25. Dia lagi?

81 3 0
                                    

Yang aku inginkan bukan pelangj yang indah dan penuh warna. Namun aku ingin langit. Langit yang selalu ada dikala suka maupun duka.

_____________🌻🌻🌻______________

Malam ini, seluruh keluarga Sadeeva kumpul di ruang keluarga. Termasuk El, entah setan apa yang merasukinya hingga ia tidak keluar rumah malam ini. Tumben..
El dan Key duduk berdampingan dengan membawa snack yang dipegang masing-masing. Sedangkan Leo dan Rara pun sama, keduanya asyik menonton drama pada televisi di depannya. Dengan tangan Leo yang merangkul bahu istrinya mesra.

"Ma, Maim beneran gak mau merestui hubungan Key sama Rey?" celetuk Key, entah kenapa ia tiba-tiba gusar dan harus mengeluarkan unek-unek nya.

Rara menoleh, "Emang udah jadian?"

"Iya, emang lo udah pacaran sama si ketos nyebelin?" sahut El tak percaya.

Key menghela nafas pelan, "Belum, kan, otewe."


Rara yang semula fokus menonton drama pun mengambil remot televisi, lalu menekan tombol off. Seketika suasana pun hening.

"Maim cuma khawatir, Key. Maafin Maim ya," ucap Rara dengan raut wajah sedih. Ia juga bingung sebenarnya. Ia cuma takut.

Key tersenyum kecil sembari menggeleng pelan, "Key tau Maim trauma, tapi Key yakin hati Maim nanti akan terbuka bahwa gak semua ketua OSIS itu jahat. Ketos kan teladan di sekolah, gak mungkin kan bawa pengaruh buruk untuk anggotanya? Maafin Key yang egois Ma, tapi Key bener-bener suka sama Rey." lanjut Key berusaha menyakinkan. Namun raut wajahnya tak bisa disembunyikan bahwa ia juga merasa sedih karena tak bisa menuruti kemauan ibunya.

Leo yang sedari tadi hanya diam menarik pelan bahu istrinya agar dia menatapnya, "Yang dikatakan Shasa itu benar, Sayang. Itu cuma masa lalu. Dan sekarang susah untuk menjadi ketos disekolah kita, aku berani jamin itu. Sejak kejadian mengerikan itu, Papa memerintahkan pihak sekolah untuk gak main-main memilih ketua yang nanti akan bertanggung jawab atas tugas nama sekolah. So, biarin Shasa memilih jalan hidupnya. Dia bukan anak-anak lagi. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung keputusan anak jika itu memang terbaik untuknya."

Rara terdiam, ia meresapi ucapan suaminya yang sedikit menggerakkan hatinya. Trauma masa lalu membuat ia terkesan egois untuk menentukan siapa jodoh putrinya. Tapi ketakutan akan bayangan masa lalu masih saja menghampirinya.

"Maim akan mencoba terbuka menerima Rey kalo dia juga emang beneran cinta sama kamu, Key. Maim gak mau kalo anak Maim cintanya bertepuk sebelah tangan, karena itu sangat menyakitkan. Seperti FTV yang tadi Maim tonton. Greget bawaanya." ucap Rara beralih menatap putrinya.

Key tersenyum mendengarnya, "Maim tenang aja, kisah Key gak akan sama kayak FTV yang tadi Mama tonton. Cerita Key itu realita bukan rekayasa."

"Kok aku baru tau kamu doyan nonton FTV, Sayang?" celetuk Leo mengernyit aneh.

"Mas itu gimana sih, ya ceritanya aku itu lagi flasback sama kamu dulu waktu bucin-bucinnya." kata Rara menahan malu.

Leo terkekeh, "Bucin, budak micin kan?" goda Leo saat mengingat kata yang tak asing di telinganya dari dulu.

Tangan Rara mencubit pinggang suaminya gemas, "Jangan dibahas. Malu sama anak."

"Key udah tau kok, Ma. Kalo dulu Maim kan polos. Haha.." Key tertawa ngakak membuat Rara semakin malu dibuatnya.

El pun menyaut, "Tapi El suka loh cewek yang modelan kayak Maim, gemes terus pasti bawaannya. Pantes Papa dulu ngebucin banget." celetuk El, ia masih saja santai memakan snacknya.

Open LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang