereka karena tuntutan pekerjaan.
"I miss Christmas in Canada," ucap Mark.
Aku tersenyum simpul, kemudian menggenggam tangan Mark.
"Mark, let's spend this Christmas together," ucapku.
Mark tampak sedikit terkejut dengan aksiku, namun ia balas menyatukan jari kami dan menggenggam tanganku erat.
"My pleasure, Jung," ucapnya.
Mark tiba-tiba berdiri. Ia berjalan menuju ke arah jendela. Aku sedikit kebingungan, kemudian mengekori Mark untuk berdiri di jendela.
"Salju belum turun juga," ucapku. Aku melihat hanya ada gerakan pohon-pohon dari angin dingin yang berhembus.
Aku melihat Mark yang memandangi langit malam. Dia benar-benar antusias untuk natal.
Di tengah keheningan kami, tiba-tiba aku tersentak karena seruan riang Mark.
"JUNG, IT'S FIRST SNOW!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity ; Mark Lee✔
FanfictionKetika kamu mulai menyukainya sebagai seorang lelaki daripada idol, apakah mudah? "Memangnya kamu gak punya bias?" "Kalian terlalu ganteng untuk dipilih!" hanya secuil kisah antara aku dan dia. Ya, dia adalah Mark Lee. fanfiction✔ Start: 6-08...