kepingan salju ketiga puluh lima

911 126 9
                                    


ekhem, Hallo?

jadi... em.. keluarga park senang sekali karena menerima banyak cinta dari kakak-kakak yang begitu baik mau mengapresiasi chapter sebelumnya dengan vote dan komentar yang banyak:)

sesuai janji, keluarga park akan update lagi untuk melanjutkan cerita sebelumnya yeaayyy!

Selamat membaca~


.

.

.

Senyum gusi Yoongi tersungging lebar sekali saat kakinya menginjak lantai basah yang menyuguhkan hamparan biru kolam renang besar dihadapannya. Berbagai permainan warna warni turut melengkapi kebahagiaan setiap anak yang berkunjung.

Selain adik dan sepupunya, hanya ada beberapa pengunjung lain yang memekik senang menikmati sejuknya air dibawah cahaya matahari yang cukup. Tidak terlalu terik dan tidak terlalu redup. Fasilitas hotel disini memang tidak main-main.

Jimin tak jauh berbeda, terperangah melihat genangan air seperti bathup kamar mandi yang luar biasa besar. Namun ketika netranya menangkap saudara kembarnya yang mengambang ditengah-tengah bersama pamannya, Jimin meremang. Seperti melihat sang adik ditelan benda biru yang besar. Tanpa sadar genggaman tangannya mengencang membuat Yoongi melirik sekilas, wajah Jimin tak secarah sebelumnya.

Mereka terus berjalan mendekat, hingga Bogum yang masih dibelakang memandu mereka untuk terlebih dahulu menepi di salah satu tempat duduk yang nyaman untuk dirinya dan Jimin bersantai menyaksikan mereka yang tengah berenang. Yoongi menggiring Jimin namun matanya masih tak bisa lepas dari hasratnya untuk menjelajahi kolam-kolam air itu cepat-cepat.

" Daddy, Hyungie mau naik seluncuran yang besar itu " pintanya riang. Netranya sempat menangkap presensi Namjoon dan Jin yang tengah berdiri diatas puncak selancaran itu.

Bogum mengangguk, seraya meletakkan beberapa barang yang dibawanya., kemudian duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja bundar kecil dan sebuah payung besar yang menaunginya.

Yoongi melepaskan genggamannya pada tangan sang adik dan hendak berlari, sampai Jimin memekik karena terkejut dan panik.

" wuuunn.. " panggilnya yang berhasil menghentikan langkah Yoongi yang sudah mencipta jarak cukup jauh.

Bayi itu sudah berkaca-kaca dengan gelengan kepalanya yang terbalut hangat, hendak menyusul namun lebih dulu ditahan oleh tangan kekar Bogum.

" wuun janan pelgi-pelgi tindal-tindal chim huwaaaa " Jimin kembali meraung, tangan dan kakinya bahkan sudah dihentak-hentak kesal. Setiap uluran tangan Bogum ditepis dengan mata yang masih memaku sang kakak.

Yoongi menatap jengah buntalan yang tengah memencak-mencak di pinggiran kolam, nafasnya memburu dengan dada turun naik menahan gejolak emosinya yang sudah dipuncak kepalanya. Dipikir-pikir adiknya itu jadi sangat keterlaluan. Permintaannya memang tidak macam-macam tapi cukup sulit untuk membuatnya bahkan sekedar bernafas lega.

" Daddy! " hentak Yoongi kesal memohon pertolongan, protes pada sikap adik kecilnya dengan mata memerah dan air mata yang sudah meluncur.

Dadanya bergemuruh panas, ingin cepat-cepat disejukkan oleh air kolam. Yoongi tak boleh goyah dan kembali mengalah. Tidak lagi, sudah cukup semua permintaan buntalan itu ia penuhi, pikirnya.

Ditempat duduknya Bogum justru memijit kepalanya yang terasa memberat melihat adegan seperti ini sepanjang hari. Saat itulah Jimin mengambil kesempatan untuk berlari dengan kaki kecilnya dan tubuh yang terasa tebal karena jaket yang membungkusnya, mengejar Yoongi dengan derai air mata sambil memanggil-manggil namanya. Karena Yoongi sudah kembali berlari tak memperdulikan bagaimana sang ayah menangani bayi yang teramat menyebalkan itu.

OLAF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang