🎼 Selamat - Virgoun 🎼
"Andai dulu aku tak mengenalmu mungkin rasa sakit ini tak akan pernah aku rasakan. Dan ini masih tentang bersama dan semoga untuk selamanya."
🌏 °°° 🌏
"Kita jadi pergi kan?" Alkena bertanya perihal rencana Gibraltar tadi pagi.
"Emang kamu bisa?"
"Bisa kok! Semua kerjaan udah beres," jawabnya riang.
Gibraltar memperlihatkan senyumnya pertanda bahwa ia senang. Tidak baik jika kesedihan menghampiri mereka, sebisa mungkin timbal balik yang Alkena berikan sudah sepadan.
"Bisma tanya-tanya ke kamu nggak?"
"Hah? Tanya apaan?"
"Enggak ada, kamu siap-siap dulu nanti aku tunggu depan kost." alibi Alkena berusaha mengganti topik.
"Aku tanya dijawab Ken!"
"Tar ..."
"Oke fine!"
Alkena terdiam lagi-lagi Gibraltar memilih mundur tidak ingin memaksa Alkena perihal bercerita. Jangan sampai mereka ribut dan menyakiti salah satu pihak.
"Yakin pakai itu?" Gibraltar keluar dari kamar kost melihat Alkena hanya memakai rok di atas lutut.
"Kependekan ya?"
"Masih tanya lagi, buruan ganti atau kita nggak jadi pergi!" tegas Gibraltar.
Diam-diam Alkena tertawa puas. Awalnya dia hanya iseng-iseng ingin mengetes apakah Gibraltar akan mencuekinya atau tidak. Sesuai dugaan, lelaki itu sedikit naik pitam karena ulahnya.
"Lebih better," pujinya.
"Jangan marah Tar, muka kamu agak serem." Alkena berjalan beriringan menyamai langkah lebar Gibraltar.
"Tar ..."
"Yang tadi itu cuma bercanda, asli nggak serius." Meski tadi ada senyum terpatri kini wajahnya berubah datar.
"Udah Ken! Kamu gak ada bakat merayu."
"Kenapa berhenti?" Gibraltar berhenti lalu memutar tubuhnya.
"Capek! Kita perginya besok sore aja!" ucapnya lumayan keras.
Mood Alkena sangat berantakan. Rasa stress selama sebulan tinggal di kota orang akhirnya berani ia ungkapkan. Gibraltar yang tahu diri segera mengangguk lantas berjalan mendekati gadis kesayangannya.
"Capek banget ya?" tanyanya hati-hati.
"Masih banyak waktu buat jalan bareng. Habis ini istirahat aja di kamar biar yang setrika baju anak-anak kost nanti aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rustic Jam 2
RomanceAlkena kembali dipermainkan sangkala. Ini adalah perjalanan panjang yang menyisakan kenangan dalam kurun waktu satu lustrum, dalam rindu berbalut luka ia tuang bersama aksara. Pertanyaannya adalah, "Bagaimana jika kelak dia datang lagi?" Apakah mung...