01: Asa

772 74 6
                                    

Tring



Ayah
Sayang, maaf ya bulan ini
ayah enggak pulang




Huftttt...


Lagi.
Lagi, lagi, lagi dan lagi, terhitung sudah hampir satu tahun ayahnya tak pulang, sudah seperti menetap dinegri orang.

Eira lelah, jujur saja ia merindukan ayahnya, merindukan sosok hangat seorang ayah yang bahkan tak pernah ia rasakan setelah kematian ibunya.

Mungkin benar jika nama adalah do'a, karena namanya full berarti dingin maka kehidupannya juga ikut dingin.

Eira menghembuskan nafas, mengetik balasan.


Eira
Iya, gak papa
ayah jaga kesehatan disana
eira selalu nunggu ayah pulang
baik-baik ya, jangan sakit.
nanti eira nangis

Ayah
Iya sayang, pasti






Eira sebenarnya takut jauh dari orang terkasihnya, gadis itu takut jika tiba-tiba mendapat kabar ayahnya sakit atau semacamnya karena rasa sakit ditinggal ibu masih terasa sampai sekarang, jadi Eira tidak ingin kembali merasakan rasa sakitnya ditinggal ayah.

Eira beranjak dari ranjang kemudian berjalan pelan menuju balkon kamarnya.

"YUUU!!!"

Eira berteriak memanggil seseorang yang kamarnya tepat bersebrangan dengan kamarnya.

"BAYUUU!!!"

Tak ada sahutan, gadis itu mendecak, sepertinya ia harus mengambil batu kerikil banyak-banyak dihalaman rumah khusus hanya untuk melempari jendela kamar Bayu.

Eira berbalik, keluar kamar menuruni tangga menuju rumah disebelahnya.

Gadis itu membuka pintu rumah Bayu namun tak menemukan satu penghuni pun, Eira mengernyit, tak biasanya.

"Bunda... Bayu!! Halloooooo Eira disini"

Masih tak mendapat sahutan.

Eira berjalan menuju kamar Bayu, saat tepat berada didepan pintu dengan tulisan 'Khusus Jantan' itu, ia diam sejenak, pasalnya percuma Bayu memasang tulisan semacam ini jika Eira masih sering keluar masuk kamarnya.

"Yu, itu belom lo copot ju—hayoooo lagi nonton apaan tu?" Eira membuka pintu kamar Bayu, menemukan si pemilik kamar sedang fokus menonton video di ponselnya dengan kedua telinga tersumpal headset serta telanjang dada dengan hanya memakai boxer, kebiasaan Bayu saat dirumah.

Bayu masa bodo, toh sudah biasa diliat dalam keadaan begini oleh Eira, meskipun Eira adalah perempuan, tapi Bayu tak menaggapnya demikian.

"Nonton video porna ya lo?!" tuding Eira menunjuk wajah Bayu tepat.

"Ultraman noh, jan ngadi ngadi lu" tunjuk Bayu pada layar ponselnya.

Eira mendelik tapi tak membalas, gadis itu hanya diam ikut membarinkan diri disebelah Bayu yang masing tengkurap dengan ponsel didepannya.

"Kenapa?"

"Gak papa"

Bayu menghembuskan nafas, membalik badan kini terlentang, "Ayah enggak pulang lagi?" tebaknya.

Eira mengangguk, "Udah hampir setahun, Yu" katanya menipiskan bibir.

"Mungkin emang masih sibuk, Ra"

"Tapi gue kangen ayah, pengen dia ada disini sama gue"

"Kan ada gue, ada Bi Inah, ada bunda sama ayah Vito, widihhhh banyak ramean! tawuran aja kita yok!!"

Eira terkekeh, selalu saja begitu, celetukan aneh Bayu meskipun garing tapi entah kenapa selalu menambah mood baginya, seperti vitamin.

"Jalan-jalan yok" ucap Eira tiba-tiba yang tentu langsung ditolak mentah-mentah oleh pemuda disebelahnya.

"Ogah, ultaman gue belum tuntas" katanya.

Eira mendelik, "Jadi lebih milih ultraman dari pada gue?!"

"Iyalah"

"Anjing"

"BUNDA EIRA NGOMONG KASAR!!!" teriak Bayu mengadu.

"Orang bunda gak ada"

Bayu mengerjap, baru ingat jika tadi bundanya berpamitan pergi kondangan.

"Yu, ayo!!"

"Ogah, males udah sore takut diculik wewe gombel" katanya kembali tengkurap.

"Ish, gak doyan sama lo mah, jelek" ucap Eira menendang kaki Bayu kemudian beranjak keluar kamar.

Eira bingung hendak kemana, ia menengadah melihat langit sudah mulai berubah warna, gadis itu tersenyum simpul, terus berjalan sampai tak terasa kakinya berhenti ditaman komplek perumahan tempat ia tinggal.

"Eh, aduh" seorang gadis kecil menabraknya, kedua tangan gadis kecil itu memegang sebuah kanvas yang tentunya menarik perhatian Eira, "Ini, mau kamu lukis?" tanyanya.

Gadis kecil itu menggeleng, "Sama kakak itu" ia menjuk seorang pemuda dikursi taman, sedang menatap lurus kearah langit dengan ekspresi datar.

Gadis kecil itu berlari cepat menghampiri si pemuda kemudian menyerahkan kanvas ditangannya.

Eira memperhatikan, tangan pemuda itu cekatan, cepat menyelesaikan lukisannya hanya dalam waktu singkat.

Tak lama pemuda itu tersenyum simpul pada sigadis kecil kemudian mengelus kepala anak itu sebelum ia berjalan pergi dari taman.

Eira menghampiri gadis kecil itu ingin melihat lukisannya.

Decakan kagum dengan dua mata membola yang pertama Eira tunjukkan, lukisan indah bertema orange dengan dua pasang muda mudi duduk bersebelahan menatap senja.

Eira menginginkan lukisan itu tapi sianak pasti tak mengijinkannya, jadi Eira potret dengan kamera ponselnya.

"Kalo boleh tau, siapa ya nama kakak tadi?"
Anak itu diam sejenak beberapa saat hingga baru akhirnya mau menjawab.

"Asa, namanya Kak Asa"







—🧚‍♀—







Tangerang, 26 Juni 2022







Orange √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang