Bab XVI

593 21 0
                                    

Cavin duduk di sebuah kursi taman yang memang tersedia di taman rumahnya. Tak lama, Tasya mengikuti dengan duduk di samping pemuda itu. Tasya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyerahkannya kepada Cavin. Cavin menerimanya dengan malas. Kemudian pemuda itu kembali bangkit, hendak meninggalkan Tasya.

"Makasi Sya, besok gue balilin," ucapnya cuek.

Tasya melongo. Ia tak menyangka respon Cavin akan sedingin ini.

"Vin, kamu mau kemana?" tanya gadis itu sedikit kesal.

"Gue mau masuk Sya, lagi nggak enak badan," alasannya.

"Tapi Vin, aku udah jauh-jauh datang ke sini. Masa di suruh pulang lagi?" ucapnya manca.

Cavin jengah. Ia mulai tidak suka dengan sikap Tasya yang menurutnya sudah keterlaluan itu. Tasya hampir tiap hari datang ke rumahnya. Dan Cavin tidak nyaman akan hal itu.

"Sya, lo tahu kan, gue itu masih sakit Sya. Gue gak bisa terus-terusan nemenin lo!"

"Kamu sakit? Gimana kalau aku bantu kamu ke kamar?"

Tasya mendekat dan merangkul Cavin tanpa izin.

"Tasya, lo denger gue. Nggak perlu. Gue punya perawat yang bisa membantu gue." Cavin menyingkirkan tangan Tasya.

"Apa bagusnya sih perawat itu? Sampai kamu kayanya lebih milih dia dari aku?dia itu cuma perawat Vin, nggak ada apa-apanya!""

Cavin memejamkan matanya. Kepalanya tiba-tiba pusing ketika Tasya menjelekkan Naura. Hati Cavin tiba-tiba panas seketika.

"Vin, aku tu suka sama kamu. Kamu kenapa sih, selalu Naura. Bahkan disaat kamu hilang ingatan pun kamu tetap bela dia!" ucap Tasya emosi.

"Maksud lo apa sih?" tanya Cavin.

Sebuah ingatan kembali hinggap ke dalam kepalanya. Cavin ingat ketika Tasya mengungkapkan perasaannya seperti ini.

"Shhh," kepala Cavin semakin sakit.

Melihat hal itu, Tasya menjadi takut. Ia mencoba mendekati Cavin namun pemua itu mendorongnya pelan.

Cavin merasakan lama-lama pemandangannya semakin berputar. Hingga akhirnya tubuh pemuda itu tumbang bertepatan dengan datangnya Naura.

"Cavin," teriak Naura histeris.

Cavin memandang Naura sejenak. Ingatannya tentang Naura bermunculan. Mulai dari mereka kecil sampai mereka berpisah karena Cavin pindah keluar negeri hingga mereka menikah. Nafas Cavin memburu. Ia mencoba menyentuh wajah Naura dengan sisa tenaganya.

"Naura," ucapnya pelan. Namun setelah itu, Cavin benar-benar pingsan.

"Cavin!" Naura mencoba mengangkat Cavin namun ia tak kuat.

Ia lalu menatap Tasya yang terlihat ketakutan.

"Woi, bantuin gue kampret!" Naura terlalu kesal.

Karena takut, Tasya akhirnya membantu Naura mengangkat Cavin. Mereka lalu memapah pemuda itu menuju kamar.

"Sampai Cavin kenapa-napa awas lo!" ancam Naura.

Tasya hanya diam. Ia tak dapat berbuat apa-apa lagi. Upayanya agar Cavin jatuh cinta kepadanya sudah habis.  Tasya sadar ia harus mundur teratur. Ia mengaku kalah dengan Naura.

❤❤❤

Naura merasakan perutnya sangat sakit begitu ia selesai membawa Cavin ke dalam karar tadi. Mungkin karena tubuh Cavin begitu berat, jadi kekuatan Naura tidak sanggup menopang tubuh pingsan suaminya itu. Namun Naura memaksakannya. Untuk itu, jadilah dia sekarang begini. Naura merasakan mulas di perutnya. Hingga ia tak kuat lagi menopang berat tubuhnya sendiri.

I'm yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang