🌏 |22.| Waktu Berjalan 🌏

71 31 47
                                    

🎼 Mesin Waktu - Budi Doremi 🎼

"Jika terus bersamamu aku bisa melupakan kejamnya dunia, jadi tolong jangan seenaknya pergi nanti jika sudah bosan kita bisa bicarakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika terus bersamamu aku bisa melupakan kejamnya dunia, jadi tolong jangan seenaknya pergi nanti jika sudah bosan kita bisa bicarakan."

🌏 °°° 🌏

Kemesraan terumbar nyata. Setiap pagi hingga menjelang malam hari Alkena dan Gibraltar seperti magnet berbeda kutub. Kutub Utara dan Selatan yang saling tarik menarik tidak tolak menolak. Mau orang beranggapan apa, Alkena pun sudah bisa bersikap bodo amat.

Sampai satu pesan berhasil terkirim mengejutkan keduanya. Kali ini Agis beserta saudara-saudaranya Alkena kian gencar mengirimkannya pesan agar cepat pulang. Gibraltar juga sudah merayu Alkena namum dirinya terus menepis permintaan.

"Aku nggak mau pulang Tar! Kalo aku balik ke sana kemungkinan besar aku nggak bisa balik lagi ke sini."

"Kamu paham kan?"

"Semisal kamu ikut ke Jakarta itu juga nggak mungkin. Tanggung jawab kamu di sini didik anak-anak sekolah!"

"Mereka minta kamu pulang karena ada sesuatu yang penting, Ken," ucap Gibraltar selembut mungkin.

"Jangan kabur-kaburan terus. Udah hampir lima bulan kamu di sini."

"Kamu kayak nggak tahu Ayah aja. Dia itu sebenernya tahu aku di sini, tapi dia sengaja nggak suruh anak buahnya ke sini. Kamu kenal Ayah kan Tar?" tanya Alkena sedikit meninggikan nadanya.

"Ayah kamu nggak khawatir gimana sama yang lain? Kamu nggak kasihan sama Bunda kamu?"

Alkena terdiam sebentar lalu kembali bersuara. "Kalo Ayah tahu pasti Bunda juga tahu. Udah ya Tar aku mau bantu Tamara susun tugas kuliah."

"Nggak bisa gitu Ken!"

"Apa lagi Tar?"

"Kamu mau kita pisah sampai jangka waktu yang nggak bisa ditentukan? Oke kamu kenal Ayah tapi kamu nggak kenal Abangku!" geram Alkena tetap berusaha melangkah.

"Aku tanya sekali lagi, yakin kamu mau di sini?"

"Yakin banget!" jawab Alkena mantap.

"Liat ke sini Ken!"

Alkena menoleh melihat Gibraltar membanting ponselnya. Ya, Alkena tahu maksud perbuatan Gibraltar, pasti lelaki itu ingin menghilangkan jejaknya. Dapat dipastikan pula jika ia ingin menutup akses mempersulitnya pencarian.

"Makasih Tar!" seru Alkena melengkungkan senyum tulus.

"Nanti kalau udah gajian beli lagi."

Gibraltar berjalan mendekat pada Alkena. "Beresin barang-barang kamu kita pergi dari tempat ini," bisiknya.

Tanpa pikir panjang Alkena menuruti saja permintaan Gibraltar. Alkena tahu Gibraltar rela kabur-kaburan bersamanya juga karena tak ingin berpisah.

Sore harinya mereka berhasil menemukannya tempat tinggal yang cukup layak. Tempatnya masih disekitar Bukittinggi tapi inilah rencananya. Kemungkinan besar orang yang melacak mereka nanti berpikiran mereka pergi jauh padahal masih ada di tempat yang sama.

Rustic Jam 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang