#18

2.7K 192 55
                                        

"Aku pembunuh bayaran." Jawabnya.

Aku menatap Yoongi tidak percaya. "Kau pembunuh?!"

Yoongi menghela nafas dan mengangguk. "Iya."

Aku langsung melepas sabuk pengaman mobil. "Turunkan aku."

Yoongi menoleh ke arahku. "Tidak, Riel. Kita sedang dalam bahaya. Jangan berbuat sesuatu yang akan membuatmu menyesal."

"Bagaimana bisa aku percaya pada seorang pembunuh, Yoongi?!"

Yoongi mengacak rambutnya dengan kesal. "Inilah alasan kenapa aku tidak mau memberitahumu!"

Aku membalas menatapnya marah. "Sejak kapan kau menjadi orang seperti ini, Yoongi?! Kau tidak seperti ini dulu.."

"Semua orang berubah, Riel. Termasuk aku." Yoongi memotong perkataanku dengan tajam.

Aku melipat kedua tanganku dan mengalihkan pandanganku. "Aku kecewa padamu."

Yoongi menghela nafas. "Aku tahu.."

—-

Hujan turun.

Hujan yang turun cukup deras, membuat perjalanan kami terhambat.

"Kita harus berhenti dulu." Kata Yoongi melihat keluar.

Yoongi menengok ke arahku, menemukanku sudah tertidur. Dia terkekeh dan menepi di salah satu motel yang ada di dekat lokasi kami.

"Riel. Bangun. Kita harus turun." Yoongi menggerakkan tubuhku dan aku hanya mengerang.

"10 menit lagi." Jawabku sambil meringkuk.

Yoongi terus menggerakkan tubuhku dan menarik wajahku agar menghadapnya.

"Bangun, Riel."

Aku membuka mataku dan mataku bertemu dengan matanya. Mata Yoongi sangat gelap, mengingatkanku akan warna malam hari.

"Kau bangun juga, akhirnya." Katanya tersenyum.

Aku mengedipkan mataku dan melepas wajahku dari tangannya. Aku berdehem tidak nyaman dan membenarkan pakaianku.

"Kita dimana?" Tanyaku.

"Motel. Hujannya terlalu deras, akan sulit untuk melanjutkan perjalanan." Jawabnya sambil melepas sabuk pengaman. "Ayo turun."

Aku mengikuti dan berlari ke arah motel bersama Yoongi. Pakaian kami berdua langsung basah akibat hujan. Yoongi dan aku berjalan masuk ke dalam lobi motel. Yoongi memencet bel di lobi dan seorang pria berumur dengan perut buncit turun dari tangga.

Pria itu menatapku dari atas hingga bawah, lalu tersenyum lebar.

Aku bersembunyi di belakang Yoongi. Yoongi merasakan perasaan tidak nyamanku dan membantu menutupiku. Pria itu terus menatapku dan tersenyum.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria itu.

"Kami butuh kamar."

"Oke. Uangnya dulu."

Yoongi berdecak dan mengeluarkan uang dari dompetnya, lalu ia berikan kepada pria itu. Pria itu tersenyum dan memberikan kunci kepadaku.

"Ini kuncinya, nona."

Yoongi langsung merenggut kunci itu dan menarikku ke atas.

"Lantai dua!" Teriak pria itu dari bawah.

Kami berjalan hingga menemukan kamar dengan nomor 256. Yoongi membuka kamar itu dan membiarkanku masuk terlebih dulu.

"Aku akan mengambil tas dulu." Katanya berjalan pergi dan berhenti saat aku menarik jaketnya.

YAKUZA || JEON JUNGKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang