Bab I

2.5K 85 0
                                    

Naura tersenyum masam. Ia tak menyangka kalau hidupnya yang indah akan berubah hanya dalam hitungan jam. Pertemuannya dengan keluarga Fania sahabatnya membawanya kedalam lembar baru kehidupan yang bahkan tidak pernah dibayangkannya sebelumnya. Hanya karena janji kakeknya dan kakek Fania, ia dipaksa menikah dengan adik sang teman. Kenapa bisa begitu? Dahulu kakek mereka berteman baik. Dan mereka berjanji bila punya anak nanti, mereka akan menjodohkan anak mereka. Dan berhubung anak mereka sama-sama laki-laki, jadi perjodohan diturunkan kepada cucu mereka. Dan karena cucu pertama mereka juga perempuan, jadi terpaksa perjodohan diturunkan pula kepada anak pertama dan anak kedua. Yaitu Naura dan adik laki-laki Fania. Walaupun pada kenyataannya umur mereka terpaut jauh, dan yang tua adalah Naura, tapi ia tidak bisa menolak. Karena itu adalah amanah langsung dari sang kakek. Pemegang tahta tertinggi di keluarga mereka. Walaupun sudah meninggal, namun nasib keluarga mereka tergantung sama keputusan yang diambil Naura. Naura masih waras, ia tak mau mendadak miskin hanya karena melanggar amanah dari sang kakek yang otoriter.

Klise memang, tapi Naura tidak sanggup membayangkan. Bagaimana mungkin, iya akan menikah dengan bocah yang sudah dikenalnya dari zaman mengelap inguspun sang bocah belum bisa. Walau pada kenyataannya itu sudah bertahun- tahun yang lalu. Dan dia belum bertemu sang bocah lagi, namun Naura tetap ingat. Dahulu cowok itu dekil, kurus, keriting, amit-amit. Tapi, dalam beberapa menit lagi, bocah itu akan menjadi suaminya. Calon ayah dari anak-anaknya kelak.

Naura mematut dirinya sekali lagi di depan cermin. Ia seorang wanita dewasa yang cantik. Untuk pekerjaanpun, bisa dibilang ia sudah mapan. Bisa dibilang hampir sempurna. Kalau dijelaskan lebih, banyak yang ingin antre, ingin mnjadikannya pacar bahkan istri. Bukannya Naura geer, tapi itu fakta. Naura cantik dan itu mutlak.

Namun, hanya satu yang salah, takdirnya. Di saat semua yang ada di dalam dirinya adalah keberuntungan, datang satu kemalangan, yaitu tadi, ia mau tidak mau harus menikah, walaupun disaat yang sama ia memiliki seorang pacar yang baik dan mapan. Tapi takdir berkata lain. Pacar yang baik dan mapan, tidak bisa menggoyahkan hati keluarganya. Amanat kakek tidak bisa diganggu gugat

Naura melangkah meninggalkan kamar menuju dimana ia akan bertemu dengan calon suaminya. Atau mungkin sekarang sudah berubah menjadi suaminya. Ia digandeng mamanya ketempat dimana akad nikah dilaksanakan. Naura gugup, ia takut. Untuk melihat ke depanpun ia tak sanggup. Ia hanya bisa menunduk sampai mama menuntunnya duduk di samping lelaki yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.

"Saudari Naura, silakan mencium punggung tangan suaminya."

Naura terpaku, bayangan masa lalu membuatnya hampir menangis. Bagaimana mungkin, bocah yang dulu sering ia buli sekarang sudah sah menjadi suaminya. Apa kata orang nanti.

"Saudari Naura," ucap pembawa acara lagi.

Naura menghela napas. Kemudian ia memberanikan diri menatap ke arah lelaki yang baru saja menjadi suaminya itu. Kesan pertama yang didapat tak sesuai harapannya. Kenapa bocah itu berubah menjadi tampan? Bahkan terlalu tampan. Tapi tetap saja, ia masih bocah.

Naura lalu mengambil tangan lelaki itu dan mengecup punggung tangannya singkat. Setelah selesai, lelaki itu memegang pipin Naura dengan kedua tangannya dan mengecup singkat kening Naura. Jantung Naura seakan berhenti. Kenapa cowok di depannya ini menjadi sangat manis? Setelah selesai, Cavin, si cowok, tersenyum kepadanya. Menampilkan giginya yang rapi. Membuat Naura jadi salah tingkah. Kok bisa semuanya tak sesuai ekspetasi Naura. Cavin, si bocah berubah jadi lelaki tampan dan rupawan.

❤❤❤

Rangkaian acara akad dan resepsi pernikahan mereka baru saja selesai dilaksanakan. Dan di sinilah mereka sekarang. Di kamar hotel yang sudah dipersiapkan keluarga untuk keduanya menginap.

Naura sangat gugup. Ia tak tahu harus bagaimana. Setelah selesai mandi, ia tak berani untuk keluar dari kamar mandi. Gadis itu sudah bertahan di dalam kamar mandi selama lebih dari satu jam. Mana sekarang ia hanya memakai kimono yang disediakan hotel tanpa dalaman. Begonya Naura, ia masuk ke kamar mandi tanpa membawa baju ganti.

"Mbak," suara pintu kamar mandi diketok. Naura tahu, itu suara Cavin. Pasti anak itu juga ingin mandi seperti dirinya.

"I ... i ... ya," Naura gugup.

"Cepetan Mbak, mau boker,"

Astaga, Naura sampai kaget mendengar suara Cavin, ia lalu buru-buru membuka pintu kamar mandi.

"Waw, " Cavin menaikan sebelah alisnya melihat Naura dengan penampilan begitu. "Maka nikmat Tuhan manakah yang kau dustai," Ia terkekeh sambil masuk ke dalam kamar mandi.

Naura berdecih, ternyata Cavin itu mesum. Nampak dari ekspresinya melihat Naura.

Naura langsung mengambil baju gantinya begitu Cavin masuk ke dalam kamar mandi. Ia dengan cepat lalu membuka kimono dan menggantinya dengan baju tidur yang ia bawa. Namun, belum selesai berganti pakaian, Cavin tiba-tiba saja keluar dari kamar mandi. Membuat Naura reflek berteriak.

Cowok itu ternyata juga kaget, ia buru-buru masuk kembali ke dalam kamar mandi. Pipinya memerah. Cavin meraba pipinya yang terasa panas. "Ingar Cav, dia bini lo," ia terkekeh.

Tak menyangka Naura cewek idamannya dari zaman bocah kinu sah menjadi istrinya. Cavin merasa kalau dirinya beruntung. Beruntung mendapat istri secantik dan seseksi Naura. Cavin tolong kondisikan pikiranmu.

Berdeda dengan Cavin yang kegirangan, ada Naura yang sedang mendumal. Cewek itu sangat kesal dengan bocah yang saat ini adalah suaminya. Demi apapun, Cavin adalah orang pertama yang melihat tubuhnya yang hampir telanjang. Bahkan selama ini Naura sangat menjaga kehormatannya. Walau ia masih sering berpakaian yang sedikit terbuka. Tapi percayalah, Naura tidak pernah memakai bikini. Ia tak pernah memperlihatkan udelnya apalagi yang lainnya kepada lawan jenis. Cavin adalah cowok pertama. Walaupun sebenarnya tidak masalah sama sekali.

Tak lama, Cavin keluar dari kamar mandi hanya terbalut handuk di pinggangnya. Naura yang sedang mengeringkan rambut, reflek melemparkan kimono yang tadi dipakainya kepada cowok itu.

"Kenapa sih Mbak?" Ia bersikap sok polos.

"Kenapa, kenapa, itu aurat kemana-mana!" Naura ketus.

Cavin mengangkat setengah alisnya dan duduk di samping Naura, "emang kenapa sih, cantik? Kita kan suami istri." Ia merangkul Naura.

"Cavin! Ih, lepas!" Naura berusaha namun Cavin malah menariknya ke dalam pelukannya.

"Ga mau, mau peluk!" ucapnya manja.

"Apaan sih Cav, lepasin gak!" Naura berontak.

"Mbak, diam dulu!" bisik Cavin ditelinga Naura.

Bulu kuduk Naura berdiri. Cavin wangi.

"Cav, lepas!" Akhirnya, karena kasihan Cavin melepaskan pelukannya.

"Naura berteriak melihat sesuatu yang janggal di tubuh suaminya. Gadis itu reflek berdiri dan berlari meninggalkan kamar.

"Dibilangin diam dulu, melorot kan?" Gavin geleng-geleng kepala. Ia lalu mengambil handuknya yang melorot ke lantai dan memakainya kembali.













Hallo, ini cerita pertamaku. Tapi ini 13++ ya, jadi yang belum cukup umur silakan undur diri. Selamat membaca.

I'm yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang