🎼 Pupus - Hanin Dhiya 🎼
"Mengenalmu adalah bagian dari kejutan Tuhan yang tak terduga. Mulanya aku mengira kamu adalah dia, namun aku salah karena sebenarnya ia telah tiada."
🌏 °°° 🌏
Selesai makan malam mereka segera bergegas ke tenda masing-masing. Belum cukup beristirahat pukul satu dini hari para porter sudah merecoki istirahatnya, Alkena segera bersiap dengan menggunakan senter dipasang di atas kepala.
Jaket tebal ia pakai demi kehangatan tubuh yang harus dijaga. Dingin bercampur semilir angin tidak bisa ia abaikan, start summit pukul dua dini hari. Secara hati-hati mereka segera berjalan mengikuti Elvan sebagai Leader.
Saat melakukan summit 1,5 km pertama merupakan area vegetasi hutan masih banyak ditemui akar dengan treak tanah bercampurnya pasir. Langkah mereka tertahan karena harus antri.
"Pak Karta ini nggak ada jalur lain ya?" Agis sudah habis rasa sabar menunggu antrian.
"Jalan cuma ini, kalo tenda rame otomatis pendaki juga banyak," jawab Pak Karta membuat Agis membuang napas panjang.
"Sabar dikit Gis," tutur Alkena.
"Ini jam berapa sih? Kalian semua pada tega gue ngantuk berat ini." Alkuna mendekat pada Alkena dan menaruh dagunya di bahu sang kakak.
"Pinjam sebentar,"ucapnya lirih.
Alkena tak keberatan jika Alkuna manja padanya. Lingkar mata milik adiknya sudah cukup menjelas betapa lelahnya ia.
"Yuk siap-siap dan hati-hati."
Alkena menggenggam tali tambang sekuat mungkin agar tubuhnya tak jatuh. "Gaiter aman kan?" Alkana yang di belakangnya memastikan.
"Aman Bang."
Syukurlah ia tidak lupa memakai gaiter mengingat fungsinya untuk menjaga sepatu supaya tidak kemasukkan kerikil dan pasir.
"Pendakian manis di awal ya guys! Sumpah gue nggak kuat!" Alkuna berhenti matanya ingin menutup lantaran rasa kantuk tidak tertahankan.
"Ini ketinggian berapa tadi kita udah lewati tepi kawah benar 'kan?"
"Kalo ngomong soal capek semua orang juga mendaki mesti capek makanya istirahat." Fathan memberikan cokelat pada Alkuna agar lebih semangat lagi.
"Kapan lagi di gunung dapat cokelat dari Ayang?" Alkena melancarkan godaan mesti dirinya tahu jika separuh tubuhnya telah remuk. Semalam tidurnya tak tenang.
"Makan punya kakak," ucap Alkana tanpa ragu pada Alkena.
"Wah makasih pengertian banget jadi Abang." Alkena duduk di samping pohon Cemara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rustic Jam 2
RomanceAlkena kembali dipermainkan sangkala. Ini adalah perjalanan panjang yang menyisakan kenangan dalam kurun waktu satu lustrum, dalam rindu berbalut luka ia tuang bersama aksara. Pertanyaannya adalah, "Bagaimana jika kelak dia datang lagi?" Apakah mung...