🎼 Sorai - Nadin Amizah 🎼
"Tentang kita yang pada akhirnya dipertemukan semesta untuk kedua kalinya. Berharap indah namun menyisakan luka dalam jiwa."
🌏 °°° 🌏
Gibraltar panik setengah mati saat melihat Alkena pulang dengan kondisi kacau. Lecet pada kakinya cukup parah, darah sesekali mengalir saat bagian telapak kaki ditekan. Alas kaki yang seharusnya bisa melindunginya justru Alkena tenteng santai mengabaikan rasa sakit.
"Siniin kakinya!" perintah Gibraltar segera membersihkan luka.
"Kok bisa sampai kayak gini?" tanyanya tak memberikan waktu untuk sejenak Alkena menghirup oksigen.
"Parah banget," katanya seraya menunggu jawaban dari Alkena yang bernapas tidak beraturan. Setahu Gibraltar Alkena tak memiliki riwayat asma dan penyakit pernapasan lainnya.
"Ken!" panggil Gibraltar memegang pundak Alkena yang bergetar hebat.
"Kenapa bisa sampai kayak gini?"
Pertanyaan Gibraltar terus diulang namun Alkena masih membungkam mulutnya. Bahkan jika bibirnya tak kelu ia ingin mengadukan apa yang ia lihat pada kekasihnya.
"Dari mana kamu?" tanya Alkena balik.
"Tadi pergi buat beli alat tulis sebentar kenapa emangnya?" jawabnya berusaha sejujur-jujurnya.
"Yakin?"
Merasa ada keraguan dari Alkena cepat-cepat Gibraltar beranjak berdiri lalu masuk ke kamar kost kemudian keluar kembali membawa barang apa yang ia beli. Alkena tidak bisa mengelak ketika ada barang bukti di depan matanya.
"Aku nggak bohong." Gibraltar berucap tegas seraya mengusap puncak kepala Alkena.
"Sekarang aku tanya kenapa pulang-pulang jadi seperti ini?" Tanpa ragu Gibraltar memberikan obat luka dengan bantuan kapas dirasa cukup ia kemudian membalut luka agar tidak terjadi infeksi.
"Aku ambilin minum bentar."
Alkena masih tegang bahkan luka di kaki rasa perihnya tidak sebanding dengan luka dalam batin. Semesta telah bermain-main hingga akhirnya sampai pada puncaknya, Alkena dibuat hancur. Lama kelamaan air matanya bisa habis jika tidak mau berdamai agar kelak semesta membantunya bahagia.
"Aku capek banget, Tar," ucap Alkena hanya bisa Gibraltar maklumi.
"Oke ayo aku bantu ke kamar." Tawaran baik langsung Alkena tolak lalu secara hati-hati ia berdiri melupakan fakta kakinya telah berbalut luka. Keramik berwarna putih dilukis warna merah darah Alkena. Gibraltar hanya bisa terpaku di tempat, semoga pendarahan segera berhenti.
Alkena memasuki kamar dengan sekuat tenaga. Ingin rasanya ia berlari sejauh mungkin enggan jatuh lagi pada perasaan sakit hatinya dalam mencintai orang lain. Perkara hati dan logika memang selalu rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rustic Jam 2
RomanceAlkena kembali dipermainkan sangkala. Ini adalah perjalanan panjang yang menyisakan kenangan dalam kurun waktu satu lustrum, dalam rindu berbalut luka ia tuang bersama aksara. Pertanyaannya adalah, "Bagaimana jika kelak dia datang lagi?" Apakah mung...