Bab XII

667 24 0
                                    

"CUKUP!"

Naura menarik rambut Tasya yang sedang memeluk Cavin, setelah itu melepaskannya begitu saja hingga gadis itu terjatuj ke lantai. Setelah melakukan itu, Naura mendekat ke arah Cavin tanpa bersalah.

"Nau, kamu salah paham, aku,"

Belum sempat Cavin berbibara, tiba-tiba saja Naura menciumnya sekilas dan menatap tajam Tasya.

"Sudah ngerti sekarang?" Ia mengejek Tasya.

Tasya bangkit. Ia menatap tajam Naura.

"Lo gak tahu gue siapa?" ucapnya keras.

"Saya gak peduli. Kamu masuk ke kamar rawat suami saya dan membuat keributan! Silakan keluar, atau saya panggil security?"

"Vin?"

Tasya berusaha mengadu kepada Cavin, namun Cavin membuang muka.

"Istri gue bener Sya. Lebih baik lo keluar sekarang!"

Tasya mengepalkan tangannya. Ia merasa benar-benar dipermalukan . Ia bangkit, lalu keluar begitu saja. Harga dirinya benar-benar dijatuhkan di depan Cavin. Dan Cavin tidak peduli sama sekali. Tasya merasa benar-benar kalah sekarang. Sepertinya peluangnya bersama Cavin sudah tidak ada.

Sepeninggal Tasya, Naura memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa. Tenaganya terkuras habis karena perempuan tadi. Ia mengelus perutnya lembut.

"Maafin mama udah marah-marah ya Nak?" ucapnya lembut.

Mendengar hal itu, Cavin tersenyum. Ialu bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju sofa. Ia lalu berjongkok di hadapan Naura dan ikut mengelus perut Naura.

"Maafin papa juga ya Nak. Maaf bikin mama kamu sedih,"

Naura yang mendengar hal itu tersentuh. Ia lalu menggenggam tangan Cavin yang ada di perutnya.

"Kita maafin ya Nak," ucapnya lembut.

Naura lalu mendudukkan dirinya. Kemudian ia ia memeluk Cavin.

"Jangan difikirin. Aku nggak papa," bisiknya.

"Aku minta maaf Nau, sumpah aku nggak ada apa-apa sama dia."

"Iya, aku tahu. Sekarang istirahat lagi ya,"

"Berdua sama kamu. Kamu juga perlu istirahat!'

Naura mengannguk. Ia lalu membantu Cavin kembali ke ranjangnya dan ikut tertidur di sebelah suaminya itu. Naura lalu memeluk Cavin erat. Ia berharap operasi yang akan dilakukan Cavin besok berjalan dengan lancar.

❤ ❤ ❤

Pagi harinya, Naura terbangun. Ia kaget ketika melihat dokter dan perawat tengah memeriksa Cavin. Naura malu. Ia lalu bangkit dari tidurnya dan buru-buru turun dari kasur. Nampak Cavin dan semua orang yang ada disana tertawa. Naura menatap Cavin, memberi isyarat kenapa Cavin tak membangunkannya. Cavin malah mengelus lembut tangannya.

"Kamu nyenyak banget, aku ngga tega!"

Naura cemberut, ia lalu berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Setidaknya ia harus membersihkan diri agar tidak terlalu terlihat acak-acakan. Setelah itu ia kembali lagi ke ruangan Cavin. Nampak wajahnya sedikit segar walaupun tidak memakai make up.

"Gimana dok?" tanya Naura penasaran. Ia menggenggam tangan Cavin erat.

"Semuanya normal. Besok kita bisa melaksanakan operasi. Jadi malam ini saudara Cavin harus mulai puasa."

Naura tersenyum. Ia lega mendengarkan penjelasan dokter. Sama halnya dengan Cavin. Ia juga lega namun disertai kecemasan. Takut operasi tidak sesuai dengan yang diinginkan.

I'm yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang