Kepingan salju kesembilan belas

1K 93 3
                                    

Haloo semuaa ^-^

Keluarga Park kembali menyapa hihi

siapa yang sudah rindu Ugi dan sikembar? atau rindu dengan Mommy dan Daddy Park?

langsung aja yaa, selamat membaca:)


.

.

.

.



" Lalu kau diam saja saat anakmu melempari kepingan balok itu pada teman-temannya?" Hyera sedikit memekik tak percaya setelah mendengar setiap rentetan cerita hasil pengamatan sang suami di taman kanak-kanak putra sulungnya tadi pagi.

" Aku baru saja akan masuk kedalam, tapi ssaem disana sudah lebih dulu masuk. Sungguh" Bogum berusaha membela diri.

Setengah hatinya Hyera masij belum mempercayai wajah memelas Bogum, tapi selama alasannya masih dapat masuk akal, Hyera tak akan memperpanjangnya. Hanya saja perasaanya masih menolak untuk mempercayai bahwa sulungnya dapat melakukan hal yang dapat menyakiti orang disekitarnya seperti itu. Siapa yang mengajarinya? Tidak. Siapa yang ditirunya? Tak mungkin putranya yang manis dan tenang tau cara cara untuk meluapkan amarah secara brutal. Anak-anaknya adalah representasi peri-peri kecil yang manis dan lemah lembut, mereka jauh dari segala bentuk kekerasan dan berlimpah kasih sayang.

TUK

Oh ya Tuhan, Hyera secepat kilat menoleh, menarik tangan rapuh Jimin yang menggenggam sendok plastik dan sedang di adukan kekepala saudara kembarnya yang duduk tepat disampingnya. Entah kekuatan dari mana, tangan rapuh itu dapat memukul cukup kencang menimbulkan suara yang cukup menyakitkan.

Taehyung tak menangis, namun terlihat kesal. Tangannya yang sedikit lebih kokoh dari Jimin terlambat di atasi oleh hyera dan mulai menyapu meja di hadapannya dengan kasar. Kebetulan yang sangat tidak menguntungkan, diantara taehyung dan Jimin terdapat satu gelas plastik berisi air yang tak absen tersapu tangan mungil Taehyung, alhasil seluruh air itu tumpah ruah menyiprat wajah Jimin dan membuat basah hampir setengah tubuhnya. Satu ketukan sendok dikepala, dibalas dengan badai air di meja makan.

"Ada apa?! Apa yang terjadi?!"

Jimin menangis tentu saja, dia bahkan tersedak air cipratan itu. Namun karena Bogum yang sempat pergi kedapur saat insiden itu terjadi terkejut mendengar suara bising disusul tangisan Jimin sempat meninggikan suaranya untuk menanyakan keadaan dan itu menjadi hal yang menakutkann bagi Taehyung yang pada akhirnya ikut menangis, seakan berlomba dengan tangisan saudara kembarnya.

" Pelankan suaramu, dad! " Hyera mengingatkan seraya membersihkan kekacauan yang terjadi.

Mengabaikan sang suami yang merasa bersalah sudah meninggikan suaranya karena khawatir dan terkejut. Seperti seorang perempuan, pikir Hyera. Tangan berurat itu dengan cekatan membantu kekacauan yang diciptakan tangan putra bungsungnya.

Baik Jimin maupun Taehyung sudah tidak menangis, keduanya teralihkan fokusnya pada air yang berserakan di hadapan mereka, memainkannya dengan tangan-tangan kecilnya dan sendok. Bahkan untuk menghindari kegiatan makannya, jimin mengambil mangkuk bubur bayi yang hyera letakkan dekat jangkauannya untuk ditumpahkan dan menjadi sasaran mainan keduanya. Benar-benar kacau dan kotor.

" Dad, lihat jimin berulah lagi, dia hanya memakan sedikit makanan bayinya dan sekarang menumpahkannya begitu saja. Bawa dia berjalan-jalan di depan rumah. Jimin lebih mudah untuk makan jika sambil dibawa jalan-jalan " Hyera berjalan menuju dapur untuk mengisi kembali mangkok kosong itu dengan bubur bayi yang baru.

OLAF ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang