#6

3.5K 294 106
                                    

"Pe.. pelan-pelan!" Jeritku.

"Tidak. Kau berhak menerimanya, babygirl."

"Ah.. ah!! Pelan-pelan! Aku sudah lelah!"

"Shush. Diam, jangan berisik. Ini di kantor."

"Ah!!"

Lalu aku terjatuh dari treadmill. Aku mengerang kesakitan saat melihat kakiku yang terluka akibat terbentur bagian dasar treadmill.

"Ckck.. bisa-bisanya kau terjatuh." Kata Jungkook sambil berlutut di sampingku. Aku menjerit kecil saat dia menyentuh lukaku.

"Ah! Sakit!" Jeritku.

Dia menggeleng, lalu mengambil kotak p3k di dalam lemari. Dia mengeluarkan perban dan membasuh luka di lututku dengan antiseptik. Dia menyuruhku diam saat aku menjerit kecil lagi karena kesakitan. Setelah dia selesai memberikan antiseptik, dia memakaikan perban di lututku.

"Selesai." Katanya puas.

Jungkook POV

Aku melihatnya meringis kesakitan walau lukanya sudah kuperban. Matanya terlihat bersinar saat kesakitan.

Aku penasaran ekspresi seperti apa yang akan dia tunjukkan jika dia mengetahui kalau aku membohonginya?

Tentu saja aku akan tidur dengannya. Mau dia menerima itu atau tidak. Aku membelinya dengan tujuan untuk memainkan dia. Untuk apa aku harus bersimpati dengannya?

Ck. Kalau saja dia tidak sepolos itu, sudah kupakai habis-habisan dia. Tapi karena kepolosannya, segala sesuatu menjadi lebih menarik.

Aku dapat menarik hatinya dan pelan-pelan dia akan jatuh ke perangkapku.

Memang, untuk mencicipi sesuatu dengan cara yang terbaik adalah dengan mencicipi sedikit demi sedikit.

Dan itu yang akan kulakukan.

Lagipula, aku membutuhkannya untuk memancing 'dia'. Dia akan melakukan segalanya untuk wanita ini.

Apa yang akan dia pikirkan, ya? Saat mengetahui kalau wanitanya ada di tanganku.

Dengan pikiran seperti itu, aku tertawa.

Riel POV

Aku terbangun dan menengok ke sampingku. Aku menatap dalam-dalam wajah Jungkook yang masih tertidur di sampingku.

Sudah seminggu lewat sejak aku dipaksa tinggal di rumah ini, dan sudah seminggu sejak Jungkook mencoba hal-hal aneh padaku. Aku harus mengakui, dia benar-benar memegang apa yang dia katakan. Dia sama sekali tidak lagi menyentuhku, kami hanya tidur satu ranjang, dan tugasku hanya mengikutinya pergi ke kantor.

Bukannya aku mengeluh, tapi aku bersyukur karena dia lebih menghargaiku. Dulu aku kira dia hanya membeliku dengan tujuan untuk tidur denganku, tapi ternyata tidak begitu. Dia orang yang lebih baik dari perkiraanku.

Dia mengerang dan membuka salah satu matanya. Dia tertawa kecil saat melihatku menatapnya.

"Selamat pagi, babygirl."

Aku mengangguk. "Selamat pagi."

Dia duduk di tempat tidur dan menepuk pahanya. Aku merangkak dan duduk di atas pangkuannya. Dia tersenyum puas dan mengelus kepalaku.

"Gadis baik."

Dia memainkan rambutku dan aku hanya menunduk, menatap kedua telapak tanganku.

"Apa kau bosan disini?" Tanya Jungkook sambil terus memainkan rambutku.

Aku terdiam, lalu mengangguk. "Sejujurnya iya."

Dia bergumam dan mengangguk. "Kau ingin apa? Apa ada sesuatu yang kau inginkan?"

Aku menyentuh daguku dan berpikir. Apa yang kuinginkan?

"Bolehkah aku bekerja?" Tanyaku hati-hati.

Dia mengerutkan alisnya. "Bekerja?"

Aku mengangguk. "Seperti barista. Aku suka membuat minuman."

Jungkook menatapku dan aku mengalihkan pandanganku ke telapak tanganku. Apa dia keberatan?

"Oke."

Mataku langsung menyala. "Serius? Kau membolehkanku bekerja?"

Dia mengangguk. "Kau bisa bekerja di cafe dekat perusahaanku."

Aku mengangguk senang. "Oke! Besok aku akan mulai mencoba melamar pekerjaan disana!"

Aku meloncat dari atas tempat tidur dengan senang, lalu berjalan keluar dari kamar sambil melompat.

Jungkook terkekeh melihatku dan menepuk pelan tempat tidur di sampingnya, tempatku.

—-

"Jadi sebelumnya kau bekerja di The Lux Bar?"

Aku mengangguk. "Iya. Saya bartender disana."

"Berarti kau memiliki banyak pengalaman tentang membuat minuman, ya?" Tanya salah satu pegawai yang mewawancaraiku.

Aku mengangguk lagi. "Iya, benar."

Dia berhenti menulis dan menjulurkan tangannya kepadaku. "Selamat. Kau diterima! Kau bisa mulai bekerja hari ini juga."

Aku tersenyum lebar dan membalas juluran tangannya. "Terimakasih, pak.."

"Jangan sungkan. Panggil aku Jimin. Tidak perlu pakai 'pak'."

Aku mengangguk senang. "Baik, Jimin. Salam kenal. Semoga kita bisa menjadi rekan kerja yang baik."

Jimin memberikan sebuah celemek dan topi seragam kafe kepadaku. Aku langsung memakainya dan ikut bekerja. Di hari-hari awal, aku mendapat banyak pelajaran dari Jimin, dia banyak mengajarkanku cara membuat kopi yang benar, membuat espresso, dan begitu banyak hal lainnya. Aku belajar dengan semangat, dan membuat minuman adalah bakatku, sehingga aku tidak memerlukan waktu lama untuk membuat minuman yang bahkan lebih enak dari buatan Jimin.

"Ini pesanan anda." Kataku sambil memberikan kopi kepada salah satu pelanggan.

"Terimakasih." Katanya dan aku mengangguk.

Sebelum aku kembali ke tempatku, seorang pria memanggilku. Aku berjalan mendekat dan menundukkan kepalaku.

"Ya pak? Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya ingin bertemu manajer disini." Katanya ketus.

Aku mengerutkan dahiku dan memanggil Jimin. Jimin datang dan berbicara dengan bapak itu. Dari kejauhan aku melihatnya marah dan membentak Jimin, membuat orang-orang melihat ke arah mereka. Jimin berusaha menenangkan pria itu, tapi pria itu tetap saja marah. Mataku membelalak saat pria itu mau memukul Jimin dan aku langsung berlari ke depannya.

"Ah!"

Aku menjerit saat pukulan pria itu mendarat di kepalaku. Aku terjatuh dan tubuhku bertabrakan dengan kursi cafe. Pria itu berdecak dan keluar dari cafe sambil meneriakkan sesuatu. Dia berjalan keluar dari cafe dan mengeluarkan rokoknya.

Sampai..

Sebuah mobil menabrak pria itu.

Bukan hanya menabrak, bahkan pria itu dilindas dan mobil itu langsung pergi. Tabrak lari.

Semua orang dalam cafe berteriak ketakutan dan aku hanya dapat melihat keluar dengan tatapan horor sambil membuka mulutku. Tiba-tiba ponselku berbunyi dan aku mengeluarkannya, membaca pesan yang ada di dalam notifikasiku.





















" Tutup mulutmu, babygirl. Itu yang orang dapatkan jika berani mengusik apa yang menjadi milikku. "

—-

Update again!!❤️❤️

OMG MY FIRST 100 READERS😳😳
Kudu dirayain *hore hore* 🥳🥳🥳

Thankyou so much gaiss yg uda support buku inii, aku ganyangka bisa tembus sebanyak ini dalam beberapa hari🥺❤️

Enjoy readingg!! Ditunggu chapter selanjutnya besokk💜

Borahae, Nuget Ayam

YAKUZA || JEON JUNGKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang