4. Hanyalah Mitos

2K 391 15
                                    

Di tengah hutan, Quinn tidak bergerak ke arah kediaman Maximilano. Dia tidak akan pernah kembali ke tempat pria yang ia anggap sebagai pembunuh orangtuanya. Sebaliknya Quinn berlari ke arah yang berlawanan. Dia pikir dia pasti akan menemukan bantuan. Akan tetapi, meski dia sudah berlari sangat jauh, dia tidak menemukan siapapun selain dari kesunyian di hutan itu.

Quinn kehilangan keseimbangannya hingga ia terjatuh. Ia tidak memiliki waktu untuk meratapi rasa sakit di kakinya, ia mencoba untuk bangkit, tapi sayangnya tidak bisa. Kakinya terkilir.

Mau tidak mau Quinn melihat ke arah belakang. Tiga serigala berwarna abu-abu melangkah menuju ke arahnya, begitu juga dengan sembilan pria yang tersenyum mengejek ke arahnya.

"Siapa kalian? Pergi! Pergi!" Quinn bersuara putus asa. Dia bergerak mundur dengan posisi duduk.

"Nona, kau benar-benar cantik. Sayang sekali raja kami menginginkan kematianmu." Matteo, vampir dari klan Lauchen, klan yang juga mendukung Raja Vladimir dalam pemberontakan.

Raja? Quinn mengerutkan keningnya. Siapa raja yang dimaksud oleh pria pucat itu? Dan kenapa raja itu menginginkan kematiannya.

"Siapa raja kalian?"

"Nona, tidak perlu bagimu untuk tahu terlalu banyak karena setelah ini kau akan mati menyusul orangtuamu!"

Quinn lagi-lagi berpikir, apakah orang-orang ini berkaitan dengan kematian orangtuanya?

Quinn salah mengartikan, yang dimaksud oleh Matteo adalah ayah dan ibu kandung Quinn yang telah tewas.

"Bunuh wanita itu!" Matteo memberi perintah pada tiga serigala lapar di depannya.

Satu serigala melayang ke tubuh Quinn dengan ganas, dan Quinn pikir itu adalah akhir hidupnya. Dia akan mati tercabik-cabik.

Namun, cakar tajam serigala tidak kunjung datang padanya, sebaliknya dia mendengar suara retakan dan auman kesakitan.

Quinn membuka matanya, dia melihat postur seorang pria membelakanginya. Pria itu merobek mulut serigala dengan kedua tangannya.

Sembilan pria dan dua serigala yang tersisa terkejut, mereka menggumamkan nama dengan serempak.

"Putra Mahkota Maximilano."

Maximilano hanya menunjukan wajah dingin. Ia menyapu pandangan yang ada di depannya. "Sudah sangat lama sekali tidak bertemu."

Mendengar kata-kata Maximilano. Sebelas makhluk abadi yang ada di depannya tiba-tiba merasa ngeri yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

"Ayo pergi." Matteo tahu bahwa dengan jumlah mereka saat ini, mereka masih tidak akan bisa mengalahkan Maximilano. Butuh seluruh pemimpin klan dan penyihir hitam untuk mengalahkan seorang Maximilano.

"Tidak satu pun dari kalian yang bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup." Maximilano mulai membuka tangannya, menciptakan pedang dari api yang berjumlah banyak.

Maximilano segera menggerakan tangannya ke depan, pada saat yang sama pedang-pedang api itu bergerak ke arah lawan Maximilano.

Wajah Quinn tiba-tiba menjadih lebih pucat, apa yang baru saja dia lihat? Bagaimana ada kejadian seperti itu?

Maximilano menyingkirkan dua serigala dan menghempaskan mereka ke pohon. Berikutnya dia berurusan dengan para penyihir, vampir dan iblis yang tersisa. Dia dengan senang hati akan menghisap jiwa mereka untuk menambah kekuatanya.

Para penyihir mencoba untuk menyerang Maximilano dengan menggunakan senjata yang mereka buat dari elemen yang mereka kuasai, tapi Maximilano tidak terluka sedikit pun. Maximilano membunuh tiga penyihir itu dengan memisahkan kepala dari tubuh mereka dan membakarnya dengan api yang dia ciptakan.

Falling Into DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang