20. Kembali

1.3K 347 33
                                    

Quinn terjaga di atas ranjangnya sendiri. Wanita itu memegangi kepalanya yang sakit efek meminum anggur semalam.

Ia mengerutkan keningnya, bagaimana ia bisa ada di kamarnya sekarang. Ia ingat semalam ia minum anggur. Ia tidak tahu pasti apakah ia berhalusinasi melihat Maximilano atau tidak.

Selain itu, samar-samar ia ingat bahwa ia dan Maximilano melakukan hubungan seks. Namun, Quinn pikir itu pasti mimpi. Dia telah mengalaminya beberapa kali. Namun, di masa lalu ketika dia bangun dia akan merasa biasa-biasa saja, tidak seperti sekarang. Dia merasa tubuhnya sakit, terutama di bagian bawahnya.

Pemikirannya membuatnya bertanya apakah semalam benar-benar mimpi? Mungkinkah dia dan Maximilano benar-benar melakukannya?

Quinn merasa itu juga tidak mungkin. Maximilano tidak menyukainya bahkan berniat untuk menolaknya, mana mungkin pria itu akan melakukan seks dengannya.

Ia segera mengusir pikiran tidak masuk akal yang tadi baru saja dia pikirkan. Mungkin efek sakit dibadannya karena latihannya dua hari lalu dan baru terasa parah sekarang.

Quinn pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya. Wanita itu menjadi lebih baik ketika dia berendam di air hangat untuk waktu yang cukup lama.

Usai mandi, Quinn berpakaian dan pergi ke ruang makan. Wanita itu selalu melakukan rutinitas paginya seperti ini.

"Nona Quinn, Tuan Maximilano berpesan agar Anda mengemasi barang-barang penting Anda untuk perjalanan besok." Noela memberitahu Quinn setelah Quinn selesai sarapan.

Benar, besok mereka akan kembali ke dunia Alambra. Ia harus melakukan persiapan.

"Baik."

"Jika Anda membutuhkan saya, Anda bisa memanggil saya."

"Akan aku lakukan." Quinn berdiri lalu meninggalkan meja makan.

Quinn mulai mengemasi barang-barangnya. Ia memasukan foto keluarganya ke dalam koper bersama dengan barang pentingnya yang lain.

Kali ini perjalanan yang sebenarnya akan dimulai. Quinn akan kembali ke tempat ia berasal. Ia berharap bahwa ia bisa mengenali jati dirinya sendiri lebih banyak di sana.

**

Maximilano datang menemui Quinn. "Pakai ini!" Pria itu menyerahkan jubah dengan penutup kepala. Makhluk abadi di dunia Alambra lebih suka mengenakan jubah dengan penutup kepala seperti itu agar tidak terlihat begitu mencolok.

Quinn meraih jubah berwarna merah gelap dengan sulaman emas. Ia membukanya dan langsung menyukainya.

"Terima kasih, Tuan Maximilano."

Maximilano menatap Quinn sekilas. Dia tiba-tiba teringat kata-kata Quinn, di mana wanita itu sangat yakin bahwa dia akan menemukan laki-laki lain.

Ckck, tidak akan pernah ada laki-laki lain. Quinn hanya akan berakhir mati di tangannya.

"Bersiaplah, dalam setengah jam lagi kita akan berangkat!" Maximilano membalik tubuhnya.

"Berapa lama perjalanan menuju ke benua Alambra?"

"Nona Quinn, apakah kau masih berpikir dengan menggunakan cara berpikir manusia?" Maximilano membalas dengan ejekan.

"Tuan Maximilano, jika aku tahu maka aku tidak akan bertanya." Quinn membalas kesal.

Maximilano mendengkus sinis. "Tidak perlu banyak bertanya, segera turun jika kau sudah selesai!" Pria itu berbalik lalu kemudian pergi.

Quinn mengepalkan kedua tangannya marah, api merah membara keluar dari sana. Rasanya Quinn benar-benar ingin membakar Maximilano menjadi api sekarang. Apa yang membuat pria itu begitu merasa tinggi.

Falling Into DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang