17. Satu Minggu

1.3K 348 23
                                    

Setelah menghisap darah Quinn, Maximilano pulih dengan cepat. Dia tidak harus menghabiskan waktunya berminggu-minggu hanya untuk sebuah meditasi.

Pria itu pergi ke paviliun Assegaf untuk membantu Assegaf memulihkan kondisinya lebih cepat. Bagi Maximilano, saat ini adalah waktu yang paling tepat untuk kembali ke benua Alambra.

Seluruh pemimpin klan yang menjadi sekutu Raja Vladimir sedang terluka. Butuh cukup waktu bagi mereka untuk memulihkan diri.

Maximilano memasuki ruangan tempat Assegaf bermeditasi. "Assegaf!"

Assegaf yang menutup matanya kini membuka matanya. "Yang Mulia Putra Mahkota."

"Aku akan membantu memulihkan tenaga dalammu." Maximilano berdiri di belakang Assegaf lalu kemudian mulai memulihkan Assegaf.

Cahaya berwarna biru tampak ketika Maximilano mulai menyalurkan kekuatannya. Setelah beberapa saat cahaya itu hilang pertanda bahwa pengobatan Maximilano selesai.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Maximilano.

"Saya merasa sangat baik, Yang Mulia," balas Assegaf.

"Berikan kabar pada sekutu kita bahwa kita akan kembali ke dunia Alambra dalam satu minggu ke depan." Maximilano ingin pergi lebih cepat, tapi dia tidak bisa terburu-buru karena Quinn masih belum bisa mengendalikan kekuatannya sendiri.

Selama satu minggu ke depan Maximilano akan melatih Quinn sendiri.

"Baik, Yang Mulia." Assegaf berkata patuh.

"Bagaimana pencarian kalung Quinn? Apakah masih belum ada kemajuan?" tanya Maximilano. Aroma Quinn terlalu kuat, jika dia tidak menekannya maka akan ada banyak makhluk abadi yang tertarik pada aroma itu, selain itu binatang-binatang abadi yang dikuasai oleh roh jahat pasti akan menyerang Quinn.

Maximilano yakin Quinn bisa melawan semua binatang abadi itu, tapi menurutnya itu terlalu merepotkan, jadi yang terbaik adalah menekan aroma Quinn.

"Masih belum ada kemajuan, Tuan," balas Assegaf. "Saya akan mengirim lebih banyak orang untuk menemukan kalung Nona Quinn."

Maximilano hanya mengangguk kecil, jika memang kalung Quinn masih tidak akan ditemukan dalam satu minggu ke depan maka tidak ada pilihan selain pergi tanpa kalung itu.

**

"Ikut aku!" Usai memulihkan kondisi Assegaf, Maximilano kembali menemui Quinn. Dia tidak akan membuang waktu, semakin cepat Quinn bisa mengendalikan kekuatannya maka itu semakin baik.

Quinn sedikit terkejut, wanita itu hanya mengikuti Maximilano. Dan mereka sampai di tempat latihan yang biasa Quinn datangi bersama Assegaf.

"Tuan Maximilano, apakah kau akan melatihku?" tanya Quinn. Dia hanya menebak secara acak.

"Ya."

"Bukankah kondisimu sedang tidak baik? Bukankah seharusnya saat ini kau melanjutkan meditasimu?" Quinn menatap Maximilano serius. Yang dia ketahui adalah Maximilano masih harus menyembuhkan luka-lukanya.

"Aku yang paling tahu kondisi tubuhku!" Maximilano membalas dingin.

Quinn tidak tahu harus berkata apa. Maximilano benar-benar tipe pria es yang sangat sulit diajak berbicara.

"Sekarang pusatkan pikiranmu. Atur emosimu lalu pikirkan elemen apa yang ingin kau gunakan." Maximilano memberitahu Quinn.

"Baik." Quinn memejamkan matanya sebentar lalu kemudian membukanya, dia tampak fokus saat ini. Wanita itu ingat bahwa dia bisa mengendalikan elemen es.

Segera setelah dia memikirkan elemen itu butir-butir salju tampak melayang di atas telapak tangannya. Itu benar-benar berhasil.

"Hasilkan es yang lebih besar." Maximilano memberi arahan pada Quinn.

Falling Into DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang