39. Melarikan Diri

1.3K 337 32
                                    

"Apa yang kau lakukan di sini?" Quinn menatap Maximilano dingin, saat ini ia dan Maximilano ada di taman kanak-kanak tempat Lucerne sekolah.

"Menjemput putraku," balas Maximilano santai. Dia telah mendapatkan hasil pemeriksaan dari Assegaf, dan Lucerne benar-benar putra kandungnya.

"Maximilano, kau tidak diizinkan untuk mendekati Lucerne!" Quinn melarang Maximilano dengan suara rendah, tapi tajam.

"Aku adalah ayahnya, Quinn. Kau tidak bisa melarangku mendekati putraku."

"Maximilano, apa sebenarnya yang kau inginkan?" Quinn lebih suka Maximilano bersikap dingin dan menyendiri seperti di masa lalu, perubahan sikap pria itu saat ini membuat Quinn tidak nyaman.

"Aku menginginkanmu dan putra kita."

"Maximilano, trik apa lagi yang kau mainkan sekarang?" Quinn curiga terhadap Maximilano. Kejadian di masa lalu benar-benar membuatnya tidak bisa mempercayai Maximilano.

"Aku tidak sedang bermain trik apapun, Quinn. Aku benar-benar menginginkanmu dan putra kita."

"Lupakan saja keinginanmu itu! Baik aku atau Lucerne tidak akan pernah menjadi milikmu!"

"Lalu, siapa yang bisa menjadikanmu sebagai miliknya? Lloyd?" Maximilano menatap Quinn seksama. "Jangan pernah memikirkan tentang itu, Quinn. Aku tidak akan pernah mengizinkan Lucerne memiliki ayah tiri!"

Quinn menatap Maximilano mencela. "Aku tidak membutuhkan izin dari siapapun tentang hidupku! Dengar ini baik-baik, Maximilano. Kau dan aku tidak memiliki hubungan apapun. Kita hanya orang asing!"

"Orang asing yang kebetulan pernah berbagi ranjang dan memiliki anak bersama?" seru Maximilano.

Lucerne sudah keluar dari kelasnya, ia melihat ibunya yang biasa sangat lembut kini sedang menatap sengit lawan bicaranya.

Lucerne ingat siapa pria yang bicara dengan ibunya, itu adalah pria yang sama yang datang tadi pagi.

"Bu." Lucerne mendekati ibunya.

Suara lembut Lucerne membuat Quinn mengalihkan pandangannya. Tatapan wanita itu yang tadinya dingin kini menjadi hangat. "Sayang."

"Bu, ada apa? Apakah Paman ini menggertak Ibu?" tanya Lucerne. Dia memperhatikan Maximilano dengan tidak suka. Siapapun yang membuat ibunya merasa tidak senang maka dia juga tidak akan menyukainya.

"Lucerne, aku adalah ayahmu." Maximilano tidak menggunakan pendekatan terlebih dahulu. Dia tidak senang putranya memanggilnya dengan sebutan paman.

"Lucerne, ayo kita pulang." Quinn tidak ingin Lucerne berhubungan dengan Maximilano. Dia tahu bahwa dia egois, tapi akan lebih baik jika Lucerne tidak mengenal Maximilano. Putranya tidak harus terjebak dalam masalah pelik orangtuanya.

"Quinn, kau tidak bisa menyangkal hubungan ayah dan anak antara aku dan Lucerne." Maximilano menahan Quinn. "Lucerne berhak tahu siapa ayahnya."

Kata-kata Maximilano membuat Lucerne menatap ke arah Quinn penuh tanya. Lucerne ingin bertanya apakah benar pria itu adalah ayahnya, tapi dia melihat wajah ibunya tidak begitu bahagia. Lucerne akhirnya menahan rasa ingin tahu di hatinya.

"Maximilano, pergi dari sini. Tempat ini bukan duniamu!"

"Jika seperti itu maka tempat ini juga bukan duniamu, Quinn."

Quinn lelah berdebat dengan Maximilano, ia meraih tubuh Lucerne dan membawa putranya menuju ke mobilnya.

Dunia Alambra tidak pernah menjadi tempatnya karena di sana ia telah mengalami penolakan dari Maximilano. Selain itu ibu dan ayahnya adalah penjahat di dunia itu.

Falling Into DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang