"Urgh.."
Tubuhku serasa ingin patah. Aku mengerang sekali lagi saat memijat pundakku. Setelah selesai melakukan peregangan, aku mengambil tas dan keluar dari klub.
"Aku pulang dulu." Kataku sambil melambai ke arah Hoseok. Hoseok tersenyum dan membalas lambaian tanganku.
"Sampai jumpa besok!" sahutnya riang.
Aku tersenyum dan menuruni tangga dengan riang. Setelah menarik sepedaku, aku naik ke atasnya dan mulai mengayuh.
Suasana malam memang selalu menyenangkan. Lampu toko yang ada di pinggir jalan mulai menyala, nyanyian pengamen-pengamen yang terdengar dari dalam gang dan angin malam yang menyejukkan. Aku terus mengayuh sambil menggumamkan nyanyian.
Setelah sepuluh menit perjalanan, aku sampai di depan rumah. Aku melirik ke arah jam tanganku.
Jam 10 malam.
Aku harap semua orang sudah tertidur.
Aku menghela nafas dan mendorong pintu. Aku menggumamkan kata kasar saat mendengar suara teriakan dari ruang tamu.
"Jadi maksudmu itu salahku?!" Teriak tanteku.
Pamanku menutup wajahnya menggunakan tangan. "Bukan begitu. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya!"
Buru-buru aku masuk ke dalam kamarku. Aku berhenti saat menemukan adik sepupuku di dalam kamar, dia sedang mengobrak-abrik kamarku. Dia terkejut saat aku masuk ke dalam kamar dan hanya tersenyum lalu terkekeh.
"Aku hanya mau pinjam uang. Minggu depan akan kukembalikan, oke?" Ucap Junyeong lalu berlari keluar dari kamarku.
Aku menatap kamarku dengan tatapan horor saat melihat barang-barangku bergeletakkan di lantai. Aku menghela nafas dalam-dalam dan mulai memungut barang-barang yang tercecer, mengembalikan semuanya ke tempatnya. Aku membuka dompet yang sudah kucoba sembunyikan di bawah tempat tidur-yang ternyata ditemukan oleh Junyeong juga-yang tergeletak di lantai.
Kosong.
Junyeong mengambil semua uangku.
Aku melempar dompetku dan duduk menangis di lantai.
Sampai kapan aku harus hidup seperti ini?
Aku bekerja keras untuk siapa?
Semuanya sia-sia.
Aku memeluk kakiku dan menangis di samping tempat tidur.
Sepanjang malam.
—-
Namaku Riel.
Aku berumur 20 tahun dan seorang yatim piatu. Aku hidup bersama keluarga sepupuku. Perekonomian mereka sangat sulit. Mereka memiliki hutang dimana-mana, dan sangat kesulitan untuk membayar kembali semua hutang itu. Bahkan rumah kumuh tempat kami tinggal, juga hanya kontrakan. Banyak preman yang berkali-kali datang ke rumah kami, meminta kami untuk membayar hutang-hutang kami yang sudah tidak terhitung banyaknya.
Aku bekerja untuk membantu meringankan hutang mereka. Walaupun mereka sangat membenciku dan hanya merawatku untuk mendapat uang, bagaimanapun aku berhutang budi pada mereka. Tanpa mereka, aku akan hidup sebatang kara.
Karena itu aku juga bekerja lebih keras. Tapi sekeras apapun kerjaan yang kulakukan, rasanya tidak pernah cukup. Uangku selalu habis untuk mereka. Aku bahkan hampir tidak pernah menggunakan uangku untuk keperluanku sendiri.
Entah apalagi yang harus kulakukan, aku tidak tahu lagi.
"Kau menangis semalam?"
Aku menoleh ke arah Hoseok dan mengangguk sambil menyapu lantai bar.
KAMU SEDANG MEMBACA
YAKUZA || JEON JUNGKOOK
Fanfiction"Spread your legs for me, babygirl." -- Choi Riel, seorang gadis yang dijual oleh keluarganya sendiri untuk membayar hutang, berusaha untuk bertahan hidup dengan menjadi mainan Jeon Jungkook. Apakah cerita mereka akan menjadi cerita klise? Tentu ti...