BAB 9

713 78 1
                                    

Mew menggeliat.
Beberapa kali bel berbunyi. Lalu beberapa ketukan di pintu.
Dia mengulur pelukan Gulf. Gulf berbalik arah. Mew meraih kaos dalam dan boksernya yang tergeletak di lantai.
"Teetttttt...!!!!" Sekali lagi bel berbunyi.
Mew melihat jam dinding di ruang TV. Pukul 1 malam.
Siapa yang datang bertamu ke kondo Gulf malam seperti ini.

Dia ingin membangunkan Gulf. Tapi enggan karena Gulf juga baru tertidur.

Mew membuka kunci pintu untuk melihat siapa yang datang.
"Gulf.. !! Oh.. Hai. Maaf.. Apakah aku salah lantai??"
Mai davika bersama seorang security yang membantunya memiliki akses naik ke Atas kondo milik Gulf . Kenapa dia malam malam datang ke sini.
"Tidak. Kau tidak salah. Ada yang perlu aku bantu?" Mew masih belum mengizinkan Mai masuk. Meski Mai sudah mencoba menerobos.
"Gulf.. Dimana Gulf?" Tanyanya dan menolak tubuh Mew ke belakang. Lalu masuk tanpa izin.
"Hei.. Tidak sopan rasanya perempuan datang tengah malam seperti ini." Mew menahan fangn Mai. Langkah Mai terhenti.
Ditepis nya tangan Mew kasar
"G u l f juga biasa datang tengah malam kerumahku.. Apa bedanya dengan aku sekarang. Lalu kau.. Kenapa ada disini. Jangan bilng kau menumpang tidur di sini. Tapi.. Ohhh penampilan mu. "
Mai menunjuk kepala Mew. Mungkin Mew lupa merapikan rambutnya.
"Dimana Gulf..??" Mai berjalan menuju kamar
Mew kembali menahan.
"Dia tidur. Sebaiknya kau tunggu di sana. Aku akan panggil Gulf."
"Oh wao.. Bagaimana bisa seorang seperti mu bisa masuk kedalam kamar Gulf."
"Orang seperti apa? Memangnya aku seperti apa? Setidaknya aku bukan suami orang..." Cibir Mew.
"Kau.. "
"Atau sebaiknya kau keluar. Aku tidak ingin Gulf terganggu."
Gulf bersikeras.
Mau memutar mata sinis.
"Seperti nya kau lupa siapa kau dan aku.." Mai menyilangkan tangannya di dada.
"Tidak. Aku tidak lupa , aku sadar siapa aku. Tapi mungkin keadaannya berbeda sekarang.."
Mew masuk kedalam kamar.
Mengunci nya dari dalam.
Mew tidak ingin Mai melihat Gulf masih dalam keadaan telanjang.

"Yai nong.."
Mew menyentuh pipi Gulf lembut
"Nong.." Panggil nya berbisik di telinga 
Gulf menggeliat.
"Hmmmm.. Phi.. Kenapa kau bangun.." Gulf memeluk lengan Mew yang sedang duduk.
"Aku juga sebenarnya tidak ingin bangun. Tapi kau punya tamu di luar."
"Hmm. Siapa??" Gulf membuka mata perlahan.
"Mai davika."
Mata Gulf terbuka lebar.
"Mai?" Dahinya berkerut.
Mew mengangguk
"Bagaimana dia bisa masuk.."
"Security.."
"Sial.. Mau apa dia.."
"Entahlah."
Gulf bangun. Menuju kamar mandi.
Membersihkan sisa sisa cairan di badan nya.
"Phi.. Bisa kau ambilkan baju ku.." Pinta Gulf.
"Dimana?"
"Dilemari. Pilihkan saja satu. Aku akan memakai nya." Tambah Gulf lagi.
Mew mengambil sepasang piyama berbahan sutera berwarna hijau.
"Aku letak di sini Gulf. " Mew meletakkan di rak pekakas di depan kamar mandi.
"Uhmm. Terima kasih.."
Mew kembali naik ke atas ranjang. Enggan rasanya keluar menemui davika.
Gulf keluar dengan handuk menutupi pinggang nya. Dan melihat baju pilihan Mew 
Gulf tersenyum dan segera memakainya tanpa protes.
"Apa aku boleh menemuinya?" Gulf mengering kan rambutnya dengan handuk.
Mew menarik Gulf duduk diatas pangkuannya.
Memeluk Gulf dari belakang.
"Sebenarnya aku tidak bersedia. Aku rasa aku posesif.."
"Kalau begitu. Temani aku.." Gulf menarik Mew.
Mereka bergandengan tangan keluar dari kamar.

Mai davika tidak ada di ruang tv
Kemana dia?
"Oh Hai... Wahh aku seperti menganggu pengantin baru.."
Mai memegang sekaleng bir yang diambilnya dari kulkas.
"Phi Mai. Apa yang kau lakukan." Gulf mangkin erat menggenggam Mew.
"Hmmm aku hanya ingin menumpang.." Mai duduk kembali di sofa mengangkat kaleng di tangannya menawarkan Gulf dan Mew.
"Kalau Phi Ter tau kau di sini. dia akan membuat keributan lagi. Kumohon pergi lah phi. Aku tudam ingin kejadian seperti kemarin terulang" Gulf mengusir dengan lembut
"Umm.. Begitu kau mengusir ku.. Kalau aku tidak mau pergi bagai mana.?
Mew bergerak satu langkah.
" Kau tidak takut dengan dua laki laki bersamamu."
Wajah Mai berubah
"Ke..na.pa harus takut. Kalian tidak akan berani menyentuh ku."
Mew melepas genggaman Gulf.
"Kau yakin?? Aku tidak menyentuh mu?"
Mai menelan ludah.
"Kau kan tidak suka wanita."
"Hahah.. Siapa bilang. Kau mau aku terkaaaam.."
Mai berlari berlindung dibelakang Gulf. Memegang pundak Gulf
"Ai phi.  Jangan bercanda.." Gulf menggeleng
"Kuantar kau kerumah Phi Grace." Gulf menawarkan
"Tidak... Aku tidak mau. Aku mau di sini. Aku Mau denganmu.." Mai memeluk lengan Gulf.
Gulf melepaskan diri "Ckk.. Phi.." Keluhannya.
"Aku tidak mau. Kau biasanya dengan ku. Kenapa kau memilih dia. Aku tidak mau.."
"Hei.. Bukannya kau yang meninggalkan Gulf. "
"Apa?? Kau tau apa??" Mai melawan.
Mew geram.
"Pergi.. Pergi kataku.." Mew menarik paksa Mai sampai ke pintu. Tidak perduli meski Mai berteriak-teriak memanggil nama Gulf.
Gulf mengejar.
"Phi.. Phi.. Sudah phi. Kita tidak bisa membuat keributan. Biarkan saja dia disini.. Besok kau harus pergi phi.." Gulf melepaskan Mai dari Gulf.
Mai tersenyum sinis ke arah Mew.
"Bagaimana pun juga Gulf akan membela ku. Kau kau kenapa? Karna aku yang lebih dia cinta."
"Phi Mai.. Aku tidak mau kau bertingkah seperti anak kecil. Pergilah masuk kekamar tamu." Suruh Gulf.
Mew masih berdiri diam. Dia mengatup geram ke arah Mai yang merasa menang.
Mew berjalan masuk kedalam kamar.
Meraih baju nya dan celana nya di kamar.
"Phi.. Phi.."
"Maaf mengganggu kalian. Aku akan pergi.."
"Ai Phi. Phi.. Bukan itu maksudku"
"Bagai mana pun juga. Kau membela dia. Bukan aku.."
Mew berniat pergi.
"Phi... Aku bukan membelanya. Sejak awal aku tidak membelanya."
" Lalu Apa namanya..? Kau Memilih untuk melindunginya. Karena dia dihatimu." 
" Phi.." 
" Sejak awal kesalahanku masuk kedalam hidupmu. Salah... ini salahku."
" Phi..." 
" Semenarik itu bercanda dengan perasaanku..?"
" Kenapa kau membawa perasaan dalam hal ini?"
" Oh, Lantas..? kita hanya bermain.."
" Aku tidak berkata kita serius."
" Wahh. sekali lagi.. kau membuatku tidak percaya dengan sikapmu."
" Kenapa kau tidak bisa mendengarkan aku, mencoba memahami apa yang aku buat." 
" TAPI SAMPAI SAAT INI AKU TIDAK FAHAM.. Kau mau apa dariku Gulf.."
" Phi.. Aku hanya menolongnya. Dia tidak mungkin kita biarkan di luar. kita juga tidak tau apa yang akan terjadi padanya."
" Aku tidak perduli..!"
" Tapi aku perduli.."
" Karena kau masih memiliki perasaan.."
" Aku tidak membawa perasaan apapun.." 
" Termasuk denganku? Tidak membawa perasaan."
" Phi.. biarkan aku berfikir tentang perasaan apa antara kita."
" Oke. Baiklah,, aku pergi."
" Tidak.!" 
" Selesaikan perasaanmu dengannya."
" Aku tidak membawa perasaanku dengannya.."
" Lantas apa mauuumu.. denganku tidak dengannya tidak. tapi kau menahanku disini. dan membiarkan dia juga di sini. kau mau aku atau dia???" Mew meramas rambutnya. 
Gulf mendekat ke arah Mew. Menyentuh dada Mew yang berdetak kuat. 
" Bisakah kita tetap bersama sampai Mai pergi?"
" Aku mau malam ini dia pergi."
Gulf memberikan ciuman pada Mew. Mew tertegun. bibir Gulf di tariknya perlahan untuk melepaskan. 
" Aku tidak membawa perasaan apapun. Semua sudah hilang sejak aku bersamamu. Lalu kau tanya perasaan ku padamu? Apakah harus aku jelaskan lagi..?" Gulf Menekan dada Mew. 
" Anggap saja aku tidak tau. Jadi kau harus menjelaskanya." Paksa Gulf. 
" Aku tidak menjelaskan apa apa.." Gulf mengunci pintu kamarnya. 
Kemudian berjalan naik keatas ranjang. 
" Aku mau tidur. Kemari..." Suruhnya pada Mew. 
" Aku tidak mau selama kau belum mengatakan perasaanmu padaku." Mew tak bergeming. 
" Hoaamm.. aku mengantuk Phi.. bisakah kita tidur. Besok akan aku katakan perasaanku padamu." Gulf merangkak di ranjang. Menggapai tangan Mew. 
Mew menurut. Berbaring di ranjang, dan Gulf menyandarkan kepalanya di dada Mew. 
" Kalau kau ingin tau perasaanku. Kau bisa merasakan jantungku saat ini." Gulf menarik tangan Mew ke dadanya. Dadanya yang berdebar keras. 
" Aku merasakan ini sejak pertama kali kita bertemu. Meski ku tepis, debaran ini mangkin keras. Aku tidak perlu mengatakannya. Karena kau dapat merasakannya." 

PERAWAN CINTA (MEWGULF STORY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang