Bab XXII

568 16 0
                                    

Naura membantu Cavin memasang baju yang akan ia gunakan untuk datang ke pesta ulang mamanya Naura. Gadis itu membantu  Cavin karena tak tahu apa yang terjadi dengan tubuh suaminya. Tadi pagi, tangan Cavin  masih bisa beraktifitas normal. Masih bisa memindahkan tubuh Naura. Namun, pada malam hari, tiba-tiba saja semuanya berbeda. Tangan Cavin tiba-tiba lemas. Pemuda itu bahkan tak bertenaga sama sekali.

Naura sangat khawatir, hingga ia meminta agar mereka tidak ikut saja.ke pesta itu. Namun, Cavin tidak mau. Ia ingin ikut. Karena ia takut ini adalah kesempatan terakhirnya untuk hadir diacara ini. Dan Cavin tak mau menyia-nyiakannya.

Naura membantu membaringkan tubuh Cavin di atas tempat tidur. Awalnya, ia memakaikan diapers dulu kepada suaminya itu.

"Nggak papa kan?" tanya Naura ragu-ragu.

Cavin mengangguk. Ia sudah mulai terbiasa dan menerima keadaannya saat ini. Jadi walaupun malu, Cavin sebisa mungkin menurut. Karena Naura sudah baik dan peduli padanya.

Setelah itu, Naura memakaikan Cavin setelan jas yang agak kebesaran oleh pemuda itu.

"Kebesaran Vin," ucap Naura.

"Padahal itu pas banget biasanya," ucap Cavin.

"Nggak papa, ngga terlalu kelihatan kok," Naura mencoba menghibur.

Cavin tersenyum. Walau rasa sedih itu masih terasa di hatinya.

"Ganteng banget!" Naura merapikan rambut Cavin dan memberikan sedikit gel rambut agar rambut Cavin rapi.

Cavin melihat ke arah kaca, tidak sepucat biasanya. Naura cukup pandai mendandaninya. Cavin suka. Ia terlihat seperti orang sehat sekarang.

"Tolong ambilkan masker Nau,"

Naura mengangguk, ia lalu memakaikan sebuah masker medis kepada Cavin.

"Ini baru pas," Cavin tersenyum di dalam maskernya. Setidaknya selang yang ada di hidungnya tertutup masker yang diberikan Naura tadi.

❤❤❤

Naura mendorong kursi roda Cavin menuju lokasi pesta yang diadakan orang tua Naura. Dari awal masuk, semua mata telah tertuju kepada mereka berdua. Terutama Cavin. Mereka menatap Cavin dan berbisik. Naura tak tahu apa yang mereka bisikkan. Tapi yang pasti, pasti berhubungan dengan Cavin yang memakai kursi roda. Ada yang melihat dengan tatapan iba. Ada juga yang mengejek. Naura tak ambil pusing. Hanya saja, ia takut Cavin menjadi tambah minder dan tak nyaman berada di acara ini.

Naura melihat mamanya di kejauhan. Wanita itu ditemani papanya sedang berbincang dengan seorang tamu yang tidak dikenal Naura. Naura lalu mendorong kursi roda Cavin mendekati orang tuanya itu. Nampak mama melambaikan tangan. Seperti tak sabar untuk bertemu dengan anaknya itu.

"Cavin, makasih sayang udah datang," Mama Naura lebih dahulu mendekati Cavin dan memeluk menantunya itu hangat.

"Selamat ya Mah," Cavin memberikan sebuah paper bag yang berisi hadiah yang dibelikannya untuk sang mertua.

"Makasih Nak," Mama Naura menerima kado pemberian Cavin tersebut dengan wajah yang sulit diartikan.

"Mama, happy birthday," Sekarang giliran Naura yang memeluk Mamanya itu. Cukup lama pelukan itu tercipta. Naura merasa lemah ketika ia bersama dengan wanita yang melahirkannya itu. Naura ingin mencurahkan semua masalahnya kepada mama.

"Makasih sayang. Mama bahagia kalian berdua ada di sini."

Naura mengangguk. Setetes air matanya tumpah.

Melihat hal itu, mama segera mengambil selembar tisu dan menghapus air mata putri tunggalnya itu.

"Udah, jangan nangis! Hari ini semua harus happy." Mama menyemangati.

I'm yoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang