🌏 |8.| Hampa Terasa 🌏

177 70 107
                                    

🎼 Mendarah - Nadin Amizah 🎼

"Setelah dia pergi kemudian hilang mewujudkan hampanya kehidupan, ada baiknya kita berputar arah melangkah mencari tempat singgah sebagaimana kita butuhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setelah dia pergi kemudian hilang mewujudkan hampanya kehidupan, ada baiknya kita berputar arah melangkah mencari tempat singgah sebagaimana kita butuhkan."

🌏 °°° 🌏

Alkena menatap kosong ke arah jendela. Otaknya kian mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Hati dan pikirannya semakin kacau lantaran ruang inap dipenuhi bau parfum dari lelaki yang beberapa tahun ini hilang ditelan bumi. Bau maskulin yang begitu memabukkan. Apakah ini hanya kebetulan?

Sekali lagi dia mencoba menelaah tentang sosok rupa yang samar-samar ia lihat dikegelapan. Wajahnya sedikit asing namun, matanya lebih memilih untuk kembali terpejam dibandingkan memastikan kebenaran.

"Sarapan dulu Wa habis itu siap-siap pulang." Keheningan yang semula tercipta kini pecah usai Alkana menghampiri dirinya.

Nampan berisi makanan tersaji tapi dia tidak tertarik dengan masakan rumah sakit. Hambar. Lidahnya tidak cocok dengan rasa kuah sup panas kurang micin, makanan empat sehat lima sempurna bukanlah seleranya. Terlur mata sapi ditambah kecap dimakan dengan nasi hangat sepertinya jauh lebih manusiawi rasanya.

"Bang Kana ganti parfum?" tanya Alkena tak sinkron dengan perintah sang kakak.

"Masih parfum yang biasa kok, kenapa emangnya? Bikin mual ya?" tanya Alkana balik pada Alkena tapi justru didapati gelengan seolah-olah menyembunyikan sesuatu.

"Tumben tanya begituan ada masalah?" desak Alkana tak berhenti sebelum mendapatkan jawaban.

"Enggak, cuma ngerasa aneh aja bangun-bangun ada bau parfum orang lain." Alkena menjawab dengan senyum simpul menggampangkan pertanyaan yang tak kunjung ia dapatkan.

"Tadi pagi Una sempat kesini jaga kamu sebelum gantian jaga sama Kakak," terang Alkana sembari menyuapi Alkena tanpa keberatan.

"Oh ya? Tapi selama Una di rumah nggak bikin ribut kan?"

Alkana mengehentikan gerakan tangan disuapan kedua lalu berkata, "Mana ada orang bikin masalah hidupnya damai. Untung kamu belum pulang ke rumah." wajah kecut Alkana membuat Alkena sepenuhnya heran.

"Pasti ribut sama Mbak Helena kan?" tebak Alkena sepenuhnya benar.

"Siapa yang nggak kenal kakak iparmu itu. Dari dulu dia nggak cocok sama Una, pokoknya ada aja perdebatan selama mereka pas-pasan di rumah. Sampai bikin pusing kepala." Alkana kembali menyuapi Alkena seraya menceritakan konflik di rumah Maheswara beberapa hari belakangan ini.

"Nggak cuma itu Finda juga ikut-ikutan nyerang Alkuna bawa-bawa nama Alterio." Kunyahan Alkena belum sepenuhnya halus namun berhenti saat sang kakak tanpa sengaja menyebut nama lelaki itu.

Menyadari kesalahannya Alkana jadi ingin menepuk jidatnya sendiri. Waktunya tidak pas untuk membicarakan orang yang telah tiada itu. "Maaf Wa bukan maksud Kakak buat kamu sedih lagi," ungkapnya.

Rustic Jam 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang