Bab VI

1K 36 0
                                    

Cavin mengepalkan tangannya begitu melihat Naura yang dibentak oleh seseorang. Namun, bukannya melawan, Naura hanya diam saja sambil menuruti kata orang yang bisa Cavin tebak itu adalah bos Naura. Cavin mendekat, tatapan matanya menegang. Naura belum menyadari hal itu. Gadis itu masih berkutat dengan komputer yang ada di depannya.

"Naura, pulang!" ucap Cavin tegas .

Naura tersentak. Ia baru menyadari keberadaan Cavin. Ia malu. Pasti Cavin melihat semuanya.

"Cavin, kenapa bisa masuk?" Naura terbata.

"Bos mana yang memperlakukan karyawannya seperti budak?"

Cavin menatap Bara tajam. Ia tak terima istrinya diperlakukan seperti ini.

"Cavin, sudah. Cukup!" Naura berusaha melerai.

"Lo sebagai atasan harusnya memberi contoh yang baik. Ini tu udah jam 8 lebih!" Cavin mendekat hendak menyerang Bara. Namun ia ditahan Naura.

"Naura, orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk!" ucap Bara tak kalah tegang.

"Lo ...." Cavin memberontak. Ia tak tahan lagi.

"Cavin, CUKUP!" Naura berteriak. "Ini tugas gue, oke?" Ia berusaha lunak.

"Tapi Nau, dia bentak lo!" Davin semakin terpancing. Bahkan tanpa sadar ia membentak Naura.

"Gue bilang cukup ya cukup. Lo denger gak sih?" bentak Naura lagi. Mata gadis itu memerah.

Naura lalu meninggalkan mereka berdua begitu saja.

Cavin menatap Bara tajam, setelah itu ia pergi mengejar Naura.

Ternyata Naura sudah masuk ke dalam mobil. Cavin lalu menyusul, masuk ke dalam mobil. Terjadi keheningan di antara mereka.

"Nau ...." Cavin memulai pembicaraan.

"Cav, gue capek, oke?" Naura membuang muka. Ia terlalu kesal kepada Cavin.

"Maaf," ucap Cavin.

Naura tetap diam. Energinya telah habis karena masalah tadi. Bahkan ia terlalu malas untuk menatap Cavin.

"Dia keterlaluan Nau, aku gak terima kamu diperlakuin begitu." Cavin membela dirinya.

"Lagian Nau, aku masih bisa kok, nafkahin kamu. Apa uang yang aku kasih kurang?" tambah Cavin.

Naura tersentak. Ia menatap Cavin tajam.

"Jangan sok tahu Vin. Jangan mentang-mentang lo ngasih duit lo seenaknya nyuruh gue berhenti kerja!"

"Tapi Nau, aku cuma gak mau kamu diperlakuin kaya gitu."

Naura hanya diam. Ia kehabisan kata-kata. Rasanya ia ingin hilang saja saat ini. Rasanya benar-benar tidak diduga. Ia tak menyangka Bara akan bertemu dengan Cavin. Apalagi akan berselisih seperti ini.

"Nau," Cavin menyentuh punggung tangan Naura. Wanita itu menangis.

"Naura, maafin aku ya, kamu kaget ya?" sesalnya.

Naura mengangkat kepalanya. Ia menatap Cavin sendu.

"Lo tahu gak Vin? Gimana perjuangan gue sampai dititik ini? Semuanya gak mudah Vin. Banyak yang gue korbanin. Jadi jangan pernah lagi lo suruh gue berhenti. Itu nyakitin Vin."

Cavin yang menyadari kesalahannya langsung memeluk Naura. Baru kali ini ia melihat Naura serapuh ini.

"Maaf ya Nau,"

Naura hanya diam. Ia terisak dalam pelukan Cavin. Hari ini adalah hari terberat di hidup Naura. Hari dimana ia diperlakukan semena-mena oleh orang yang biasanya selalu menjadikannya ratu. Ternyata batas antara benci dan sayang itu memang beda tipis.

I'm yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang